Dia telah mengatakan banyak hal, tetapi dia tidak melihat reaksi apa pun dari Fira, dia hanya mengerutkan keningnya sedikit lebih dalam, dan menunjukkan ekspresi tidak sabar di wajahnya.
Setelah tidur, Fira merasa jauh lebih baik.
Yang membuatnya semakin bingung dan terkejut adalah bahkan tubuhnya tidak merasakan rasa sakit lagi seperti sebelumnya.
Dia melihat ke bawah, dan pakaian berlumuran darah yang dipakainya sudah diganti, dan dia kini mengenakan rok panjang berwarna hijau muda.
Ashira yang mengganti gaunnya. Meskipun Fira tidak menyukai Ashira, tapi dia berkata dengan lembut, "Iya, Ashira, terima kasih telah membantuku memakai pakaian yang bersih."
Ashira tidak puas. Dia mendengus lalu berbalik dan berkata, "Jika bukan karena perintah Raden untuk mengganti gaunmu dengan yang lebih bersih, menurutmu apakah kamu pantas membuatku melakukannya? Izinkan aku mengatakannya sekali lagi, jangan kabur, sudah terlambat untuk menyesal sekarang"
Setelah mengatakan kalimat yang misterius dan menegangkan itu, Ashira pergi.
Ada makanan di atas meja di samping Fira, dan asap makanan itu masih mengepul. Sepertinya Ashira baru saja tiba.
Fira duduk di tempat tidur dan melihat sekeliling.
Perabotan di dalam kamar ini sangat sederhana, dan terdapat sebatang pohon besar dengan bunga berwarna merah di luar jendela.
Setelah dia bangun dari tempat tidur dan makan, dia berjalan keluar rumah.
Langit berwarna abu-abu, dan ada sedikit warna putih dari ufuk timur. Dia menatap ke arah langit dan memperkirakan ini masih sekitar jam lima atau enam pagi.
Sepi sekali.
Sangat tenang, bahkan dia bisa mendengar nafasnya sendiri.
Sesekali terdengar satu atau dua kicauan burung.
Dia tinggal di sebuah daerah yang kecil di mana dia bisa dengan bebas bergerak, dan tidak butuh waktu lama bagi Fira untuk bisa berjalan beberapa kali di halaman.
Berpikir bahwa dia saja harus berjuang untuk bisa berbicara sebelumnya, tetapi sekarang sepertinya dia telah diberi semacam obat yang sangat mujarab, dia seperti orang yang baik-baik saja, dan dia merasa sangat bingung.
Bisakah dia menyembuhkan lukanya hanya dengan tidur? Ini tidak mungkin.
Tapi keadaannya memang sudah membaik sekarang, meski masih ada sedikit rasa sakit di dadanya, tapi rasa sakit itu masih bisa diabaikan.
Selama dia tidur, apakah ada seseorang yang menyembuhkannya?
Juga, mengapa Ashira harus berulang kali menekankan dan menyuruhnya untuk tidak berjalan-jalan keluar? Mungkinkah jika dia meninggalkan halaman ini, akan ada monster yang akan dia temui?
"Ah ... Tolong ... Tolong ..."
Saat dia ragu-ragu apakah akan mencari tahu jawaban keraguannya, tiba-tiba, sebuah tangisan yang menyedihkan terdengar di telinganya dengan jelas.
"Tolong ... Tolong ... Tolong, tolong, biarkan aku pergi, aku tidak akan berani lagi." [
Teriakan demi teriakan terdengar, dan itu bukan dari orang yang sama.
Fira terkejut, dan dia dengan cepat menemukan darimana arah suara-suara ini berasal.
Orang yang mendengarkan tangisan yang menyedihkan dan menyakitkan itu pasti akan merasa ngeri.
Dia tertegun selama beberapa detik, dan ketika tangisan itu terdengar lagi, meskipun dia telah diperingatkan berulang kali oleh Ashira, dia tetap berlari keluar dari halaman.
Suara itu datang dari arah selatan, setelah Fira lari keluar halaman, dia menyadari bahwa ada sebuah lembah yang dalam.
Dikelilingi oleh perbukitan yang hijau di semua sisinya, awan dan kabut ada di mana-mana.
Dia mengikuti suara itu sampai ke depan, dan setelah beberapa menit berjalan, jeritan itu tiba-tiba menghilang.
Fira berhenti.
Embusan angin bertiup kencang, dingin, dengan bau darah yang samar-samar tercium hidungnya.
Mungkinkah ini sebabnya Ashira memperingatkan dia?
Tempat apa ini?
Siapakah Ashira dan pria berjubah putih itu?
Apa yang terjadi dengan teriakan itu sekarang?
Untuk sementara waktu, dia memiliki terlalu banyak keraguan di dalam hatinya.
Dia juga mengerti bahwa dia tidak boleh usil untuk mencari tahu, tetapi dia adalah seorang polisi di kehidupan sebelumnya. Semakin banyak dia menemukan hal-hal yang membuatnya bertanya-tanya dan ragu, semakin dia ingin mengungkap misteri itu.
Dia berdiri mematung di sana selama beberapa detik, dan memutuskan untuk mencari tahu.
Hanya beberapa langkah ke depan, dia menemukan sebuah gua tidak jauh di depannya.
Cahaya putih sedikit redup bersinar dari dalam gua.
Cahaya ini tidak seperti cahaya lilin, cahaya putih yang terang memberikan sebuah keanehan yang tak bisa terlukiskan.
Ada suara samar air beriak, dan suara air itu datang dari dalam gua bersama dengan cahaya putih tersebut.
Fira menatap gua itu selama beberapa detik, lalu dia berjalan dengan perlahan.
Semakin dekat dia ke mulut gua, semakin rendah suhu di sekitarnya.
Bahkan lebih dingin ketika dia telah mencapai pintu masuk gua, begitu angin bertiup, Fira buru-buru memeluk lengannya, dan seluruh tubuhnya langsung merinding.
Jelas udara dingin ini berasal dari dalam gua.
Dia menjadi semakin penasaran.
Apa ada es di dalam gua ini? Kalau tidak, bagaimana bisa sangat dingin seperti ini?
Dia perlahan mendekati gua itu dengan penuh rasa ingin tahu.
Di dalam gua terasa lebih dingin daripada di luar, seolah-olah dia berjalan ke dalam es dan salju.
Dinding gua penuh dengan berbagai bunga warna warni, dan suara gemercik air menjadi lebih jelas dan lebih jelas lagi. Fira menggosok tangannya dan berjalan ke dalam selama beberapa menit. Tiba-tiba, dia menjadi kaku dan dia terdiam beberapa saat.
Ada kolam yang jaraknya lima atau enam meter darinya.
Memang tidak jarang ada kolam di dalam gua.
Yang membuatnya terpana adalah ada seseorang yang sedang berdiri di dalam kolam.
Seorang pria.
Meskipun dia hanya melihatnya sekali, dia sudah tahu siapa orang itu meski hanya melihat dari belakang.
Pria itu memunggungi dia.
Tubuhnya. . . . sepertinya dia tidak memakai sehelai pakaianpun.
Rambut hitam yang lembut itu hampir menutupi seluruh punggungnya.
Dia diselimuti dengan cahaya putih yang terang.
Ternyata cahaya putih itu berasal darinya.
Sungguh. . ini sungguh menakjubkan.
Bagaimana cahaya bisa muncul dari tubuh seorang manusia?
Sesuatu yang tidak pernah Fira pikirkan sebelumnya. . .
Dia melebarkan matanya dan melihat dengan jelas bahwa ada sepasang telinga yang runcing tumbuh di kepala pria yang menghadapkan punggungnya itu!
Kemudian. . Rambut hitam lembutnya juga berubah.
Ada ekspresi keterkejutan tersirat di matanya.
Pria itu dengan segera dikelilingi oleh lapisan cahaya putih, dan kepalanya berubah dengan drastis dalam sekejap. . .
Dia tidak percaya apa yang telah dilihatnya.
Apakah dia masih bermimpi? Apa dia belum terbangun dari mimpi?
jika tidak. . . Bagaimana bisa dia menjelaskan semua yang dia lihat di depannya?
Orang itu. . Bagaimana bisa dia tiba-tiba menjadi. . . Menjadi rubah putih dengan tinggi lebih dari dua meter!
Dia menggosok matanya, mengira dia sedang mengalami halusinasi.
Fira berkedip dan melihat ke depan. . . Peristiwa di depannya masih belum berubah.
Rubah putih setinggi dua meter itu duduk di dalam kolam, dan cahaya putih menembus celah di langit-langit gua dan melebur menjadi cahaya yang mengelilingi rubah putih itu.
Bulu aslinya yang seperti salju bahkan lebih indah jika dilihat di bawah sinar bulan.
Dia belum pernah melihat makhluk seperti ini.
Ini baru pertama kalinya dia melihat rubah dengan tubuh yang sangat besar dan bulu yang begitu indah.
Ketika Fira masih kecil dulu, dia pernah mendengar beberapa dongeng mengenai siluman rubah.