Anindita hampir tertawa terbahak-bahak, dan tangannya melingkar di leher Arbani dengan erat.
Seolah-olah Arbani telah memperhatikan tatapan Fira, Arbani tiba-tiba mengangkat matanya, dan senyum tak dikenal muncul di mata peraknya yang penuh cinta itu, dia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Anindita, dan berkata dengan senyum jahat, "Sejak kapan aku berbohong padamu?"
Anindita juga melihat Fira. Senyuman di wajahnya menegang, dan dia cemberut lalu berkata dengan genit, "Kamu bohong, kenapa manusia yang rendahan ini bsia ada di sini?"
" Oh, dia ah … "
Arbani menatapnya dengan samar, dengan nada tenang, "Dia hanyalah pelayanku, kenapa kau bisa membandingkan dirimu dengan seorang pelayan kecil sepertinya?"