Aku telah siap untuk berangkat ke sekolah. Ketika aku sudah berpamitan dengan orang tuaku, Farel sudah menunggu di depan pagar tanpa beranjak dari motornya.
"Lho Farel? Kenapa ngga ngabarin aku dulu kalau kamu mau jemput? Jadi, aku bisa bersiap-siap lebih cepat. Farel nunggunya lama ngga?" tanyaku begitu tiba dihadapan Farel.
"Ngga kok, baru aja nyampe. Yuk berangkat," jawab Farel seraya memberikan helm.
Aku menerima helm tersebut, lalu menaiki motornya.
"Semalem mimpi buruk ngga?" tanya Farel saat diperjalanan.
"Ngga mimpi apa-apa aku," jawabku.
"Syukurlah … aku rasa kamu sudah jarang memimpikan itu," balas Farel tersenyum.
"Sebenarnya aku pernah memimpikan itu waktu aku tertidur di UKS," ucapku dalam hati.
Ingin rasanya memberitahukan Farel, namun hati berkata lain. Entah mengapa ini bukan saat yang tepat.
"Iya, berkat itu tidurku menjadi lebih nyenyak," ujarku.
"Senang mendengarnya," kata Farel.
"Maaf Farel, aku terus-terusan membohongimu," batinku.