"Maafkan aku Bunga. Akulah yang salah. Aku benar-benar salah." Dia terus berbicara di telinga Bunga. Apapun kata-katanya, bagi Bunga, itu semua terdengar sangat konyol.
Dia hanya bisa tersenyum pahit. Dia pasti akan tertawa terbahak-bahak kalau bukan karena ketidakberdayaan kenyataan, siapa yang mau melepaskan ini? Lupakan saja, karena kalau kamu memang sudah tidak peduli, lebih baik mereka putus saja. Jangan sampai mereka berdua sama-sama kesakitan setelahnya. Begitu hubungan itu mulai retak, begitu dia berpikir untuk menyerah, akan ada banyak waktu seperti ini di masa depan. Kalau dia merasa terlalu sulit untuk bertahan, lebih baik menyerah saja.
"Lebih baik kita putus saja." Bunga dengan lembut mengucapkan kalimat seperti itu dengan hampa. Tidak ada fluktuasi atau emosi dalam kata-katanya.