"Devan!" teriakku membuka mata.
Aku mengusap air mataku. Mimpi yang terasa begitu nyata.
Tes ... tes ... tes!
Air mataku kembali keluar.
"Devan, mengapa kamu hadir dalam mimpiku? Apakah kamu hanya ingin mengatakan hal itu padaku?" lirihku memeluk kedua kakiku.
Tok ... tok ... tok!
"Kei, kamu udah bangun?" tanya ibu.
Aku langsung menegakkan kepalaku seraya menahan tangisanku. "Udah kok Bu ..." jawabku.
"Ayo sarapan dulu," ajak ibu.
"Iya Bu, nanti aku nyusul Ibu," balasku.
Setelah itu, ibu segera berjalan ke ruang makan. Sebenarnya ibu mendengat teriakanku, namun tidak ingin membuatku khawatir, ibu hanya mengajak aku sarapan pagi.
Aku berdiam diri sejenak sebelum mencuci muka dan menyamarkan mata bintitku.
"Apa sudah waktunya aku memberitahukan ibu dan ayah jika aku ingatan kembali," gumamku.
Ceklek!
Aku keluar dengan memantapkan diri untuk memberitahukan semuanya.
"Anak Ayah udah datang," seru ayah yang dibalas senyuman olehku.
"Ayo makan dulu," ujar ibu.