"Kalau aku benar-benar sampai ke titik itu. Nona, maukah Anda memaafkanku?" Dia memandangnya dengan tatapan memelas. Air mata berkumpul di matanya. Masa lalu yang menyedihkan dan menyakitkan itu terus berputar di dalam pikirannya.
Lapisan demi lapisan menimbun benaknya, dan menyiksa Wahyu. Bisakah dia menjalani hidup tanpa rasa sakit di hatinya setelah dia identitas dan namanya? Tidak ada hal seperti itu. Rasa sakit adalah kunci di dalam hati. Kalau dia tidak bisa menemukan kuncinya, dia tidak akan pernah bisa melepaskannya. Dia hanya akan menderita segala macam siksaan seumur hidup, dan dia tidak bisa lepas dari siklus balasan.
Bunga memandang Wahyu yang seperti itu, dan hatinya terasa tidak nyaman, tapi dia tidak tahu harus berkata apa kalau tidak bisa menghiburnya, jadi dia hanya bisa menepuk punggung Wahyu dengan lembut, mencoba membuatnya merasa lebih baik dengan cara ini.