Beberapa detik kemudian, Citra memukul pintu dengan lebih keras dan gila. "Satya!" Di saat dia hanya bisa memukulnya dengan keras tanpa hasil apa pun, air mata akhirnya menggenang di matanya. Dia menangis dengan keras.
Sebelumnya, Miko dikunci di kamar, tapi dia tidak bisa membuka pintu. Saat itu Citra sangat cemas, tapi dia yakin Miko bisa membukanya, jadi dia tidak menangis. Sekarang, saat berhadapan dengan pintu lain, hatinya penuh dengan keputusasaan.
Hati Citra kosong, seperti padang rumput yang sepi. Tapi dia masih bisa terus mendobrak pintu. Selain itu, dia tidak tahu apa lagi yang bisa dilakukan olehnya saat ini.
"Nona Citra, ikutlah dengan kami." Suara seorang pria terdengar.
Citra bahkan tidak tahu kapan kedua pengawal itu muncul sampai mereka berjalan di belakangnya dan memanggilnya seperti tadi. Dia mungkin pernah mendengar suara mereka tadi, tapi memilih untuk mengabaikannya.