Ekspresi Satya tidak berubah, bibir tipisnya mengeluarkan dua kata, "Apa alasannya?"
"Karena aku seorang bintang. Aku tidak ingin ada berita bahwa seorang bintang besar dan pengawalnya sedang jatuh cinta satu sama lain. Apakah kamu butuh alasan lain? Dan hari ini aku akan membatalkan pernikahanku dengan Miko. Jika publik tahu aku punya pacar simpanan di belakang, dan itu adalah kamu, apa pendapat orang tentang aku?"
Benar kata Citra. Jika publik tahu tentang Satya, mereka pasti akan mengira Citra sudah menjalin hubungan dengan pengawalnya sejak lama, bahkan sebelum berencana menikah dengan Miko. Dia akan dianggap sebagai pengkhianat. Terlebih lagi, Satya adalah pria dengan penampilan luar biasa. Tentu saja publik akan merasa yakin bahwa Citra benar-benar berselingkuh dengannya.
Pria itu tersenyum tipis, "Kedengarannya seperti pengorbanan." Citra mengerutkan keningnya dan melihat ke sisi pria itu, "Apa maksudmu?"
"Kamu tidak membiarkan aku untuk diketahui orang lain. Kamu hanya memperlakukanku sebagai pacar simpanan. Sebagai seorang pria, aku merasa dirugikan," pungkas Satya.
Citra mengelak, "Kamu mengatakan tadi akan memberikan segalanya untukku. Kenapa sekarang kamu tidak mau berkorban untukku?"
Satya menyerah, "Aku bisa berjanji untuk terus tampil di depan orang lain sebagai pengawalmu. Tapi…" Citra memotongnya dengan kesal, "Apa kamu ingin memberi syarat lagi?" Suara laki-laki itu sangat pelan, "Setiap Senin malam, kamu harus menungguku di tempat tidur."
Kata-kata itu seolah begitu biasa bagi Satya. Padahal, wajah putih Citra tiba-tiba menjadi merah setelah mendengarnya. Dia bingung apakah itu marah atau malu. Jika bukan karena Satya sedang mengemudi, dia pasti sudah menamparnya sekarang.
Citra berkata dengan kesal, "Satya, aku tahu bahwa pria memiliki nafsu yang sangat tinggi, tapi bisakah kamu menyembunyikannya sedikit agar tidak terlihat buruk di mataku?"
Satya tersenyum sekilas, "Di depan orang-orang, kamu adalah ratu dan aku adalah pengawal. Bagi orang-orang, kamu adalah anak pertama dari Keluarga Matasak yang manja. Aku sudah berkorban dengan menutupi semua itu, apakah kamu tidak ingin memberikan terima kasih dengan melayaniku di tempat tidur?"
Citra tertegun. Bagaimana dia bisa menganggap pria ini sebagai pria idaman selama ini? Citra harus bekerja sangat keras untuk menenangkan napasnya, tapi rasa panas di wajahnya tidak bisa disingkirkan, "Baiklah. Lagipula, aku berjanji padamu sebelumnya. Tapi, apa kamu memang mesum?"
"Tidak," jawab Satya dengan singkat. Mata Citra membelalak, "Lalu? Apa yang kamu inginkan dengan mengatakan itu padaku?"
Pria itu tersenyum lagi seolah dia sedang membicarakan sesuatu yang sangat biasa, bukan hal-hal dewasa seperti ini, "Aku tidak akan menyakitimu, dan aku berjanji padamu aku akan membuatmu nyaman."
Citra hanya bisa diam. Dia menggigit bibirnya menahan kesal. Lalu, dia mengarahkan wajahnya untuk menghadap jendela mobil. Dia tidak mengatakan apa-apa tentang itu, tetapi Satya tahu bahwa Citra akan menyetujui permintaannya.
Ketika mereka tiba, Citra telah berganti pakaian dan memakai lipstik lagi. Saat ini hanya sekitar sepuluh menit sebelum konferensi pers dimulai. Saat Ferrari putih itu parkir di luar gereja, Satya membuka pintu mobil untuknya dan keluar dari mobil. Wajahnya tidak lagi acuh tak acuh, kini dia memasang sedikit senyuman.
"Aku tidak akan masuk dari depan. Bawa aku langsung ke belakang gereja," perintah Citra. Dia tidak bertanya pada Satya apakah dia tahu di mana, tetapi ketika dia mengatakan itu, Satya hanya mengangguk. Perjalanan menuju ke belakang panggung berjalan dengan mulus. Bahkan penjaga keamanan mencegah Citra terlihat oleh wartawan bermata tajam atau siapa pun, sehingga Citra bisa pergi ke belakang gereja dengan lancar.
Miko tampak menonjol di antara kerumunan dan dapat dilihat secara sekilas. Orang pertama yang melihat Citra adalah sekretaris Miko yang berdiri di sampingnya. Sekretaris itu kaget saat melihat Citra, lalu dia menarik lengan baju Miko dengan panik.
Miko mengenakan jas hitam. Dia tampak elegan dan berkelas. Kepalanya sedikit menunduk, seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dia sedang bersedih. Wajah tampannya terlihat muram dan lelah, bahkan sedikit kesal.
Setelah sekretarisnya berbicara dengannya, Miko segera menatap ke arah Citra. Miko terkejut hingga membuatnya sedikit gemetar. Dia melihat Citra yang sedang mengenakan gaun merah selutut. Rambutnya yang panjang seperti air terjun dibalut syal hitam, dan ada sepasang sepatu bot hitam bertumit tinggi di kakinya. Sama seperti yang biasa dikatakan oleh media, Citra selalu tampak cantik dan cerah. Di belakangnya berdiri seorang pria tinggi dan tampan.
Citra berjalan, mengangkat wajah yang halus dan cantik dengan senyuman di wajahnya. Miko menatapnya, jakunnya naik turun. Dia berkata dengan menyesal, "Citra, maafkan aku."
"Kamu akan membatalkan pernikahan, bukan?" tanya Citra. Miko menatapnya dengan mata yang tampak sangat menyesal, tapi dia mengangguk dan berkata dengan pelan, "Aku akan memberitahu semua orang bahwa batalnya pernikahan ini adalah karena kesalahanku."
Citra menatapnya. Dia tersenyum dan berbicara dengan jelas, "Karena kamu tidur dengan Yulia? Benar begitu?"
Tidak banyak orang yang mendengar kata-kata ini. Hanya ada Satya yang berada di belakang Citra dan sekretaris Miko di samping. Satya tanpa ekspresi, sedangkan sekretaris Miko sedikit terkejut, tapi tidak mengatakan apa pun.
Miko menatap wajah Citra dengan terkejut, "Citra." Dia melanjutkan, "Ini salahku. Aku minta maaf. Kamu bisa membenciku sesuka hatimu. Aku tidak akan mencegahmu untuk membenciku karena itu memang hakmu. Tapi, ini tidak ada hubungannya dengan Yulia sama sekali. Jangan mempermalukannya, Citra. Dia tidak salah." Kalimat terakhir Miko terdengar menakutkan, "Jangan katakan apa pun tentang Yulia di depan media atau kamu akan menyesal nanti."
Citra menunggu Miko selesai berbicara, dan kemudian tersenyum ringan, "Mengapa aku tidak boleh mengatakan apa pun tentang Yulia? Bukankah gadis itu adalah penyebab utama retaknya hubungan kita?" Wajah Miko terlihat sangat cemas, dan dia mengangkat tangannya untuk memegangi bahu Citra. Tapi, tangannya dicegah oleh seseorang di belakang sebelum, "Tuan Miko, jangan menyentuhnya lagi."
Citra melirik Miko dengan samar. Lalu, dia berjalan untuk mengambil mikrofon yang akan diberikan oleh staf wanita kepada Miko. Dia menoleh untuk melihatnya, dan membuka bibir merahnya, "Pernikahan ini batal karena suatu hal. Mungkin aku belum beruntung."
Setelah itu, Citra berbalik dan berjalan langsung ke atas altar. Beberapa anggota staf saling memandang. Tanpa perintah Miko, mereka tidak akan berani menghentikan Citra tanpa izin. Miko tampak kebingungan dan ingin mengejar Citra. Namun, Satya meraih lengannya dan berkata, "Tuan Miko, apa yang kamu khawatirkan tidak akan terjadi."
Citra menoleh dan menatap pria yang berbicara itu. Dia bisa melihat ejekan di matanya. Kemudian, Citra lanjut berjalan lurus ke atas altar. Dia memegang mikrofon, "Saya hanya akan menyatakan satu hal, dan tidak akan menjawab pertanyaan apa pun, jadi para wartawan harap mendengarkan dengan seksama."
Kalimat Citra itu sukses menciptakan keributan di antara para wartawan. Citra mulai bersuara lagi, "Seperti yang Anda semua tahu, saya mengejar Miko selama empat tahun, dan dia menyetujui untuk membicarakan rencana pernikahan dengan saya sebulan yang lalu. Kami sudah mempersiapkan segalanya seperti yang kalian lihat di sini. Namun, sayangnya kami merasa sangat tidak bahagia akhir-akhir ini. Kami berdua mengira kami bukan orang yang saling mencintai, jadi kami memutuskan untuk membatalkan pernikahan sebelum terlambat."