Chereads / Home of Ardor / Chapter 49 - CHAPTER XLIX : TEKAD

Chapter 49 - CHAPTER XLIX : TEKAD

Mengerjap beberapa kali, iris telaga hijau gadis bersurai perak Itu berusaha menyesuaikan cahaya yang baru saja diterimanya. Di sana, ia dapat melihat paras tampan sang Kakak penuh lebam menyambutnya.

Lebam?

Erden menerima lebam di beberapa sudut wajahnya, bahkan cairan kental merah tampak mengalir di pelipisnya. Barulah Eve tersadar tubuhnya tengah berguncang, Erden tengah berlari sembari menggendongnya. Nafas sang Marquess terengah-engah beberapa kali rantai miliknya menghalau tombak dan pedang-pedang yang menghujani mereka.

"Erden, apa yang terjadi?" tanya Eve lirih, sorot panik terlihat dalam nadanya. Saat ini mereka tengah berada di sebuah goa lembab di bawah air terjun.

Erden tampak bahagia kala melihat sang Adik telah siuman setelah hampir seharian tertidur, "Kau ... baik-baik saja?"

Eve tak pernah melihat Kakak laki-lakinya babak belur. Marquess Lorraine adalah sosok jenius dan kuat dalam bertahan maupun menyerang. Sekuat apa lawannya hingga mampu membuat Erden seperti ini?

Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang kala ucapan Lilith terbesit di benaknya.

'Selamatkan Lucas, Putriku.'

Panik melanda karena ia baru menyadari bahwa saat ini dirinya hanya bersama dengan Erden, bahkan Medusa yang biasanya selalu mengekorinya tidak ada.

"Dimana semua orang? Apa yang terjadi?" tanya Eve dengan mata nyaris berkaca-kaca. Erden benci saat melihat Adik-adiknya menatap dengan air mata yang terbendung.

Menghela nafasnya sejenak setelah berlari cukup jauh, Erden membimbing Adik bungsunya untuk duduk di salah satu batu di sana.

Eve menatapnya penuh kebingungan, sungguh selama beberapa bulan menjadi bagian keluarga Lorraine ia tak pernah melihat Erden segusar ini.

"Jadi, semua ini berawal setelah upacara pembatalan segel terkutuk selesai ..."

Beberapa jam yang lalu.

Pria bersurai kelam baru saja melangkah keluar dari goa mengikuti Linden dan beberapa orang yang lain. Tangannya masih membawa tubuh seorang gadis berambut perak yang saat ini tengah memejamkan matanya. Ia bukan pingsan, melainkan tertidur karena nafas sang gadis berhembus teratur.

"Tuanku, Nona dapat diistirahatkan di rumah saya. Johanna sudah menyiapkan tempat beristirahat," ujar Linden yang telah berbalik menghadap ke arah sang Duke. Lucas memandang wanita berambut putih panjang yang saat ini tersenyum manis.

Tanpa membalas ucapan si pria berambut panjang sang Duke lebih memilih berjalan mengikuti Johanna. Linden hanya tersenyum melihat reaksi dingin Lucas yang tidak pernah berubah.

Dan akhirnya kini tubuh mungil gadisnya telah beristirahat terbaring di atas ranjang. Pria bermanik ruby itu terdiam beberapa saat, kemudian ia memilih untuk menarik kursi di samping ranjang menggenggam tangan Eve yang terasa dingin. Kegiatan itu berlangsung cukup lama hingga tiba-tiba saja saat ia tengah sibuk memandangi wajah damai Eve yang tertidur, Lucas melangkah panjang menuju jendela.

Iris saganya memandang ke arah langit malam. Hutan di sekeliling desa tampak begitu gelap karena memang matahari telah terbenam dan cahaya bulan tak mampu menembus rimbunnya dedaunan pohon.

Dan detik selanjutnya Lucas membawa tubuh Eve sigap ke dalam gendongannya dan melompat melalui jendela.

Tepat setelah ia menginjakkan kaki di luar halaman rumah Linden. Sebuah bola api telah menghantam rumah menghancurkannya menjadi puing-puing.

Sang Duke mendecih pelan, ia mulai berlari memerikza keadaan desa yang tampak terang karena api.

"Tuanku!" seruan suara Erden menghentikan langkah Lucas. Pria itu segera berbalik menuju kedua orang yang tengah berlari terburu-buru.

"Serangan Yilbegan[2], Tuan," ujar wanita bersurai ular yang telah berlutut memberikan hormat. Lucas mendongak menatap langit malam dan menemukan makhluk yang dimaksud Medusa, salah satu Naga pemakan manusia, Yilbegan.

"Sudah kuduga akan ada sebuah badai, siapa sangka itu datang darinya."

Ucapan Lucas satu arah itu membuat baik Erden maupun Medusa mengernyit tak mengerti. Hingga mereka tiba-tiba mendapat hadiah sebuah bola api.

Dan mereka memahami maksud Duke Castiello adalah si wanita buruk rupa. Dalang yang menanamkan kutukan pada si gadis bersurai perak.

"Duke, bagaimana hadiahnya? Bukankah menyenangkan? Berkat saya anda dapat berjalan-jalan dengan gadis lemah itu," sergah sebuah suara melengking dari atas tubuh Yilbegan. Wanita berjubah hitam, lagi-lagi berbalut pakaian kurang bahan dan rambut legam keriting. Wajahnya tampak rusak karena luka bakar.

"Aku tidak semiskin itu sampai kau harus memberikan hadiah untukku, Beast." Lucas tersenyum miring menatap remeh si wanita buruk rupa yang berhasil turun dari tunggangannya.

"Apa kau suka teman baru ku, Duke?" tanya si wanita buruk rupa sembari melirik Yilbegan yang sudah mengaum kencang.

"Bukankah kalian sama?"

"Sama-sama menyukai daging manusia," imbuh si wanita buruk rupa lagi, kali ini diiringi tawa meremehkan.

"Ah, apa gadismu belum mengetahui tentang kisah lama itu? Saat dimana kau membuat Lucifer dilenyapkan."

Erden menenggak salivanya, ini buruk.

Wanita sialan itu berusaha memprovokasi amarah Duke dengan mengungkit luka lama yang selama ini disembunyikannya.

"Kau pasti mengingatnya dengan jelas bukan? Di sinilah segalanya bermula."

"Kesalahan terbesarmu sebagai seorang Anak dan Kakak ... dari awal kau memang monster, bukan seseorang yang adidaya seperti Lucifer."

Cukup!

Lucas benar-benar kehabisan kesabarannya. Iris saga pria itu telah menyala penuh amarah. Tanah mulai bergetar dan cahaya merah berpendar menyelimutinya.

Erden berlari mendekat ke arah sang Duke berusaha menghentikan sang Castiello merubah wujudnya, "My Lord!"

Terlambat, dalam sekali hentakan Erden dan Medusa dihempas angin kencang hingga menghantam batang pohon.

"Kau marah? Kenapa kau takut bukan, jika gadismu itu meninggalkanmu?" Wanita buruk rupa itu tertawa keras. Ia tak berhenti melontarkan ucapan-ucapan untuk memprovokasi sosok mengerikan di hadapannya.

Di sana, tepat beberapa meter dari wanita itu berdiri terdapat sosok berkepala rangka tulang dengan tubuh tinggi dan besar berwarna hitam keseluruhan.

Lucas baru saja menampakkan wujud Iblisnya.

Erden yang melihat wujud iblis Lucas segera mencari-cari tubuh mungil gadis bersurai perak. Ternyata ia masih tetap berada dalam gendongan sang Duke.

"Erden," suara bariton serak memanggil si pria bersurai perak. Yang dipanggil segera berlari mendekat. Sosok berkepala rangka tulang itu memberikan tubuh sang gadis bersurai perak yang masih saja memejamkan mata.

Erden memandang sosok sang Duke yang telah berubah menjadi monster mengerikan, "Bawa para Penyihir pergi dari sini, lindungi mereka. Aku akan menghentikan wanita ini dan Yilbegan."

Iris saga itu menatap penuh sirat kekhawatiran pada gadis yang kini telah berpindah dalam gendongan Erden. Tangan hitam dengan kuku panjangnya mengusap pelan pipi porselen si gadis.

"Bawa dia bersamamu, lindungi dia. Dan jika keadaan semakin memburuk panggil Erudian."

Si pria bersurai perak itu menunduk memberikan hormat. Dan tepat selepas Lucas mulai melemparkan sulur-sulur hitam yang tajam ia bergegas mengambil langkah seribu dengan disusul wanita bersurai ular.

Erden merasakan ditimpa beban yang begitu berat. Ia sangat mengetahui jika lawannya bukanlah apa-apa bagi sang Duke, namun tempat ini begitu membawa luka untuknya. Yang ditakutkan sang Marquess adalah apakah sang Castiello akan lepas kendali?

"Medusa, kita temukan Linden dan para Penyihir. Kemudian mari menjauh menuju pesisir pantai bersiap berlayar."

Wanita bersurai ular yang baru saja menerima perintah Itu tak menanggapi, ia justru melirik tubuh sang Nona yang masih berada dalam gendongan sang Marquess. Sadar akan tatapan Medusa, Erden ikut melirik balik ke arahnya.

"Jangan meremehkanku. Meskipun aku hanya makhluk campuran, kau tau aku tidak akan mati semudah itu."

Mengendikkan kepalanya dan akhirnya Medusa menghilang dari pandangan Erden untuk melaksanakan instruksi pria bersurai perak. Berlari membelah hutan sang Marquess berulang kali melihat ke arah bagian hutan, dimana kegelapan tengah menyelimuti dan terdengar auman mengerikan yang ia yakini berasal dari Yilbegan. Sayangnya pria bermanik keemasan itu lengah, tiba-tiba saja sebuah gada melewatinya. Jika bukan karena refleknya yang bagus bisa dipastikan kepalanya sudah terpenggal, "Cih ... sial."

Di belakang sana segerombolan Orc[2], lagi-lagi Tanpa tau berasal dari mana muncul. Tak ingin mengambil resiko Erden memilih menghindar dengan sesekali menyerang menggunakan rantai-rantainya. Cukup sulit karena para Orc benar-benar brutal, beruntungnya ia menemukan gua di bawah air terjun untuk tempat bersembunyi sementara waktu.

****

Eve bergeming tak menanggapi cerita singkat dari sang Kakak. Mereka masih sibuk hanyut dalam benaknya masing-masing. Satu hal yang selalu mengganggu Eve adalah bagaimana keadaan sang Iblis. Ia bahkan dapat merasakan aura mengerikan yang menyelimuti hutan. Meskipun ia yakin bahwa aura ini bukanlah aura milik musuh.

"Erden, bawa aku pada Lucas." Ucapan Eve berhasil membuat iris keemasan itu membulat karena terkejut. Erden sebenarnya sudah memperkirakan, jika adiknya itu akan melakukan hal gila dengan mendekati bahaya. Ternyata tetap saja mengejutkan jantungnya karena mendengar langsung ucapan sang Adik.

Manik zamrud Eve menatap lurus iris keemasan Erden tak ada keraguan maupun ketakutan, hanya ada sirat kekhawatiran dan kasih di sana. Sama halnya dengan iris saga sang Duke.

Menghela nafasnya sejenak Erden berharap ia tidak akan menyesali keputusannya, "Aku akan mengantarmu bertemu Duke."

Eve mengangguk senang, air matanya telah menggenang. Tanpa aba-aba ia menubruk tubuh sang Marquess, memeluknya erat dan menjatuhkan tangisnya di bahu lebar Kakak sulungnya.

"Terimakasih banyak, terimakasih ... aku hanya ingin menyelamatkan dia hiks-"

Erden mengangguk membalas racauan Adik bungsunya. Di lain sisi ia mungkin khawatir akan keselamatan si gadis bersurai perak itu. Namun dirinya juga merasa bahagia karena akhirnya sang Duke dapat menemukan kebahagiaan. Tangan Erden mengusap helaian rambut perak Eve lembut, berusaha memberikan ketenangan.

"Kita harus segera pergi sebelum Duke benar-benar lepas kendali," ujar Erden menginterupsi tangis Eve agar segera berhenti. Mengerti akan ucapan sang Kakak gadis bersurai perak itu segera menyeka sisa air mata di pipinya. Manik zamrudnya menatap bilah pedang bersarung yang disodorkan Erden, itu adalah pedang hadiah pertunangannya.

Ah, sungguh Eve benar-benar bersyukur karena Erden adalah Kakaknya.

Setelah memasang bilah pedang bersarung miliknya di pinggang. Eve kembali masuk dalam dekapan Erden, tidak mungkin baginya menuruni tebing curam nan licin karena itu ia setuju saat sang Kakak memintanya kembali dalam gendongannya.

'Lucas, aku akan menyelamatkanmu kali ini. Aku akan kesana dan membawamu pulang, aku janji!'

[1] Yilbegan dikenal sebagai monster naga bersayap yang mirip dengan cerita rakyat Eropa, makhluk ini pun disebut sebagai pemakan manusia.

[2] Orc adalah makhluk mitologis yang muncul dalam cerita-cerita rakyat dan kisah-kisah fiksi fantasi sebagai makhluk buas dengan postur tubuh menyerupai manusia