Citra langsung kembali ke kamar tidur. Dia melepaskan syal di lehernya dan melemparkannya ke sofa, lalu pergi ke tempat tidur dan membentangkan selimut untuk berbaring di dalamnya.
Satya secara alami mengikuti dan berjalan masuk ke kamar tidur. Dia melirik pengering rambut yang masih ada di atas meja. Dia mengulurkan tangan dan mengambilnya.
Citra tidur menghadap ke arah yang berlawanan. Angin hangat meniup rambutnya dan menyapu kulit kepalanya. Kamar tidur itu begitu sunyi, sehingga hanya terdengar suara pengering rambut yang dipegang oleh Satya.
Wajah Citra terkubur di bantal dengan mata tertutup. Setelah beberapa saat, suara pria itu samar-samar terdengar, "Citra, duduklah dulu dan keringkan rambutmu."
Citra tidak membuka matanya. Dia hanya menjawab dengan singkat, "Sudah kering."
Jari-jari ramping pria itu mengusap rambutnya. "Tidak, kamu bisa masuk angin, ayo bangun."