Chereads / secret admirer boss / Chapter 33 - Kegalauan Marven.

Chapter 33 - Kegalauan Marven.

Mayang berdiri di pinggir pantai bersama Marven, keduanya memandang pembangunan resort Mayang yang sudah kembali di laksanakan seiring dengan kerja sama yang di lakukan dengan perusahaan Firman.

"Akhirnya, ada juga jalan keluar untuk masalah ini, dan apa yang aku cita-citakan dapat terwujud." Kata Mayang sambil menatap para pekerja bangunan yang sedang sibuk membangun resort miliknya.

"Ya, aku senang keinginanmu tercapai, Mayang."

"Aku ingin kembali bersama Firman suatu hari nanti, tapi aku ingin keadaanku tidak membuatnya repot, aku ingin bisa membela diriku sendiri, aku tahu dengan karirnya yang semakin berkembang maka akan semakin banyak orang yang akan mengincar kami, tidak hanya orang yang suka dengan kita, tapi yang tidak suka pun akan semakin banyak."

"Kamu sangat paham tentang hal itu, Mayang. Seandainya saja Leni mempunyai pemikiran seperti dirimu, pasti tidak akan terjadi perpisahan diantara kami." Marven mendesah nafas berat, lalu membalikkan tubuhnya menghadap ke lautan luas yang ada di hadapannya.

"aku yakin cepat atau lamabat leni akan menyadari kekeliruannya, dan dia akan kembali padamu." Mayang menatap Marven yang masih betah memandang lautan lepas.

"Aku tak berharap dia kembali padaku, tapi jika benar dia kembali, maka aku tak kan melepaskannya untuk pergi."

"Kau sangat mencintainya."

"Itu lebih baik, dari pada aku mencintaimu namun tak terbalas." Marven lalu menatap Mayang yang tersenyum menatapnya.

"Aku menyayangimu, Marven. Tapi seperti halnya Maura, aku menyayagimu sebagai kakakku."

"Aku tahu itu, dulu Leni mengejarku mati-matian, sampai aku bisa melupakan cintaku padamu, tapi setelah dia mendapatkan apa yang dia inginkan, dengan seenaknya saja dia pergi meninggalkan aku, dan tak mengabari aku sampai detik ini."

"kau sudah mencari ke kota kelahirannya?"

"Bahkan sampai tempat yang tak mungkin dia datangipun sudah aku cari, namun tak juga aku menemukannya."

"Semoga saja, Allah mempertemukan kalian lagi pada waktu yang tepat dan saat yang tepat."

"Amiin."

"Sebenarnya ada satu hal yang aku hawatirkan saat dia pergi dari diriku." Marven menundukkan kepalanya dalam, menatap pasir pantai yang menutupi kakinya yang putih bersih.

"Apa itu?" Tanya Mayang sambil melirik Marven yang terlihat sendu.

"Aku menemukan test kehamilan di meja kamarnya, dan hasilnya positif, aku takut itu benar miliknya, aku tak bisa membayangkan jika itu benar-benar terjadi, aku menghawatirkannya, bagaimana jika dia benar hamil anakku?"

Mayang menatap Marven iba, lalu mengajaknya duduk di atas pasir sambil menatap pantai dengan ombak yang mengulung saling berkejar-kejaran.

"Leni adalah perempuan kuat, dia akan tahu bagaimana menjaga dirinya sendiri, apa lagi jika dia sedang hamil, aku yakin dia bisa menjaga anak dalam kandungannya dengan baik, aku sangat mengenal leni."

"Ya, tapi tetap saja aku ingin sekali berada disampingnya jika dia benar-benar hamil, aku ingin mendampinginya menjalani masa-masa kehamilannya. aku juga ingin ada disampingnya saat dia melahirkan anak kami."

"sebenarnya apa yang terjadi sebelum kalian berpisah?"

"Aku tidak tahu, tapi saat aku pulang dari luar kota dia sudah tidak ada di rumah. Tanpa pesan apapun yang Ia tinggalkan untukku."

"Kamu tidak menyelidiki apa yang terjadi selama kamu diluar kota?"

"Tidak ada petunjuk apapun."

"Ini mencurigakan, leni bukan setan yang bisa menghilang begitu saja tanpa jejak apapun bukan?"

Marven menatap Mayang dengan mengerutkan dahi, "lalu menurutmu apa yang harus aku lakukan?"

"Kamu harus mencari seseorang yang benar-benar bisa melacak Leni, baik dengan digital atau manusia."

"caranya?"

"Firman mempunyai sahabat yang mempunyai perusahaan di bidang IT yang sangat terkenal, mintalah tolong pada Firman, tapi jangan mengatakan jika aku yang memberitahumu, dan jangan memberitahu keberadaanku padanya. OK?"

'Firman sudah tahu keberadaanmu, tanpa aku harus memberitahunya, Mayang.' Batin Marven.

"Baiklah, aku akan mencoba menghubungi Firman, dan meminta bantuannya, semoga Leni bisa terlacak dan aku bisa segera menemukannya."

"Sebelumnya Leni sangat mempercayaimu, jadi sangat mencurigakan jika tiba-tiba dia pergi hanya karena rasa cemburuny padaku, sedangkan dia sangat tahu bagaimana hubungan diantara kita."

"Kenapa aku tak pernah terfikirkan tentang itu? Sekarang aku mulai yakin pasti ada yang tidak beres dengan kepergian Leni."

"Jangan percaya dengan orang lain, kecuali dirimu sendiri walaupun itu adalah anggota keluargamu, kadang musuh itu berkamuflase menjadi sahabat atau keluarga yang menyayangimu. Kau harus hati-hati dengan hal itu, Marven. Bukan maksud ku agar kamu mencurigai keluargamu sendiri tapi ini demi kebaikanmu kita tidak tahu sebenarnya siapa musuhmu, punya atau tidak musuh dirimu, atau masalah apa yang sebenarnya terjadi, kita sama sekali belum tahu apa-apa Marven."

"Kamu benar Mayang, terimakasih telah memberikan pencerahan padaku."

"Apa pun yang terjadi, akan mendukungmu, dan membantumu Marven."

"Ya, ternyata tidak percuma aku mengadakan event di pulau ini, aku bisa menemuimu dan aku juga bisa tercerahkan atas permasalahan yang menimpaku."

"Percayalah Marven semua akan kembali seperti semula, sama halnya dengan diriku dan juga Firman, aku yakin suatu hari keadaan kami akan kembali seperti semula. Kami akan kembali bersama."

"Aku senang kau punya pemikiran seperti itu."

"Aku harus percaya pada hatiku, jika Firman masih mencintaiku, dan menungguku."

'Dia selalu ada di dekatmu Mayan,g tanpa kau sadari. Bahkan dia selalu menjaga kalian berdua walau dari kejauhan.'

"Kau harus percaya, karena juga percaya jika Firman selalu mengharapkan dirimu."

"Marven, jika kau bertemu dengan Firman, apa kau mau mengirimkan fotonya untukku? Aku sangat merindukannya."

'Bahkan aku bisa mengirimkan orangnya jika kalian mau.' Gumam marven dalam hati sambil menatap Mayang.

"Tentu saja, aku akan mengirimkannya padamu, aku tahu kau merindukannya."

"Terimakasih Marven."

"Sama-sama, ayo kita pulang, kasian Zee kalau terlalu lama kau tinggalkan."

"Baiklah."

Keduanya bangkit dari atas pasir lalu berjalan menuju ke parkiran sambil mengenakan kaca mata hitamnya. Beberapa meter dari mereka tampak Tio sedang mengamati mereka, memastikan keselamatan Mayang."