Citra sudah bisa menebak siapa yang datang hampir tanpa memikirkannya. Dia terkadang merasa bahwa Satya sangat tidak ingin berpisah dengannya. Tapi setelah pertimbangan, dia tidak bisa mengerti dari mana ketekunan Satya itu berasal. Cinta? Atau apakah karakternya yang gigih?
Citra bangkit dan pergi membuka pintu. Benar saja, pria jangkung dan gagah itu berdiri di depan pintu. Dia membawa banyak hal. Yang bisa dilihat sekilas oleh Citra adalah banyak hidangan. Dia melirik barang-barang yang dipegang Satya, "Apakah kamu kebetulan ada waktu luang hari ini, atau apakah kamu akan datang setiap hari jika aku tidak membiarkan pelayanmu datang untuk memasak untukku?"
Satya dengan ringan berkata, "Aku akan datang ketika aku punya waktu."
Citra bergerak ke samping. Dia membiarkan Satya masuk, dan kemudian mengeluarkan sandalnya dari lemari sepatu. Lalu, dia mengulurkan tangan untuk mengambil barang-barang yang Satya pegang.