Ekspetasi jauh berbeda dengan realita. Itulah yang Devan rasakan ketika menulis puisi. Berulang kali ia hapus dan berulang kali pula Devan menulisnya sampai 1 bait pun tidak terlaksana.
"Kenapa susah banget sih?" gerutu Devan.
"Duh, bisa-bisanya aku bingung mau nulis apa lagi," gerutu Devan kembali.
Lalu, Devan memutuskan untuk menghentikannya. Tutuplah buku tersebut. Devan kini telah siap merebahkan diri di kasurnya tercinta sampai matanya terpejam.
Devan tertidur sampai pukul 8 malam. Bunda sengaja tidak membangunkannya lantaran pasti Devan merasa lelah. Sebagi gantinya bunda menyiapkan makanan untuk Devan.
Devan telah terduduk bersandar pada tembok. Devan sendiri terkejut karena telah tertidur begitu saja. Setelah Devan sadar sepenuhnya, ia pergi ke ruang makan.
Di ruang makan terdapat ayah yang baru pulang kerja. Ayah membersihkan diri terlebih dahulu sebelum makan atas permintaan bunda. Kata bunda, ayah bau keringat.
