Chereads / secret admirer boss / Chapter 36 - Ancaman, kah?

Chapter 36 - Ancaman, kah?

Zee bahagia bisa bertemu dengan Oma dan Opanya, begitu juga dengan Alvin dan Riana. Setelah sekian lama mereka merindukan cucunya itu, kini mereka bisa bertemu langsung dengannya.

"Zee suka makan apa? Biar Oma bikini untuk Zee, nanti setelah berrenang sama Opa dan papa, lalu kita makan bersama ya." Ucap Riana pada sang cucu yang sangat Ia sayangi sambil mengendongnya ke taman belakang.

"Zee apa saja mau, Oma. Kata Mama, kita ga boleh milih-milih makanan, dosa." Jawab Zee yang membuat ketiga orang dewasa yang sedang bersamanya itu tertawa senang.

"Baiklah, kalau begitu Oma bikinkan Dimsum udang, bagaimana?" Tanya Riana pada Zee yang langsung mengangguk kan kepalanya.

"Sini gentian Opa yang gendong, masa dari tadi Oma aja sih, Opa kan juga kangen sama Zee." Alvin mengambil Zee dari gendongan Riana.

"Ih, ikutan aja." Gerutu Riana yang belum puas mengendong cucu tersanyangnya itu.

"Aku kan juga kangen, Oma." Jawab Alvin pada Riana yang tersenyum lalu memberikan Zee padanya.

"Firman, kau bisa ikut berenang?" Tanya Riana.

"akan aku coba, Bu."

"Ya, kau harus rajin berlatih agar bisa mengendong Zee sambil berlari." Ucap Riana memberi semangat pada putranya agar segera sembuh dari lumpuh.

"Iya, Bu. Itu pasti. Aku akan segera sembuh. Ibu tak perlu khawatir."

Di tempat terpisah, Mayang sedang mengikuti konferensi pers tanda dimulainya kompetisi memasak interational yang langsung disiarkan oleh beberapa stasiun televisi.

Ketika Mayang melihat siapa saja yang akan menjadi juri dalam kompetisi memasak ini, Ia begitu kaget jika ternyata Arya adalah salah satu juri utamnya, dan satu lagi adalah Laura, salah satu model yang dulu sempat di jodohkan dengan Firman oleh Rosa.

"Ya Allah, kenapa kami harus bertemu lagi? Semoga Laura tidak mengenali ku ya Allah." Gumam Mayang selirih mungkin.

Marven yang duduk di bangku paling tengah dan sedang memberikan jawaban atas pertanyaan wartawan, sedikit heran denganraut wajah Mayang, yang Nampak khawatir.

Maka setelah acar konferensi pers selesai, Marven langsung menemui Mayang di dalam ruangannya, karena seluruh peserta dan para tamu undangan yang lain telah bubar.

"Mayang, aku lihat kamu sangat khawatir saat konferensi pers tadi?" Tanya Marven sambil menatap Mayang yang sedang duduk di hadapannya.

"Marven, apa aku bisa mundur dari kompetisi ini?" Tanya Mayang dengan ragu-ragu.

"kamu bercanda? Ya jelas tidak bisa. Kau tahu sendiri acaranya akan dimulai besok, mana mungkin kamu mundur, ini ajang internasional tak semudah itu kami menggugurkan peserta atau peserta main undur diri begitu saja." Jawab Marven sambil mengerutan dahi, karena Ia yakin ada yang tidakn beres dengan Mayang.

"Sebenarnya apa yanag kamu khawatirkan?" Tanya Marven kemudian.

"Kamu kenal Laura? Yang jadi juri dalam kompetisi ini?" Tanya Mayang lalu mengigit bibir bawahnya sebagai pelampiasan kegalauan hatinya.

"Tentu aku mengenalnya, kenapa memangnya?" Tanya Marven dengan bertopang dagu, dia tas meja kerjanya.

"Dia adalah orang yang dulu pernah di jodohkan dengan Firman oleh Mami Rosa." Jawab Mayang dengan nada sendu.

"Apa? Laura? Aku yakin Firman tak menyukainya, walau aku tahu jika mereka adalah sahabat dari kecil."

"Kau bahkan tahu jika Laura adalah sahabat Firman dari kecil." Ujar Mayang.

"Firman itu sahabatku juga, kalau kamu lupa, Mayang sayang." Ucap Marven gemas, memang sahabat rasa saudaranya ini selalu membuatnya gemas karena pemikirannya yang sangat khawatir terhadap sesuatu yang berlebihan.

"Kamu jangan khawatir, semua akan baik-baik saja." Hibur Marven.

"Baiklah, semoga dia tak mengenaliku, dan tak membuat masalah, karena aku juga tak akan dengan sengaja membuat masalah. Semoga kami bisa tidak saling menganggu dan menjaga jalannya kompetisi hingga akhir dengan hasil yang jujur.

Rencananya acara tersebut akan dilakukan dalam beberapa sesi. Yang pertama para kontestan harus membuat masakan yanga menjadi favorit keluarga dirumah. Sesi yang keduayaitu para kontestan harusmembuat masakan yang menjadi andalan di resto milik mereka. Karena persyaratan wajib bagi peserta adalah para pemilik usaha warung makan dan cathring. Sesi ketiga adalah sesi dimana mereka harus membuat masakan untuk seseorang yang sangat special, seperti suami, pacar atau siapapaun yang mereka anggap special.

Mayang sendiri telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, termasuk untuk urusan asisten yang akan membantu mereka dalam menyelesaikan tantangan. Karena Mayang tidak mempunyai seseorang yang bisa Ia jadikan asisten, maka Marven meminta pada Firman untuk mencarikan Mayang seorang asisten, berdalih itu adalah orang suruhan Marven untuk menemani Mayang dalam kontes masak tersebut.

Pilihan jatuh pada Tio, orang yang selama ini Firman jadikan mata-mata untuk mengetahui kegiatan yang Mayang lakukan. Tentu saja Mayang menerima Tio dengan baik, karena Ia yakini itu adalah pilihan Marven. Sementara untuk Tio sendiri urusan masak bukanlah sesuatu yanga sing untuk dirinya, karena Ia terbiasa hidup mandiri jauh dari orang tua, maka Ia sudah terbiasa berperang di dapur melawan berbagai macam sayuran dan alat masak untuk santapannya.

"Mayang, kamu tenang saja. Aku yakin Laura tidak akan mengenalimu, lagipula jika memang dia mengenalimu, lantas dia mau apa? Belum tentu dia tahu keberadaan Firman dimana saat ini. Semenjak kecelakaan yang membuat hidup kalian berpisah itu, Firman jarang muncul di depan public. Aku rasa dia juga tak tahu dimana Firman berada saat ini. Jadi kamu tenang saja. Satu lagi. Ada Tio yang akan menjaga kamu selama proses perlombaan, OK?" Kata Marven panjang lebar untuk menenangkan hati Mayang.

"Ya, baiklah. Terimakasih Marven, kamu sudah terlalu banyak membantuku."

"Itu tidak masalah, Ehm… yang penting kamu tahu yang aku mau." Ujar Marven sambil mengedipkan satu matanya.

Mayang memutar bola matanya malas. "Dasar tukar makan." Gerutu Mayang, membuat Marven tertawa lebar.

"Kamu tunggu aku sebentar ya, baru nanti kita pulang bersama, lagipula sebenarnya tadi aku sudah menyuruh Tio untuk menjemput Zee, aku takut mereka sudah di jalan, kata Tio mereka sedang makan es krim tadi."

"Oh begitu ya, ya sudah kita tunggu saja sampai Tio dan Zee sampai disini."

"Oke baiklah, aku akan menanyakan pada Tio ada di mana mereka sekarang." Ucap Marven, lalu Ia mengambil ponselnya dan mengetik pesan bukan pada Tio tapi pada Firman.

"Mereka sedang berhenti membeli pesananku sebentar, tidak apa-apa kan? Kamu bisa menunggu mereka di dalam kamar itu, aku tahu kamu pasti lelah, seharian kamu mengikuti berbagai tahapan dalam kontes memasak ini."

"Tidak apa-apa, aku menunggu disini saja, tidak aka nada tamu yang datang kan?"

"Tidak, hanya aka nada kau, aku, dan Zee nanti. Santai saja." Ucap Marven lalu duduk dikursi kerjanya, dan mulai melanjutkan memeriksa berkas yang ada di atas meja.