Sesuai Janji Haikal. Malam ini, malam Senin, Haikal berkunjung ke rumah Afifah dengan membawa martabak dan cemilan lainnya. Kebetulan sekali Abang Afifah bernama, Ariyansah Haerudin. Berada di rumah karna sedang ambil cuti kuliah.
"Bang," panggil Haikal yang langsung duduk di sofa sebelah Iyan.
"Apa kabar lu, Kal?" tanya Iyan sambil memasang kabel-kabel permainan PS nya.
"Yok, maen," ajak Iyan sambil melempas stik PS-nya.
"Padahal gua mau ke kamar Afifah dulu. Tapi, yaudahlah, kuyy," jawab Haikal sambil menerima stik PS dan langsung mengutak-atiknya sendiri.
'Tak lama terdengar suara sendal yang sedang berjalan. Menuju ke arah dapur pun sontak berhenti kala melihat sang kekasih dan Abang tercintanya sedang asik bermain PS.
"Aku kira kamu engga jadi dateng. Tau-nya malah main PlayStation disini sama abang," kesal Afifah yang melanjutkan jalannya menuju dapur dan mengambil minum untuk dirinya, Iyan dan Haikal.
"Sebenarnya kesini mau main atau mau ketemu aku, sih?" dumel Afifah kepada Haikal yang sedang asik bermain PS bersama abangnya. Dan menghiraukan keberadaannya.
"Mainlah," jawab Haikal cuek.
"Ih, sebel," lirih Afifah sambil memakan martabak yang di bawa Haikal barusan.
"Sebel tapi martabaknya di makan juga," sindir Iyan yang melihat Afifah makan martabaknya dengan lahap. Tersenyum, setidaknya adiknya memakan cemilan walau makan nasi dan sebagainya sedikit.
"Apa, sih? Ikut-ikutan aja. Jomblo diem aja ya!" semprot Afifah dengan wajah kesalnya. Bukannya terlihat menyeramkan malah terlihat menggemaskan bagi kedua lelaki itu.
"Heh, engga sopan!" peringat Haikal yang langsung menyentil bibir Afifah.
"Sakit, loh," ucap Afifah sambil mengusap bibirnya yang baru di sentil oleh Haikal.
"Lebay," serentak Haikal dan Iyan sambil tertawa pelan.
"Kalian ini ya, suka banget usulin Afifah," ucap sang kepala keluarga yaitu Ibnu Fajar Haerudin.
"Papah, mereka ngeselin," adu Afifah sambil memeluk ayahnya yang duduk sebelah Afifah.
"Haikal, Iyan," panggil papah Afifah dengan nada dinginnya. Haikal dan Iyan yang di panggil seperti itu langsung menengok dengan wajah kaku.
"Papah setuju sama ucapan kalin," ucap papah Afifah dengan memberikan satu jempol pada Haikal dan Iyan.
"PAPAH!" jerit Afifah dengan wajah kesalnya.
"Hahahaha," tawa Haikal, Iyan dan papah Afifah pun menggema di ruang keluarga. Begitu menggemaskan Afifah setelah di jahili.
"Ada apa ini? Sudah malam masih saja ramai," ucap mamah afifah sambil duduk di sebelah Afifah. Jadi, Afifah berada di tengah-tengah antara kedua orangtua-nya.
"Mah, mereka ngeselin. Termasuk papah," adu Afifah kepada mamahnya dan langsung memeluk mamahnya.
"Manja. Mereka itu cuman iseng doang, sayang," ucap mamah Afifah.
"Tapi, tetep aja mereka ngeselin," kesal Afifah.
"Udah-udah. Kamu tidur sana, bukannya besok masuk sekolah?" tanya mamah Afifah sambil mengelus punggung Afifah dengan lembut. Papah Afifah yang melihat hanya bisa mengucap syukur atas nikmat-Nya.
"Mah, jangan di elus gitu. Nanti dia keenakkan," ucap Haikal masih dengan menggoda Afifah.
"Haikal," peringat mamah Afifah kepada Haikal yang langsung di balas kekehan ringan.
"Bang, bukannya kamu juga besok mau bantuin papah di kantor?" tanya mamah Afifah kepada Iyan.
"Iya, mah," jawab Iyan dengan singkat karna masih fokus terhadap PS nya.
"Yaudah, kalian sekarang tidur. Haikal kamu bawa ganti baju atau mau pulang?" tanya mamah Afifah kepada Haikal yang asik dengan PS nya.
"Pah, gendong Afifah, nih. Udah tidur kayaknya," ucap mamah Afifah karna nafas Afifah sudah teratur.
"Haikal aja, mah, yang bawa," sahut Haikal yang ternyata permainannya sudah selesai. Haikal pun langsung mengambil Afifah dari pelukan mamahnya dan menggendongnya ala bridal style.
"Nice dream, baby. Good night," ucap Haikal yang langsung mencium keningnya lalu setelah itu membenarkan letak selimutnya. Haikal pun langsung keluar kamar Afifah dan pergi menuju samping kamar Afifah yaitu, kamar tamu yang biasa di tempati Haikal bila menginap.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pagi ini, di kediaman keluarga Haerudin sedang terjadi keributan akibat Haikal yang membangunkan Afifah dengan begitu kasarnya. Tidak kasar, hanya Afifah-nya saja yang lebay.
"KAK HAIKAL!" teriak Afifah dari kamar atas. Haikal yang berada di ruang makan dan mendengar teriakan Afifah langsung tertawa dengan puas.
"Kak Haikal, kalau engga ikhlas bangunin aku. Bilang!" kesal Afifah dengan memasang wajah juteknya.
"Kenapa ini, Afifah?" tanya mamah Afifah yang sedang menyiapkan sarapan.
"Kak Haikal, ngeselin. Masa ngebangunin aku pakai air segayung," lirih Afifah dengan nada sedihnya. Haikal yang mendengar nada sedih Afifah seketika merasa bersalah karna cara dia membangunkannya.
"Ma...maaf," lirih Haikal sambil mendekat ke arah Afifah dan mengelus rambut pendeknya.
"Hehehehe," kekeh Afifah dengan tawa tertahannya. Haikal yang melihat wajah bahagia Afifah pun bingung. Namun, sedetik kemudian Haikal memasang wajah datarnya.
"Kamu ngerjian gua?" tanya Haikal dengan menaikkan sebelah alisnya, kesal. Ya, Haikal kesal t'lah di kerjai oleh Afifah.
"Hehehe, maaf," kekeh Afifah langsung duduk dan memakan roti di tambah selai coklat kesukaannya.
"Engga lucu," datar Haikal yang langsung mengikuti Afifah dengan duduk di bangku makan dan memakan nasi goreng buatan mamah Afifah.
"Ada apa ini, Mah?" tanya Iyan yang habis mencium puncak kepala Afifah dan duduk di depan mamah Afifah sebelah Afifah.
"Biasa," cuek mamah Afifah sambil memakan nasi gorengnya.
"Papah kemana, Mah?" tanya Iyan yang sedang memasukkan nasi goreng kedalam piringnya.
"Udah berangkat duluan. Katanya ada meeting dadakan," jawab mamah Afifah sambil fokus sarapan.
"Bang, berangkat bareng, ya?" harap Afifah sambil mengedipkan matanya lucu.
"Ganjen banget sama Abang sendiri," sarkas Haikal yang melihat kelakuan Afifah. "Lagian ada gua, ngapain kamu berangkat bareng, Bang Iyan?" lanjut Haikal dengan kesal.
"Kan, biar kerenan sedikit. Di anter pakai mobil," ucap Afifah.
"Dih, kemaren siapa yang gua ajakin berangkat pakai mobil terus pas nyampe sekolah malah muntah?" tanya Haikal dengan nada mengejeknya. Haikal bukan orang tidak mampu. Haikal, bahkan sangat mampu untuk membeli apapun yang ia inginkan. Namun, Afifah selalu memiliki alasan agar Haikal menjadi orang sederhana. Contohnya saja, ketika Haikal menjemput Afifah untuk malam mingguan, Haikal memakai motor ninja merah kesayangannya. Saat sampai di depan Afifah, Afifah langsung saja marah-marah kepadanya.
"Ngapain si pakai motor gede-gede. Udah bener kemarin pakai beat, enak dinaikinnya karena pendek," dumel Afifah sepanjang perjalanan menuju pasar malam.
Karna itulah, Haikal jarang memakai mobil atau motor ninja kalau sedang bersama Afifah. Haikal bersyukur t'lah di pertemukan dengan Afifah.
"Kamu ngelamun terus. Aku tinggal nih, ya?" tanya Afifah membuyarkan lamunan Haikal. Haikal yang mendengar hanya bisa mendengus dan langsung menganbil tasnya dan salim kepada mamah afifah. Meninggalkan Afifah yang terus menggerutu di belakang sana.
"Dumel mulu. Buruan!" perintah Haikal yang langsung dituruti oleh Afifah. Afifah yang berjalan cepat hampir saja terjatuh kalau tidak di tahan oleh Haikal.
"Hati-hati," ucap Haikal pelan.
"Kamu marah-marah terus," kesal afifah.
"Maaf. Ayo, berangkat," ajak Haikal. Akhirnya Haikal dan afifah pun berangkat ke sekolah dengan menggunakan motor Beat kesayangan Afifah.