Jari-jari Citra perlahan gemetar, dan pikirannya menjadi kosong untuk beberapa saat. Tidak peduli betapa tenangnya dia, dia hanyalah seorang gadis berusia awal dua puluhan. Akhirnya dia berkata, "Kalau kamu menculikku gara-gara itu, biarkan aku pergi sekarang. Aku berjanji kepadamu bahwa tunanganku tidak akan mengganggu istrimu lagi." Citra melanjutkan, hampir menahan napas, "Kamu harus tahu bahwa hanya aku yang bisa mencegah Miko muncul di sisi istrimu."
Citra tidak tahu apa yang baru saja dikatakannya. Tapi sekarang, dia hanya bisa berkata begitu. Tetapi suami Yulia tidak menjawabnya, wajahnya menunjukkan senyuman aneh, "Apakah kamu masih perawan?" Citra tercengang, wajahnya menjadi pucat. Bulu mata mulai basah karena air mata.
"Saat istriku menikah denganku, dia tidak lagi perawan. Aku tahu, dia telah jatuh cinta dengan Miko, karena itu, Miko tidur dengan istriku!" kata suami Yulia dengan nada tinggi.
Citra memasukkan jari-jarinya ke telapak tangannya dan meninggikan suaranya. Dia berkata, "Tidak, aku tidur dengan Miko tadi malam."
Plak!
Wajah Citra mendapat tamparan keras dari suami Yulia. Dia berkata dengan marah, "Wanita jalang, kenapa kamu tidak punya harga diri? Kenapa kamu ingin tidur dengan seorang pria jika kamu belum menikah dengannya?"
Citra terdiam menahan sakit karena tamparan suami Yulia itu. Pisau di tangan suami Yulia tiba-tiba terlempar ke samping. Sebelum Citra bisa bereaksi, dia sudah berada di hadapan Citra dengan jarak yang semakin terkikis. Tangannya telah meraih pakaian Citra dan merobeknya dengan paksa. Dalam sekejap, pikiran Citra begitu tegang sehingga dia mencoba untuk berteriak, "Apa yang kamu lakukan? Hentikan!"
"Miko tidur dengan istriku, jadi aku akan tidur dengan tunangannya," jawab pria itu santai. Jaket Citra yang tadi diberikan oleh Satya padanya dengan cepat dilepas oleh suami Yulia. Satu-satunya kaos tipis yang tersisa dirobek dengan keras oleh pria itu. Dia berkata, "Baju macam apa ini? Dasar wanita jalang!"
Saat tangan suami Yulia menekan Citra di kursi belakang dan menundukkan kepalanya untuk mencium wajahnya, sensasi gesekan kulit menyebabkan setiap saraf di tubuh Citra terasa seperti terkena aliran listrik. Dia berteriak lemah, "Pergi!"
Ketika ketakutan seseorang mencapai tingkat tertentu, dia akan kehilangan kendali atas dirinya sendiri, dan berubah menjadi ketakutan fisik yang membuatnya tidak bisa mengendalikan tubuhnya, walaupun dia tahu sedang dalam bahaya.
Citra merasa sangat kotor. Semua hal menjijikkan yang dilakukan suami Yulia padanya terekam dengan jelas dalam ingatannya. Dia tidak bisa melakukan apa-apa.
____
Setengah jam kemudian, sekelompok polisi yang tidak saling memandang dan menoleh untuk melihat wanita yang meringkuk di kursi mobil dengan kepala tertunduk dan tubuhnya gemetar terus-menerus. Sepuluh menit yang lalu, ada dua pria yang melaporkan kejahatan tersebut. Mereka melaporkan bahwa ada seorang pria yang berusaha memerkosa wanita di dalam mobil.
Sekelompok polisi itu jelas merasa lega ketika dia mendengar bahwa Citra diselamatkan oleh pejalan kaki yang lewat tepat waktu, tetapi begitu pejalan kaki itu mendekatinya dan ingin mengatakan beberapa patah kata, Citra menampiknya dengan keras.
Saat ini Citra berada di sebuah kantor polisi. Dia menolak siapa pun untuk mendekat, baik pria maupun wanita. Seorang polisi wanita ingin memberinya segelas air, tapi Citra memecahkan gelasnya.
Meskipun Citra hanya ditampar beberapa kali, dan pakaiannya dirobek untuk memperlihatkan tubuhnya yang indah, dia sebenarnya tidak sempat diserang oleh suami Yulia karena di saat itu seorang pejalan kaki dengan cepat menggagalkan aksi pria itu. Namun, tentu saja kondisi psikis Citra saat ini sangat tertekan. Dia masih bisa mengingat kejadian mengerikan dalam mobil itu.
Miko segera bergegas ke kantor polisi ketika dia menerima berita itu. Tapi dia tidak datang sendirian. Dik belakangnya ada Yulia yang pemalu. Wanita itu bahkan tidak mengganti baju rumah sakitnya, tetapi hanya ditutupi dengan mantel tebal. Begitu dia masuk, dia melihat Citra sedang meringkuk di kursi. Yulia langsung terkejut karena dia belum pernah melihat Citra yang seperti ini. Menurutnya, Citra adalah wanita yang ceria, dan aktif. Dia belum pernah melihat Citra dengan wajah pucat dan tubuh yang terus bergetar.
Miko juga tak kalah terkejut. Dia mempercepat langkahnya dan berjalan ke arah Citra. Lalu, dia membungkuk, mencoba meletakkan tangannya di pundaknya dengan sangat hati-hati. Raut wajah khawatir bisa terlihat jelas di wajah tampan Miko.
"Lepaskan! Jauhkan tanganmu dariku!" teriak Citra tanpa menatap Miko. Dia menampik tangan Miko. Lalu, dia mengulangi kata-kata yang telah dia ucapkan berkali-kali malam ini, "Jangan sentuh aku!"
Miko mengurungkan niatnya untuk menyentuh Citra dan menenangkannya. Sejak Miko mengenalnya, bahkan jika Citra terkenal sombong dan genit di dunia hiburan, gadis ini selalu tersenyum seperti bunga di depannya. Dia tidak pernah mengusir Miko, apalagi menolaknya untuk menyentuhnya. Miko selalu berpikir bahwa dia cukup mengenal Citra, tetapi pada saat ini, ternyata gadis itu justru tidak mau bertemu dengannya.
Polisi yang sedang bertugas berjalan mendekat dan berbisik, "Miko, Citra sepertinya sangat trauma dengan kejadian tadi. Jadi, dia tidak mengizinkan siapa pun untuk mendekatinya, tidak peduli itu wanita atau pria." Polisi itu mengira Citra akan bersikap berbeda ketika Miko yang merupakan tunangan dan calon suaminya datang, tetapi dia tidak menyangka akan seperti ini.
Di kejauhan, suami Yulia menyaksikan pemandangan antara Miko dan Citra seperti teater. Bibir tipisnya menunjukkan senyum satir ketika matanya tertuju pada Yulia yang berdiri sendirian di belakang Miko. Dia masih tidak terima bahwa istrinya justru lebih memilih bersama mantan kekasihnya dibanding dirinya, suaminya sendiri.
Pada akhirnya, Miko menundukkan kepalanya dan menatap ke sisi Citra, "Apa yang terjadi dengannya? Apa pria itu memerkosanya?"
"Tidak. Bajingan itu baru saja mulai menanggalkan pakaiannya ketika seorang pejalan kaki lewat. Tapi, aku rasa kejadian itu membuat Citra merasa sangat ketakutan hingga dia trauma seperti sekarang. Sejak tadi, dia terus menolak siapa pun untuk mendekatinya. Bahkan, seorang polisi wanita yang ingin memberinya minum juga ditolaknya mentah-mentah."
Tepat setelah polisi itu berhenti berbicara, sesosok pria masuk ke kantor polisi. Dia adalah Satya. Satya masih mengenakan pakaian berwarna gelap. Wajahnya yang tampan dan dingin kini tampak sangat khawatir, dan seluruh orang di ruangan itu bisa merasakan hawa dingin yang menakutkan dari dirinya.
Satya memandang wanita yang dikelilingi oleh orang-orang dan menciut seperti kucing yang ketakutan, matanya menjadi gelap. Dia bergegas menghampiri Citra. Ketika dia berjalan, entah sengaja atau tidak, dia menabrak bahu Miko. Kemudian, dia melakukan gerakan yang sama dengan Miko. Tangannya mencoba menyentuh bahu Citra.
"Jangan sentuh aku," kata Citra lirih. Mata Citra tidak bergerak sama sekali setelah mengatakan tiga kata itu. Dia bahkan tidak melihat ke arah Satya yang ada tepat di depannya.
Miko memandang Satya dengan acuh tak acuh. Dia seorang pria yang jelas-jelas hanya seorang pengawal, tapi dia bersikap seolah paling berhak atas Citra.
Satya tampak diam di hadapan Citra. Dia memperhatikan gadis itu dengan tatapan cemas, padahal selama ini dia tidak pernah memperhatikan orang lain. Dia selalu membohongi dirinya untuk tidak mencintai Citra, tapi hatinya tetap mengatakan yang sejujurnya. Sekarang, saat dia melihat Citra dalam kondisi seperti ini, tentu saja dia tidak bisa menerimanya.
Detik berikutnya, semua orang dibuat terkejut.