Firman menyuruh Arya sang asisten untuk menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah Zee, dia menyuruh Arya untuk masuk ke dalam gedung sekolah, untuk menjemput Zee. Para guru dan staff sekolah sangat percaya dengan Arya, karena melalui Arya-lah Firman selalu memberi sokongan dana untuk kemajuan sekolah tersebut.
"Cepat turun dan bawa Zee kemari." Perintah Firman pada Arya sang asisten kepercayaannya.
Berbekal informasi dari Marven dan Tio, hari ini adalah hari pertama Mayang mengikuti lomba memasak yang di adakan oleh hotel milik Marven. Jadi Firman mempunyai waktu yang panjang untuk bisa bersenang-senang dengan ayahnya. Dengan bantuan Marven pula, Harun dan Laras tidak menjemput Zee, karena Marven telah mengatakan pada mereka jika dirinyalah yang akan menjemput Zee di sekolah dan akan membawanya ke hotel tempat penyelenggaraan lomba memasak yang rencananya akan di lakukan selama beberapa hari.
Selama Mayang mengikuti lomba adalah waktu yang tepat untuk Firman mencuri waktu bersama Zee setiap pulang Zee akan dijemput oleh Arya dan hingga jadwal sesi penilain, maka Zee akan bersama dengan Firman datang ke hotel untuk mengantarkan Zee sekalugus Firman ikut andil dalam penjurian, bukan tanpa sebab Firman ikut penjurian, itu karena reputasi Firman sebagai seorang pengusaha yang terkenaldi berbagai bidang usaha, walau jarang yang bisa melihatnya secara langsung karena Firman selalu menyembunyikan identitas aslinya. Hanya orang-orang tertentu yang dapat bertemu secara langsung dengannya.
Setiap urusan kantor yang mengharuskan untuk bertemu dengan banyak orang maka Firman lebih sering menunjuk Rangga atau Arya sebagai wakilnya.
"Bos." Panggil Arya di samping pintu mobil. Firman menoleh lalu tersenyum lebar saat melihat anak kesayangannya telah berdiri bersama Arya di samping pintu mobil. Arya lalu membuka pintu itu dan menyuruh Zee untuk masuk.
Zee yang sudah beberapa kali bertemu dengan Firman tampak senang dan antusias saat tatapan mereka bertemu.
"Papa!" Teriak Zee lalu buru-buru masuk ke dalam mobil dan duduk dipangkuan Firman yang langsung memeluknya erat.
"Zee. Kesayangan Papa." Ucap Firman sambil menciumi wajah putranya.
"Papa kenapa baru jemput Zee sekarang? Kemarin kenapa papa ga datang?"
Firman tersenyum saat sang anak, menghujaninya dengan berbagai pertanyaan.
"Maafkan papa, kemarin papa sangat sibuk, jadi tidak bisa datang menjemput Zee, tapi hari ini kita akan menghabiskan waktu seharian berdua saja. Hanya Zee dan Papa."
"Bukan biasanya juga begitu, lalu kapan kita akan pergi bersama mama, Zee kan juga pingin main sama papa dan mama." Rajuk Zee dengan mengerucutkan bibirnya membuat Firman menjadi gemas, Firman paham betul wajah merajuk Zee sama persis dengan wajah Mayang kala merajuk."
"Suatu saat nanti kita akan bersama-sama tapi tidak sekarang, karena papa harus bisa berjalan dulu, supaya kuat mengendong Zee dan mama, saat Zee dan mama kelelahan berjalan-jalan seharian dengan papa."
Zee mangut-mangut seolah mengerti dengan apa yang diucapkan Firman padanya. Arya segera melajukan mobil ke Villa milik Firman. Disana Firman telah menyiapkan berbagai permainan yang akan membuat Zee senang.
"Nanti sore, papa akan mengantarkan Zee ke tempat mama sedang mengikuti lomba, jadi nanti sore Zee bisa pulang bersama mama dan Om Marven ya."
"Ehm." Jawab Zee dengan anggukan keras.
"Apa Zee tetap tidak boleh bercerita dengan mama, jika Zee bertemu dengan papa?"
"Tidak, Zee jangan bercerita dengan Mama kalau Zee sering bertemu dengan papa, biar suatu saat nanti papa yang akan memberitahu mama jika kita sering bertemu." Jawab Firman lalu mengacak rambut anaknya.
"Papa, tadi disekolah diberi ini sama bu guru." Kata Zee sambil mengeluarkan amplop panjang yang diberikan oleh gurunya tadi di sekolah, lalu memeberikannya pada Firman.
Firman membuka amplop tersebut, lalu membacanya, sebuah pemberitahuan jika sekolah Zee akan mengadakan lomba kreatifitas anak bersama ayah mereka.
"Apa papa mau datang menemani Zee?" Tanya Zee penuh harap.
"Tentu saja papa yang akan datang menemani Zee dalam lomba."
"Bagaimana jika bu guru menyyuruh kita untuk lomba lari, apa papa bisa berlari?" Tanya Zee dengan polos, Arya menatap bosnya melalui kaca spion di depan untuk melihat ekspresi Firman.
"Tentu saja, papa akan berlatih hingga papa bisa berlari dan memenangkan lomba bersama Zee."
"Asiiik!" Zee berseru kegirangan.
Tak lama kemudian mobil yang membawa mereka sampai di villa besar dan mewah milik Firman. Arya segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Zee namun terlebih dulu Ia telah mempersiapkan kursi roda di samping mobil untuk Firman.
Firman duduk di atas kursi roda bersama Zee dipangkuannya, sementara Arya di minta untuk kembali ke kantor dan menyelesaikan pekerjaanya.
Firman menjalankan kursi roda elektriknya masuk ke dalam Villa dan mengajak Zee ke taman belakang untuk bermain setelah terlebih dulu mereka menganti baju mereka dengan pakaian santai.
"Zee, kita makan dulu ya, baru nanti kita bermain air dan berrenang, bagaimana?"
"Ok papa." Jawab Zee dengan mengacungkan dua jempol kecilnya.
Tanpa diduga Firman, ternya kedua orang tuanya telah berada di villa miliknya.
Maka saat Firaman dan Zee berjalan ke arah taman, Riana yang tak lain adalah ibu nadung Firman berdiri di pintu penghubung antara ruang keluarga dan taman belakang.
"Ibu!" Firman terkejut saat Firman melihat ibunya telah berdiri sambil merentangkan kedua tangannya.
"Cucu Oma." Ucap Riana pada Zee, spontan Zee yang baru pertama kali bertemu dengan Riana lalu mengeratkan pelukannya di leher Firman.
"Jangan takut itu Oma Riana, Oma nya Zee." Kata Firman lembut, dengan membelai wajah sang anak.
"Oma?" Tanya Zee.
"Iya, Oma."
Riana berjalan mendekati Firman dan Zee lalu berjongkok dan membelai pipi Zee dengan sayang.
"Cucu Oma, sudah besar." Ucap Riana parau.
"Boleh Oma peluk Zee?" Tanya Riana sepelan mungkin supaya Zee tidak merasa takut dengannya. Zee menoleh pada sang Papa, lalu setelah mendapat anggukan dari Firman Zee mengulurkan kedua tangannya pada Riana.
Dengan senang hati, Riana memeluk Zee sambil berdiri mengendong Zee dan memeluknya erat.
"Ini Oma, Zee jangan takut ya, Oma kangen sama Zee." Ucap Riana.
"Tidak hanya Oma, tapi Opa juga kangen." Ucap Ayah Firman yang tiba-tiba saja muncul di ruang keluarga.
"Itu Opa sayang, Opa-nya Zee." Ucap Riana pada Zee yang menoleh pada Riana lalu berganti menatap Firman.
Firman tersenyum, lalu kembali mengangguk. "Dia Opa Zee." Kata Firman. Lalu terlihat sang ayah berlari kecil menyongsong cucu yang telah lama di rindukannya.
"Maafkan Opa Zee, baru semapat menjenguk Zee, dan ternyata Zee sudah besar." Ucap Alvin sambil memeluk tubuh mungil Zee.
"Jangan menangis Opa." Ucap Zee seraya menghapus air mata di pipi rentanya Alvin.
"Ini karena Opa bahagia bisa bertemu dengan Zee."
Zee tersenyum lebar memperlihatkan gigi putih dan rapi miliknya sambil memeluk leher Alvin. Firman hanya bisa tersenyum melihat kebahagiaan Alvin dan Riana saat untuk pertama kalinya mereka bertemu dengan Zee, cucu mereka.