Setelah mengungkap yang ada di balik topengnya, Byakta terlihat memiliki sikap yang melampaui semua orang, dan memancarkan karakter yang mulia dan anggun seperti batu giok yang terindah di dunia.
Angin sepoi-sepoi bertiup, meniup rambut hitam panjang dan kulit putih yang lebar di dahinya.
Kabut putih di pegunungan berlama-lama di sampingnya, seperti di dalam mimpi.
Seperti yang Fira bayangkan, Byakta memang memiliki penampilan yang memukau.
Wajah seperti itu tidak kalah dengan Arbani dan Suhita.
Jika harus menggunakan sejenis bunga sebagai metafora, Byakta seperti teratai putih di kolam.
Bersih, mulia, dan menawan.
Fira menatap kosong, dan ada suara mendadak yang dibuat oleh Kairav yang menarik pikirannya kembali.
"Paman Byakta, kamu terlihat sangat tampan, sama tampannya dengan ayahku."
"Siapa ayahmu?"
Kairav berkata dengan jujur, "Aku tidak tahu siapa nama ayah. Tapi Paman Haris memanggilnya Raden."
Byakta tampak terkejut.