"Ya mas yakinlah. Daritadi kok perasaan saya pertanyaanmu seputar yakin atau tidaknya lamaran saya ke kamu dek?" tanya Heru bingung.
"Ya mau gimana lagi. Nala orang-nya ragu-ragu mas, sekaligus pemilih. Apalagi milih calon pendamping idup," jawab Nala dengan nada datar.
"Kamu mau nanya lagi ga dek?" ujar Heru.
"Mas Heru kok milih Nala buat dijadiin calon istri? Padahal kan wanita diluar sana banyak mas, dan itu mesti seusiamu juga masih pada jomblo kan? Kok ga gebet itu aja?" tanya Nala antusias ingin mendengar jawaban dari Heru.
Mas Heru terdiam sesaat. Ia tampak memikirkan jawaban yang tempat untuk menjawab pertanyaan Nala.
"Gimana ya dek. Saya lebih suka ta'aruf daripada pacaran yang ga jelas. Untuk masalah perempuan mana yang akan saya pilih. Saya milih kamu itu bukan karena pendapat dari eyang Lastri atau siapapun, tapi itu memang dari hati nurani dan logika pemikiran saya yang menuntun untuk meminangmu dek," jawab mas Heru yakin dan lagi-lagi menatap Nala sambil tersenyum manis.
Degdegdegdeg
Anjir hati gue udah ga ke kontrol ni. Jangan pingsan Nal!, batin Nala dalam hati.
"O-Oke, kapan-kapan aku tanya lagi ke kamu boleh kan mas?" ucap Nala gugup.
Heru mengangguk.
"Boleh dek,"
"Jadi gimana bapak ibu? Pinangan saya kepada dek Nala apakah diterima?" tanya Heru memandang kedua orang tua Nala.
"Saya sih setuju aja kalo mas Heru mau jadi suaminya Nala. Sekarang tinggal papanya Nala sama dek Nalanya sendiri," kata mama Nala.
"Aku nunggu pendapatnya papa sama Atha aja ma," sanggah Nala cepat.
"Yang mau nikah siapa minta pendapatnya ke siapa," ujar Atha sinis. Nala menatap sebal ke arah Atha dan hanya mendapat jawaban mengejek dari Atha.
Pak Wahyu mengehembuskan nafasnya perlahan, ia menatap Heru serius.
"Saya setuju kalo Nala setuju," ujar pak Heru.
Semua orang menoleh ke arah Nala. Nala sekarang menjadi pusat perhatian diantara keluarganya maupun keluarga Heru.
Nala menatap Atha tajam. Ia memberikan kode sebagai arahan untuk Atha membuka sebuah komentar tentang pinangan Heru kepadanya.
Atha mengerlingkan matanya kemudian menghembuskan nafasnya kesal.
"Aku gapapa kalo kakak mau nikah. Lagian kasian aku ngeliat kakak, jomblo mulu." ucap Atha dengan ejekan khasnya.
Sialan, punya adek gaguna, bukannya belain malah ngejek. Awas aja abis acara ini lo gue sepak beneran! , batin Nala geram.
"Jadi gimana Nal?" tanya pak Wahyu.
"E-ehh?!" ujar Nala syok. Ia terdiam sejenak untuk berpikir kemudian mendongakkan kepalanya menatap Heru sambil tersenyum manis.
"Yaudah deh Nala terima. Bismillah aja ya mas," ujar Nala dengan nada sepelan mungkin.
"Diterima?" tanya Heru takut-takut.
Nala mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian menunduk malu. Entah sekarang wajahnya memerah seperti tomat atau seperti hal lainnya, ia tak peduli. Ia merasa malu dan menahan ritme jantungnya yang berdetak kencang tak karuan.
"Gimana sama pak Wahyu sendiri? Jawabannya gimana pak?" tanya pak Syarif.
"Kan saya sudah bilang. Kalo anak saya setuju ya saya setuju," ujar pak Wahyu.
"Alhamdulillah diterima,"
"Anak kita bentar lagi ga bujang lagi bu!" pekik pak Syarif girang sambil menepuk-nepukkan tangannya.
"Astagfirullah pak! Malu diliatin besan!" ujar ibu Heru menepuk pundak pak Syarif menahan malu.
"Ekhem. Maaf pak bu, saya terlalu seneng sampai lupa tempat," ucap pak Syarif malu.
"Ahahaha sante ae pak. Kan bentar lagi ibu sama bapak jadi besannya kita, anggep aja kek rumah sendiri yaa," ujar mama Nala.
Keadaan di rumah Nala pun pada hari ini berisi dengan canda tawa dan cerita-cerita tentang kedua belah pihak. Awalnya Nala merasa senang, namun entah kenapa dipikirannya terasa mengganjal karena papanya sendiri. Nala mencoba menepis pikirannya dan digantikan dengan canda tawanya mendengar lelucon dari kedua keluarga yang sedang berkumpul.
๐ฃ
Di penghujung acara, keluarga Nala dan keluarga Heru menyepakati rencana-rencana dalam acara pernikahan Heru dan Nala.
"Heru mau nikah kapan?" tanya pak Syarif.
Heru memandang Nala sekilas kemudian kembali menatap bapak kandungnya.
"Kepinginnya Heru sih minggu depan pak. Tapi Heru ngikut dek Nala aja deh," jawab Heru sambil melirik ke arah Nala.
What?! Mingdep?, batin Nala syok.
"Bukannya kecepeten mas? Mingdep tu rasanya cepet banget loh. Aku pinginnya sih bulan depan kalo ga dua bulan lagi. Gimana?"
"Bulan depan? Dua bulan lagi? Gamau ah dek. Kelamaan, minggu depan aja ya?" pinta Heru.
Anjir, buru-buru amat ni orang, batin Nala.
Nala tersenyum masam ke arah Heru.
"Kalo gamau bulan depan yaudah kita batal nikah aja deh!" ucap Nala kesal.
"Loh?! Loh?!" sahut semua orang yang berada di ruangan tersebut.
"Yah dek, jangan gitu dong. Yaudah dua minggu lagi aja gimana?" tawar Heru.
"Bulan depan aja mas. Kita kan harus nyiapin buat acara pernikahan kita,"
"Kan corona dek...."
Oiya goblok, kan lagi corona, batin Nala meringis.
"Yaudah deal, dua minggu lagi," ucap Nala menyetujui.
"Langsung ke KUA aja ya?" tawar Heru lagi.
"Astagfirullah," keluh Nala.
"Napa?"
"Moso langsung ke KUA sih?!" protes Nala.
"Ya kan emang langsungan toh?"
"Tau dah. Nurut aja aku,"
"Gimana jadinya?" tanya pak Wahyu ingin tahu jawaban akhirnya.
"Yaudah pa, Nala setuju kalo langsung ke KUA deh, biar langsung cepet sah," ujar Nala mengalah.
"Untuk acara buat para tamu undangannya kita adain selepas corona selesai aja ya," ucap ibunya Heru yang disertai anggukan oleh semua yang hadir disitu.
"Yaudah bapak ibu. Untuk urusan acara pernikahannya kita serahkan saja pada dua orang yang akan menjadi pasangan suami istri ini. Udah selesai kan Her?" ujar pak Syarif.
"Udah pak. Nanti urusan selebihnya biar Heru sama Nala yang urus," kata Heru.
Keluarga dari pihak Heru saling berpandangan memberikan kode satu sama lain. Akhirnya pak Syarif memutuskan untuk menyudahi acara pada hari ini.
"Saya pak Syarif selaku bapaknya Heru dan perwakilan dari keluarga Heru, pertama-tama ingin mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas perilaku dan perkataan kami yang mungkin membuat keluarga dek Nala tidak nyaman atau tidak suka terhadap kami, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kemudian, saya mengucapkan terimakasih banyak atas kelancaran proses perkenalan dan mungkin ini termasuk dalam kategori lamaran, saya beserta keluarga mengucapkan terimakasih kepada keluarga dek Nala, termasuk dek Nala-nya sendiri yang sudah mau menerima lamaran dari putra kami."
"Mungkin, acara pada hari ini kami cukupkan terlebih dahulu. Untuk proses selanjutnya kita hanya bisa menunggu hasil kesepakatan dari kedua calon mempelai. Saya beserta keluarga sekali lagi mengucapkan terimakasih banyak untuk keluarga dek Nala. Kalau begitu sesi acara pada hari ini kami tutup terlebih dahulu. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," jelas pak Syarif panjang kali lebar disertai senyuman khas miliknya.
Keluarga Heru serentak meninggalkan kediaman keluarga Nala setelah Heru dan Nala saling bertukar nomor telepon.
Ting!
Hp Nala berbunyi menandakan sebuah notifikasi. Nala dengan cepat meraih ponselnya dan membuka notifikasi tersebut.
Mas Heru
Test
Assalamu'alaikum dek Nala๐