Chereads / Blue Aloe / Chapter 63 - Platinum II

Chapter 63 - Platinum II

"Apa kau yakin bahwa aku diperbolehkan untuk masuk?"

"Seharusnya tidak, berdasarkan aturan, namun tidak masalah jika kau bersamaku." Jawab Kelly kepada BJ yang sedikit ragu untuk memasuki area labolatorium, alias kerajaan para mahasiswa jenius dalam bidang sainstek.

"Ada bagian yang bisa kau masuki dan tidak. Kemarilah." Kelly memeluk lengan pacarnya. "Dengan begini, kau takkan terlihat."

BJ tidak mengerti apa maksudnya. Tapi dia sudah terbiasa dengan istilah konyol itu dari Kelly. Maksudnya, dia sudah sering mengalami hal-hal yang tidak biasa sejak bersamanya.

Ada banyak sekali mahasiswa di area labolatorium saintek pagi ini, bahkan untuk di hari Senin yang paling membuat malas. Para mahasiswa ini adalah mahasiswa-mahasiswa yang sangat serius mengejar pendidikannya, berjuang mendapatkan beasiswa, dan berkompetisi pada prestasi penelitian mereka. Suasana yang sangat dirasakan BJ saat dia berjalan di antara mahasiswa-mahasiswa itu. Mereka terlihat begitu serius, bahkan saat berjalan, dan terus-terusan belajar dengan layar hologram di depan wajah mereka.

Rasanya seperti robot.

"Kelly, apakah mereka seperti itu?" tanya BJ kemudian.

"Hmm..." Kelly mencoba mencerna maksud pacarnya.

"Tingkah mereka..."

"Ah... apakah kurang manusiawi menurutmu?"

Bahkan itu sama sekali tidak manusiawi. Dan ketika Kelly menyebutnya, rasanya itu sudah dipermasalahkan sebelumnya.

"Aneh."

"Kau bilang bahwa mereka aneh, sebaliknya mereka akan menyebutmu aneh."

"Apa mereka menyebutmu aneh, juga?"

"Aku tidak masuk ke kelompok manapun." Kelly terkekeh. "Mungkin mereka akan menganggapku lebih aneh darimu."

"Begitukah? Orang yang normalnya disebut sebagai orang saja sudah dianggap aneh."

"Bagi mereka, itu adalah normal. Mereka pasti berpikir tentang dirimu yang dianggap aneh karena kau terlalu santai dan malas. Kau tidak menunjukan ambisi dalam perkembangan keilmuan dan teknologi, kurang banyak melakukan kegiatan kampus misalnya di lab ini, dan sebagainya."

"Menurutku, mereka seperti robot yang mau bekerja seperti itu."

Kelly meliriki semua mahasiswa yang mereka lewati.

"Biarlah mereka menjadi diri mereka sendiri, BJ."

Dan akhirnya mereka sampai di lab fisika khusus bagian astronomi. Kelly membukakan akses untuk orang asing dengan cara ilegal, yaitu dengan meretas sistem dan membiarkan pacarnya lolos dari pengawasan. Hingga akhirnya pintu terbuka untuk mereka berdua, dan suasana dingin di dalam ruanagan telah menyambut mereka.

"Apakah kau menginap di sini lagi, Satria?" tanya Kelly yang sudah masuk ke dalam lab. Dia tentu saja menarik tangan BJ agar segera masuk.

"Oh hai, Kelly. Selamat pagi..." balas Satria yang ternyata masih asik dengan bermain game online.

"Kau tahu bahwa aku bisa melaporkan dirimu jika kau terus menggunakan fasilitas lab untuk bermain game online."

Satria mengenok ke arah Kelly akhirnya.

"Aku tahu kau takkan melakukannya."

Kelly tak berkata apapun tentang itu. Tapi dia melihat ke ruangan lain.

"Selamat pagi, Rei. Kau tahu bahwa ini terlalu pagi untuk sesimu, bukan?"

Rei? BJ tidak tahu kalau manusia itu ada di ruangan ini. BJ tidak bisa melihatnya berada di ruangan ini karena Rei sengaja menyembunyikan dirinya di ruangan peralatan, di mana Kelly selalu menggunakannya sebagai ruang ganti.

Setelah menyadari keberadaannya, Rei akhirnya keluar dari persembunyiannya.

"Selamat pagi, Kelly." Dengan tenang dia juga menyapa BJ namun dengan nada sinis. Dan untukmu juga, Brandon."

"Selamat pagi kembali, Rei." BJ membalasnya dengan nada yang canggung. DIa sadar bahwa Rei menatapnya dengan tajam seakan dia ingin membunuhnya.

"Aku tahu kalian sudah mengenal satu sama lain, tapi aku tidak pernah melihat kalian berdua sedekat ini." Timpal Kelly dengan kepolosannya. Dia terus-terusan melihat ke arah Rei dan BJ bergantian.

"Hanya satu jurusan, kau tahu itu." Balas BJ.

"Dia sebenarnya akhir-akhir ini datang dan main ke rumahku." Kata Rei. Sengaja melakukannya.

Kelly menatapnya.

"Aku tahu itu." Lalu dia menatap BJ. "Apa kau menikmati pestanya?"

"Apakah aku harus menjelaskan itu semua padamu juga?" BJ merasakan bahwa dia sedikit berkeringat dingin. Dia tahu sebenarnya apa yang dimaksudkan dengan Kelly, lebih dari itu.

"Kalau kau mau." Kelly beralih ke Rei lagi. "Maafkan aku, Rei. Aku sudah bilang bahwa aku tidak bisa mengikutinya karena aku ada urusan."

"Apa maksudmu dengan liburanmu itu?"

"Semacam itu."

Kelly mendekati Satria tanpa harus melihatnya, lalu dia menggantikan layar hologram Satria yang semula berisi game online dengan layar hologram berisi pekerjaannya.

"Bagaimana dengan liburanmu?" tanya Rei.

"Melelahkan." Jawab Kelly tanpa ada jeda apapun. Nadanya juga tampak terburu-buru, bukan terdengar kelelahan. "Aku harus mengerjakan beberapa hal di sini terlebih dahulu, apakah kalian tidak masalah jika harus menunggu sebentar?" Tanya Kelly kemudian kepada Rei dan BJ.

Kedua laki-laki itu langsung menganggukan kepalanya.

"Ada mesin minuman di sebelah sana, kalian boleh menikmatinya. Mesinnya sudah otomatis, tinggal letakan gelasnya saja di sana."

Sudah tidak ada Kelly yang menjadi penghubung antara BJ dan Rei. Mereka sudah tidak peduli dengan mereka masing-masing dan lebih memilih untuk asik sendiri, alias tanpa ada omongan. BJ menjaga jarak dari Rei dengan duduk di sebuah kursi dekat dengan Kelly. Meski tidak mengerti, dia melihat apa yang dilakukan Kelly dan Satria di depat monitor hologram dengan projek mereka. Sebaliknya, Rei merasa lebih haus pagi ini. Seharusnya dia sudah cukup minum sebelum dia sampai di tempat ini. Tapi, amukan emosi yang dipendamnya setelah bertemu si sialan itu berakhir mendidihkan seluruh cairan di dalam tubuhnya. Minuman dingin bisa mendinginkan kepalanya serta tubuhnya sekarang yang sangat ingin mencabik-cabik seseorang.

Rei harus penuh kontrol atas dirinya. Itu yang selalu ditekankan oleh dirinya sendiri. Dalam kondisi apapun, dia ingat bahwa berurusan dengan orang harus dihadapi dengan cerdas, tidak dengan emosinya meski seberapa besarnya amukannya seperti sekarang ini. Dia tidak ingin membuat kegaduhan, tidak mau ada tontonan, dan tidak ingin apapun merusak reputasinya hanya sekedar permasalah emosi yang tidak bisa dia kontrol.

Dalam posisi yang berada di tengah-tengan ruangan, Kelly dapat melihat dengan jelas Rei berdiri di dekat mesin minumannya. Tentu saja, dia dapat melihatnya meremas gelas karton di genggaman tangan Rei hingga tak berbentuk.

"Kau kerjakan sisanya sendirian!" Perintah Kelly untuk mengakhiri waktunya dengan Satria kali ini. Rasanya begitu melelahkan mengerjakan bagian Satria yang tidak pernah mau mengerjakan laporan penting tiap harinya. Kemudian dia menambahkan lagi dengan berbisik padanya, "Kau harus mengerjakannya jika kau tak mau dia datang untuk meminta laporanmu secara langsung."

Satria tidak menghiraukannya sambil mengerjakan laporannya.

"Aku harus melakukan pemeriksaan ke tubuh Rei setelah ini, tolong tunggu sebentar lagi ya." Kata Kelly ke BJ.

"Ya, tentu saja."

"Rei, kemarilah." Kata Kelly akhirnya.

BJ tidak tahu kalau laki-laki ini harus datang kepada Kelly.

Rei langsung mendekatinya setelah dia membuang gelas kartonnya yang sudah tidak berbentuk itu.

"Sudah selesai dengan si pemalas?" tanyanya dengan sedikit bercanda. Dia tahu kalau ini akan menyinggung Satria.

"Dia tidak pemalas, Rei."

"Aku hanya mencoba untuk efisien mungkin." Timpal Satria.

"Aku tidak melihatnya."

"Sudahlah. Jangan buat kehilangan semangatnya." Kata Kelly untuk menghentikan mereka berdua. Akan sangat merepotkan jika Satria tiba-tiba berhenti mengerjakan laporannya.

"I'm sorry." Kata Rei kepada Kelly, bukan ke Satria.

Kelly tidak mengerti maksudnya.

"Mari kita mulai pemeriksaanmu." Kelly membuka layar hologram dan menari berkas data tentang fisik Rei. "Hari ini, aku hanya akan memeriksa fisikmu secara yang terlihat di layar ini saja. Sisanya, kita bisa atur jadwal lainnya..."

Kelly mengamati layar hologram tersebut dengan teliti. Setiap data yang dia dapatkan, dia menganalisanya menjadi sebuah informasi tentang keadaan tubuh Rei seperti keadaan suhu tubuh, tekanan darah, dan detak jantung per menit. Dia mendapatkan bahwa kondisi tubuh Rei dalam keadaan yang sangat baik, bahkan mengalami perkembangan yang bagus.

"Semuanya bagus, menurut data di layar ini. Bahkan kau mengalami perkembangan? Aku tak yakin menyebutkannya, tapi memang tidak ada gejala fisik akibat training kita untuk sampai saat ini." Kelly sedikit cemas akan hal itu. Baginya, bukan sesuatu yang baik ketika semuanya dinilai baik-baik saja.

"Apakah itu bagus?"

"Siapapun yang melihat kondisimu di sini pasti bilang sangat bagus. Namun, aku menemukan bahwa jantungmu berdekat lebih cepat daripada biasanya. Apakah kau merasakan tegang ataupun terlalu bersemangat pagi ini?"

"Kurasa benar." Rei hanya dapat tersenyum.

Kelly kembali mengecek layar hologramnya untuk memastikan bahwa apa yang diperkirakannya itu benar. Namun, dia tidak mendapatkan sesuatu yang sesuai di benaknya sekarang. Sebenarnya, Kelly juga sedang kebingungan. Ini tidak seperti yang telah dia pelajari tentang tubuh manusia dan bagaimana keseimbangan tubuh itu terbentuk dari setiap sistem organ yang bekerja. Jika jantung sebagai organ sistem yang mengatur peredaran darah berdetak dengan cepat, seharusnya ada efek samping terjadi pada tubuh orang normal seperti salah satunya adalah naiknya suhu tubuh.

Apakah ada sebuah kejala seperti kasus Rei ini? Kelly tidak mengerti dengan kondisi tubuh Rei dengan suhu tubuh yang hampir normal. Mau tak mau, Kelly harus berhipotesis tentang ini.

"Apakah ada sesuatu?" tanya Rei yang merasakan kebingungan Kelly.

"Ya, tapi bukan apa-apa. Aku hanya terlalu lelah untuk membuat sebuah hipotesis."

"Kau yakin tak apa-apa?" itu BJ yang bertanya sambil melihat wajah Kelly yang tampak normal. Dia tidak melihat bahwa wajah Kelly pucat ataupun lesu.

Kelly hanya mengangguk.

"Sebenarnya, apa yang kau lakukan saat kau berlibur hingga membuatmu begitu lelah?" tanya Rei.

BJ langsung melototinya karena itu bukanlah hal yang harus dicampuri oleh Rei.

"Banyak hal." Jawab Kelly. "Kita masih dalam pemeriksaan tubuhmu, bukan tubuhku. Dan BJ, kembalilah ke posisimu, biarkan aku bekerja."

"Melihatmu bersikeras untuk meneruskan ini dalam keadaanmu yang kurang baik, kau mengingatkanku akan seseorang, Kelly."

Kelly tidak tertarik dengan itu, tapi Rei tetap bicara.

"Kau tahu, aku memiliki saudara kembar. Tapi dia memiliki penyakit yang sangat serius hingga tidak bisa keluar dari rumah. Dia sepertimu, sangat bersikeras untuk melakukan apapun meski keadaan tubuhnya tidak baik."