Saat Satya berlama-lama menciumnya, Citra tiba-tiba teringat sesuatu. Matanya yang agak kabur menyipit, dan dia bertanya dengan suara rendah, "Satya…"
"Katakan."
"Sudah kubilang pada ketua bahwa sulit untuk membeliku dengan uang. Bukankah itu terlalu arogan?" Ketika Citra mengatakan itu, dia tidak terlalu percaya diri, tetapi dia tidak punya pilihan selain membela dirinya sendiri.
"Arogan?" Satya tersenyum rendah, suaranya sepertinya datang dari dalam tenggorokannya. Bibir tipisnya masih menempel di bibir merah Citra. Napasnya yang panas menyembur ke kulit gadis itu. Dia berbisik, "Apa itu arogan? Kamu tidak perlu peduli tentang itu."
____