Chereads / My possesive boyfriend / Chapter 4 - MY POSSESIVE BOYFRIEND 2

Chapter 4 - MY POSSESIVE BOYFRIEND 2

"Kamu ke kelas sendiri ya," pinta Haikal kepada Afifah di sampingnya.

"Kenapa emang?" tanya Afifah. Tidak biasanya Haikal tak mengantar ke kelasnya.

"Gak apa-apa si, gua cuman mau mampir ke kantin dulu," ucap Haikal sambil berhenti melangkah di depan tangga menuju kelasnya dan kelas Afifah.

"Mau apa?" tanya Afifah sambil ikut berhenti melangkah di tangga pertama.

"Nanya terus, kaya Dora," ketus Haikal.

"Serius, ih," rengek Afifah sambil memegang tangan Haikal.

"Mau ketemu temen-temen dulu, Fif," jujur Haikal sambil mengelus rambut pendek Afifah.

"Oh, oke," ucap Afifah sambil melepas genggaman tangannya pada Haikal.

"Marah?" tanya Haikal sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Engga, loh," ucap Afifah sambil tersenyum manis. Dan senyuman itu mampu menghipnotis Haikal.

"Bener ya engga marah?" Haikal pun memastikan bahwa Afifah tidak marah.

"Bener. Udah sana. Aku duluan," pamit Afifah dan langsung menaiki tangga menuju kelasnya. Haikal pun yang melihat hanya menaikkan bahunya acuh dan pergi dari tangga menuju kantin, di mana teman-temannya itu berada.

"Woah, Bosku. Tumben dateng jam segini?" ucap salah satu teman Haikal yang bernama, Ravenzha Mahendra. Biasa di panggil, Andre.

"Biasa. Nginep di rumah calon istri," gurau Haikal sambil tertawa pelan dan duduk di bangku sebelah Andre.

"Dih, sombong mentang-mentang jadian sama adek kelas," canda Fathur yang merupakan teman paling dekat Haikal. Di meja itu seharusnya di isi oleh 4 orang saja. Namun, teman-teman Haikal menjadikan 2 tempat disatukan. Akhirnya, mereka pun bisa beekum menjadi 8 orang. Haikal tadi saja mengambil bangku terdekat.

"Hahaha, bisa aja lu," tawa Haikal akibat di goda seperti itu. Adek kelas? Ya, Afifah adalah adik kelas Haikal yang baru kelas 10. Sedangkan, Haikal adalah kelas 11.

"Eh, kita mau masuk kelas atau cabut?" tanya teman Haikal yang lainnya.

"Masuk ajalah. Cabut mulu, kasian orangtua gua yang biayain duit gede," ucap Andre.

"Kuy, ke kelas kalau gitu," ajak Haikal sambil mengambil tas-nya dan melihat teman-temannya yang membereskan meja serta bangku ke tempat semula.

Selesai membereskan meja dan bangku di kantin, Haikal dan teman-temannya pun pergi meninggalkan kantin. Berjalan melewati kelas Afifah. Haikal mengintip sedikit untuk melihat kegiatan Afifah dan ternyata Afifah sedang menaruh wajahnya di lipatan tangannya yang berada di atas meja. Rasa khawatir langsung hinggap di diri Haikal. Haikal pun langsung berjalan menuju Afifah dan mengelus kepala Afifah dengan lembut. Afifah yang merasakan kepalanya seperti di usap langsung mendongak untuk melihat siapa yang mengelus rambutnya. Seketika senyumnya langsung hadir.

"Kak Haikal," ucap Afifah sambil memeluk perut Haikal erat. Haikal pun masih mengelus rambut Afifah dengan lembut.

"Ada apa?" tanya Haikal ketika merasakan Afifah menangis pelan. Afifah pun hanya menggelengkan kepalanya pelan di depan perut Haikal yang masih di pelukannya.

"Bohong. Jujur ada apa?" Saat Haikal ingin melepaskan pelukannya, Afifah malah mengeratkan pelukannya di perut Haikal.

"Ada apa, hmm?" tanya Haikal dengan lembut dan mengelus rambut pendek Afifah dengan lembut. Haikal tau kalau sudah begini.

"Sakit perut. Terus, kayaknya bocor juga," ucap Afifah sambil mendongak melihat Haikal dan melepaskan pelukannya pada perut Haikal. "Nah, kan, udah gua duga," batin Haikal

"Coba berdiri. Gua lihat dulu," ucap Haikal dengan lembut dan nada pelan. Jika sudah begini, Haikal hanya bisa bersabar untuk kedepannya karna akan menghadapi Medusa.

"Kak Haikal, aku tuh bocor. Masa kakak engga tau, si," sebal Afifah sambil menatap tajam Haikal. Haikal yang di tatap seperti itu langsung merasa bersalah.

"Ya, terus mau kamu gimana?" tanya Haikal pasrah akan permintaan Afifah.

"Aku mau pulang," ucap Afifah dengan mata berbinar. Kedatangan bulanan membuat Mood dan sifat Afifah berubah dratis, itu yang membuat Haikal kerepotan kalau sudah seperti ini.

"Eh? Gimana? Pulang?" heran Haikal sambil mengedeipkan kedua matanya berulang kali, karna merasa terkejut akan permintaan Afifah yang jarang sekali di minta.

"Iya, kenapa?" lirih Afifah sambil menundukkan kepalanya ke bawah, sedih.

"Tumben. Ini masih pagi dan belum mulai kelas sama sekali soalnya," jawab Haikal cepat.

"Kak Haikal, engga mau ajak aku pulang?" tanya Afifah sambil menatap Haikal sedih. Luluh, 'tak tega melihat tatapan Afifah yang seperti itu. Apalagi, Afifah baru saja menangis tadi.

"M...mau, kok. Ayo, pulang," ajak Haikal sambil memegang tangan Afifah dan menariknya.

"Sebentar, aku beresin peralatan aku dulu, Kak." Afifah langsung melepaskan genggaman tangan Haikal dan membereskan peralatan sekolahnya dengan senyum bahagia. Jarang sekali Haikal mengajaknya berbolos seperti ini. Haikal selalu berhasil membuat Afifah masuk kelasnya dan gagal untuk meminta bolos bersama Haikal.

"Kalau gua goblok. Ya, gak apa-apa. Asal jangan kamu yang nanti jadi sekolah pertama anak kita," ucap Haikal sambil mengelus kedua pipi chubby Afifah dan menatap dalam kedua mata Afifah. Membuat pipi Afifah langsung berwarna merah.

"Kalau ngelamun terus, engga jadi bolosnya, ya!" Sahut Haikal ketika sedang berjalan di lorong sekolah yang ramai sekali akibat sebentar lagi bel masuk berbunyi.

"Kal," panggil adik kelas Haikal yang satu angkatan dengan Afifah.

"Iya, Yon?" tanya Haikal sambil berhenti melangkah dan menatap Arion di depannya.

"Hari Minggu jadi, kan?" tanya Arion setelah berlari kecil agar cepat sampai di depan Haikal. Arion yang melihat Afifah di samping Haikal hanya tersenyum miring. Tidak tahu kenapa, setiap Afifah dan Arion bertemu selalu saja bertengkar.

"Apa liat-liat?" teriak Afifah sambil menatap Arion kesal. Kedua mata Afifah melotot, bukannya takut, Arion malah seperti menahan tawa melihat kelakuan Afifah.

"Lo, lucu," ucap Arion sambil tersenyum misterius. Haikal yang melihat langsung tidak suka.

"Arion Castalova," panggil Haikal dengan nada dinginnya.

"Kalau lu suka Afifah. Bukankah, lu harus jatuhin gua dulu? Sekuat apa lu, untuk masalah nanti aja lu butuh bantuan gua," sarkas Haikal sambil menatap Arion dengan dingin dan memasang wajah senyum meremehkan. Arion yang mendengar hanya tertawa pelan dan melanjutkan jalannya setelah berhenti karna di panggil Haikal.

Begitupun Afifah dan Haikal yang langsung kembali berjalan menuju parkiran. Haikal diam akibat kejadian barusan, Afifah yang merasa takut langsung memeluk Haikal dari belakang begitu sudah sampai di samping motornya.

"Katakan sesuatu," ucap Afifah dengan lirih dan menyenderkan kepalanya di punggung belakang Haikal. Haikal yang di peluk tiba-tiba oleh Afifah dari belakang langsung terdiam sambil memegang erat stang motonya.

"Kumohon, katakan sesuatu," lanjut Afifah yang belum melepaskan pelukannya pada Haikal

"Gua benci dia,"

"Benci cara dia merendahkannya,"

"Dan gua membenci dia. tapi, gua menyayanginya," ucap Haikal sambil menyentuh lengan Afifah yang berada di perutnya

"hahahaha, Arion, Kan, sepupu aku. masa gitu aja cemburu," ucap Afifah sambil tertawa.