"Iya itu saya," ucap Heru datar.
"LOH KOK TAU KALO AKU TINGGAL DISINI?"
"Dikasih tau sama bu Lastri,"
"Oh..."
Nala hanya manggut-manggut paham. Tentu saja Heru ke rumahnya atas info dari eyang Lastri. Tapi, mengapa ia datang kesini dan meminta izin untuk meminang dirinya?
Hening dan suasana canggung pun melingkupi seisi rumah.
"Jadi... gimana dek?" ucap Heru pada akhirnya memecah keheningan.
"Yah... nunggu papa pulang dulu ya mas. Nanti baru kita diskusiin lagi, gapapa kan?" jawab Nala ragu-ragu.
"Yaudah gapapa. Boleh minta nomor wa-nya dek?"
Nala hanya mengangguk kikuk, kemudian menyerahkan hp-nya kepada Heru dalam kondisi sudah menampilkan profil wa-nya.
"Sudah. Kalo gitu, dua hari lagi saya beserta orang tua saya kemari lagi dan dek Nala harus sudah jawab pinangan saya dua hari lagi ya dek," ujar Heru.
Heru pun pada akhirnya pamit setelah mengutarakan tujuannya ke rumah Nala. Nala dan mama Nala pun hanya bisa bengong setelah kepergian Heru.
"Meminang tuh apasih!" ujar Nala sebal.
Dengan tergesa, ia membuka hp-nya dan mencari kosakata 'meminang'.
"Meminang adalah -ANJIM!" pekik Nala kaget.
"MAAAA!!! NALA GAMAU NIKAH MUDAAA!!!!" teriak Nala setelah mengetahui arti kata dari meminang.
"AAAAA ANAK MAMA DILAMAR ORANG AKHIRNYA. YA AMPUNNN, AKHIRNYA NALA LAKU JUGA YA ALLAH!!" pekik mama Nala kegirangan.
"MA!" teriak Nala lagi. Perasaan Nala kini campur aduk, antara senang, marah, sedih, dan lain-lain.
"Ada apa neng? Cieee yang dilamar sama anak cowo. Ganteng, mapan, soleh lagi. Aduhh tipe mama bangettt," ujar mama Nala dengan ekspresi senang.
Nala menatap mamanya datar.
"Yaudah gih, mama aja yang nikah sana," ucap Nala datar.
"Dih, Mulutmu dijaga ya! Kan mama udah nikah sama papa," ujar mama Nala.
"Ish! Tau ah! Nala pundung sama mama!"
Nala melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju kamarnya. Ia membanting pintu dengan keras tatkala kini perasaannya sedang campur aduk dan ia bingung bagaimana cara mengekspresikannya.
🐣
"Nala mana ma?"
"Gatau tu anaknya malah marah-marah ga jelas. Ngunciin diri di dalam kamarnya,"
"Bukannya kalo dilamar tuh seharusnya seneng ya? Ekspresimu pas dulu tak lamar kan yo seneng kan ma? "
"Ya seneng to pa. Namanya juga dilamar, cewe mana yang gasuka dilamar to pa. Anakmu aja yang aneh, moso dilamar orang malah marah-marah,"
"Sini, aku pen ngomong sama Nala,"
"Bentar,"
Mama Nala menaiki anak tangga dan menuju kamar Nala. Ia mengetuk pintu kamar Nala dengan lembut.
"Nal, ini papa mau ngomong sama kamu," ujar mama Nala dari arah luar pintu. Sedangkan Nala sibuk berkutat pada aktivitas media sosialnya dan menyelimuti dirinya menggunakan selimut yang tebal.
"Nal, papa pen ngomong mumpung lagi vidcall-an nih sama mama," ujar papa Nala ikut memanggil Nala.
"Tuh kan pa, anaknya pundung!" ucap mama Nala.
Ceklek,
"Sini," ucap Nala sambil merentangkan tangan kanannya dengan mimik muka yang cemberut.
Mama Nala menyerahkan hp miliknya kepada Nala. Selepas itu Nala kembali memasuki kamarnya dan menguncinya.
"Anaknya papa kenapa marah-marah hm?" tanya papa Nala lewat video call.
"Nala masih pengen kuliah pa, masih pengen ngejar cita-citanya Nala. Tapi... Arghhh!" teriak Nala tiba-tiba, ia mengacak-acak rambutnya dengan kesal.
"Kenapa?" tanya papa Nala dengan nada khawatir.
"Tapi mas Heru udah bilang kaya gitu pa! ngungkapin keinginannya dihadapan Nala sama mama secara langsung!" protes Nala.
"Dih, kok dia pas bilang kek gitu gada nada groginya ya," gumam Nala pelan namun dapat didengar oleh papa Nala.
"Ya kan masih dihadapannya kalian berdua. Dihadapannya papa kan belum," ujar papa Nala.
"Papa besok jumat pulang kan?" tanya Nala ragu-ragu.
"Ya harus pulang toh? kata mamamu nanti si mas-nya itu mau dateng lagi ke rumah nemuin papa."
"Argghhhhhh!!! FRUSTASI AKU PA!!"
"Ngapain Frustasi to kak? dibawa santai aja gitu loh. Orang dia juga modal ngomong minta izin dulu kan?"
"Tapi kan..."
"Nanti ajalah kita bahas sewaktu papa udah dirumah. Dah ya, papa mau nyari makan malam dulu, hp-nya mama jangan lupa dikasihin lagi ke mama!"
"Ya pa,"
"Yaudah jangan cemberut. Ntar cantiknya ilang. Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Pip
Dengan malas, Nala melangkahkan kakinya gonta menuju kamar mamanya. Ia menatap kosong pada ubin-ubin lantai yang terasa dingin di kakinya.
Tok Tok
"Ma!" teriak Nala dari luar pintu kamar.
"Udah telponannya?" tanya mama Nala.
"Udah. Nih," ucap Nala sembari menyerahkan hp-nya kembali kepada mama Nala.
"Papa bilang apa?" tanya mama Nala lagi.
"Kepo," ujar Nala judes kemudian ia melangkahkan kakinya untuk kembali lagi ke kamarnya.
🐣
"Ini sengaja bapak sama ibu saya tempatkan di sebelah kamarnya mas Heru,"
"Makasih bu. Maaf ngerepotin. Ntar biaya nginapnya biar saya bayar aja ya bu,"
"Oh nda usah. Kan bentar lagi mas Heru jadi cucu mantu saya,"
"Tapi tetep aja ga enak bu. Udahlah nanti uangnya saya serahkan sama anak saya saja ya bu,"
Eyang Lastri melambaikan tangannya cepat. Ia dengan keras menolak pemberian uang dari orang tua Heru.
"Yaudah deh bu. Saya mau ngurusin tanaman saya dulu, ibu sama bapak silahkan istirahat dan ngobrol dengan mas Heru," ujar Eyang Lastri lalu pergi meninggalkan orang tua Heru begitu juga dengan Heru.
Ibu Heru dengan cepat membawa anaknya ke dalam kamar yang disediakan oleh eyang Lastri untuknya.
"Gimana Her? Kemarin kamu lamar anaknya sukses atau nggak?" tanya ibunya Heru.
"Anaknya syok bu," jawab Heru
"Lah kok?"
"Heru gatau bu. Awalnya pas nyampein niatan Heru mau ngelamar dek Nala tu sempet grogi, tapi pada akhirnya gajadi grogi gara-gara dek Nala,"
"Kenapa?"
"Menurut Heru anaknya lugu bu,"
"Lugu? Malah bagus kan anak gadis sifatnya lugu gitu. Oiya Her, ceritain lagi tentang menantunya ibu, dua minggu yang lalu kan pas kita telponan kamu cuma ngasih fotonya aja lewat wa-nya ibu. Udah gitu, kamu cuma bilang cucunya ibu kos kamu. Ibu kan jadi gatau karakter menantu nya ibu nanti kek gimana," protes ibunya Heru.
"Besok ibu sama bapak kan ketemu langsung sama dek Nala," jawab Heru.
"Kamu yakinkan milih si Nala jadi istrimu nanti?"
"Insyaallah yakin bu, Moga aja Heru tepat milih Nala buat dijadiin pendamping hidupnya Heru,"
"Toh kamu yang udah terlanjur ngelamar. Harus mantep ya ama pilihanmu!" ujar ibunya Heru.
"Iya bu," ucap Heru sambil menundukkan kepalanya.
"Yaudah ibu ma bapak mau rehat dulu. Bismillah aja dulu, semoga besok acaranya lancar,"
"Amin,"