Mendengar kata-kata Satya yang terus terang itu, hati Citra menegang. Ada rasa sesak dan nyeri yang datang pada saat yang bersamaan. Dia menoleh dan melihat ke kejauhan tanpa berbicara.
Satya menundukkan kepalanya, matanya terpaku pada wajah Citra, "Masuklah ke dalam mobil dan aku akan menemanimu sarapan dan mengantarmu ke perusahaan. Jika kamu tidak ingin makan roti panggang, aku akan memasak semangkuk mie lagi untukmu. Jika kamu ingin makan bakpao, aku juga bisa membelinya untukmu."
Citra menatapnya, lalu membuang muka. Dia menemui jalan buntu untuk sementara, tapi tetap memilih untuk duduk di dalam mobil seperti kata pria itu.
Suasana di dalam mobil sangat sunyi. Citra melihat ke luar jendela tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia berpikir bahwa jika mereka benar-benar hanya kekasih biasa yang ingin putus, mungkin itu akan jauh lebih mudah. Tapi pria ini terus menahannya meski Citra hanya berusaha untuk memutuskan yang terbaik.