Upacara pembatalan segel kutukan dilakukan untuk mencabut segel kutukan yang ditanamkan oleh kaum tertinggi Penyihir sekaligus pemegang kekuasaan, tak lain dan tak bukan ialah Braun.
Segel yang seharusnya digunakan untuk memberikan penderitaan bagi bangsa Penyihir yang melanggar peraturan, atau paling buruk melakukan pengkhianatan. Dan entah bagaimana segel itu berhasil ditanamkan pada tubuh rapuh gadis bersurai perak.
"Mereka yang melangkah melalui batas, ternoda akan bercak dunia dengan ini kami bawa kembali."
"Jiwa yang terlilit dan tercekik, kembali lah menuju batas membawa pengampunan di kedua tangannya."
"Dengan ini kami bawa mereka kembali, pulang menuju batas dan tak akan lagi melewatinya."
Ketiga Penyihir merapal syair mantra, lambang pentagram mulai bergerak perlahan berputar pelan mengelilingi tubuh si gadis bersurai perak. Pendar cahaya berwarna kemerahan turut muncul menyorot tubuh si gadis yang mulai membuka matanya. Entah muncul dari mana kumpulan tangan-tangan berwarna hitam mengerikan mulai mencengkram setiap sisi tubuh Eve.
Huruf-huruf kuno mulai kembali menghiasi kulih putih porselene Eve, sementara gadis bermanik zamrud itu berteriak kencang penuh pilu. Eve dapat merasakan sesuatu tengah ditarik paksa dari dalam tubuhnya, entah itu organ bagian tubuhnya atau bagian tubuhnya ia tak mengerti.
Rasa sakit mendera sekujur tubuhnya. Tak dapat dijelaskan bagaimana rasa sakit itu seolah dicabik dan tersayat-sayat layaknya seekor domba yang disembelih, mungkin seperti itulah rasa sakit dari siksaan menuju kematian.
Air matanya bahkan tak lagi terbendung, tangannya berusaha menggapai sosok pria di sisi kanannya. "LUCAS!"
"To-tolong a-aku! Lu-cas!" Terbata-bata Eve berteriak kencang memanggil nama pria berambut legam yang kini memandangnya dengan manik ruby penuh kesedihan. Pedih, Lucas tak dapat menahan sesak karena jeritan putus asa gadisnya yang tengah berjuang hidup dan mati di tengah ruangan.
Tangannya terkepal erat, giginya saling bergemeletuk menahan amarah. Terkutuklah wanita buruk rupa sialan yang berani-beraninya menanamkan kutukan pada miliknya. Lucas bersumpah akan mencabut jantungnya lalu menarik hingga putus leher si wanita.
Medusa memeluk tubuhnya sendiri, bukannya ia merasa ngeri melihat pencabutan segel kutukan yang tengah berlangsung. Hanya saja ia berdiri bersebelahan dengan sang Castiello, tak dapat bernafas dan tubuhnya bergetar hebat karena aura sang Duke penuh kemarahan.
Sungguh, betapa bodohnya orang yang berani menyentuh milik sang Kegelapan.
Cukup lama sekitar setidaknya 15 menit hingga proses upacara pembatalan segel berakhir dengan suara raungan tertahan Eve. Ketiga Penyihir yang tak lain adalah Reyn, Kaelyn, dan Linden telah jatuh terduduk lunglai. Peluh keringat membasahi sekujur tubuhnya, bahkan Linden beberapa kali terbatuk mengeluarkan cairan kental merah.
Ini adalah proses pembatalan segel terlama yang pernah ia lakukan seumur hidupnya. Johanna dan Arabella yang sedari tadi menanti di luar gua gusar segera melangkah masuk setelah tak lagi mendengar jeritan Eve.
Johanna segera berlari dan membantu sang Suami untuk berdiri, menopang tubuh yang jauh lebih tinggi darinya. Hal yang sama dilakukan oleh Arabella dan dibantu oleh salah seorang temannya untuk segera memapah Reyn dan Kaelyn.
Sementara pria bersurai kelam yang sejak tadi hampir menghancurkan gua telah memeluk tubuh lunglai gadisnya. Mantel hitam tebalnya dibalutkan guna menutupi tubuh Eve.
Lucas tertunduk dalam masih memeluk tubuh penuh peluh Eve, tak berkata apapun hanya terdiam dan menyembunyikan wajahnya di ceruk sang gadis.
Linden tersenyum melihat pemandangan di hadapannya, siapa sangka sosok kegelapan yang ditakuti dapat mendekap penuh sayang seperti itu. Meskipun tak dapat melihat ekspresi yang ditunjukan sang Duke, namun Linden sangat mengetahui dengan jelas melalui gesture Pemimpin Asmodia itu baru saja menghilangkan separuh bebannya, kalut dan amarah telah tergantikan dengan panggilan lirih penuh kasih.
"My little Lady."
*****
Sebuah ruang kosong berwarna putih adalah pemandangan pertama yang menyapa gadis bersurai perak saat membuka mata. Hanya ruang hampa berwarna putih kosong, tunggu apakah upacara pembatalan gagal? Jadi, ia mati? Yang benar saja!
Eve memandang ke sekeliling hingga menemukan seorang gadis berparas serupa dengan dirinya, benar-benar mirip seolah ia tengah bercermin, "Bodoh, tentu saja kita mirip itu karena aku adalah kau!"
Eve terlonjak kaget saat sosok gadis di hadapannya tiba-tiba saja berseru sarkas. Sungguh, tidak sopan dan beradab!
Tunggu, jika tapi apa yang diucapkan gadis itu benar, mereka terlalu mirip bahkan jika disebut kembar tidak mungkin.
"Bagaimana bisa?" tanya Eve ragu pada sosok gadis itu. Aneh rasanya menanyakan pertanyaan pada orang yang mengaku ia adalah dirimu sendiri.
"Aku adalah sisi yang kau ciptakan untuk melindungi dirimu sendiri, agar kau tak mati. Jauh di dalam hati, diri kita tak menginginkan sebuah kematian untuk menghentikan rasa sakit," tutur sosok itu sembari memandang lurus tepat pada iris hijau telaganya.
Tangan mereka saling bertautan dan sosok itu tersenyum manis, "Aku yang akan membalaskan kepada mereka yang berani melukai kita. Karena itu jangan ketakutan lagi, aku tak akan meninggalkanmu."
"Aku tau ternyata takdir begitu menggelikan karena Tuhan dan Dewa bersekongkol memberikan berkat sekaligus kutukan untuk kita, tapi sebenarnya tidak cukup buruk ya kan?" tanya sosok itu berbalik pada dirinya yang lain. Eve terdiam tak bergeming, tanpa ia sadari kristal bening telah mengalir membasahi pipi.
"Lihat sisi baiknya kita memiliki satu sama lain untuk bertahan hidup sekalipun kehampaan terkadang mengisi, dan lagi sekarang ada seseorang yang menunggu," tutur sosok lain dalam diri Eve yang berhasil mencetak semburat kemerahan di pipinya. Keduanya terkekeh pelan kala bayangan paras tampan seorang pria muncul di benak mereka.
Sosok lain itu menarik pelan Eve melangkah, " Ada seseorang yang ingin bertemu dengan kita karena itulah kita berada di sini."
Eve mengangguk pelan dan hanya menurut mengikuti sisi lain dirinya entah kemana, "Tunggu jadi kita belum mati?"
"Tentu saja tidak! Kita sedang tertidur saaanggaat lelapp," jawab sosok lain itu dengan nada gemas sekaligus jengkel, bagaimana ia bisa memiliki sosok tubuh utama sepolos ini?
Eve memilih tak membalas ucapan dirinya yang lain dan hanya meneruskan langkahnya, berjalan dan terus berjalan. Hingga mereka dapat melihat sosok wanita bersurai legam panjang menyentuh lantai marmer putih tengah duduk di atas sofa beludru berwarna merah.
Sosok yang begitu menawan, Eve semakin terpukau kala ia dapat melihat dengan jelas bagaimana paras si wanita. Hidung yang dipahat tinggi dengan kulit putih pucat dan bibir tebal yang kecil tampak memerah layaknya buah plum, rambut hitamnya bergelombang di ujungnya berkilauan ditimpa sinar yang entah dari mana asalnya.
Benar-benar tampak seperti sebuah boneka yang hidup.
Eve memandang ke arah dirinya yang lain, ia tampak kebingungan, tiba-tiba saja ia ditinggalkan sendirian.
"Aku berada di dalam dirimu, karena aku adalah kau Eve," bisik sebuah suara yang terdengar di dalam kepalanya.
Wanita di hadapannya itu tersenyum begitu lebar, kedua matanya menyipit karena ia tersenyum terlalu lebar. Dan Eve membalas senyum hangat penuh kasih itu dengan senyum yang tak kalah hangat, "Astaga, Evelyna! Akhirnya aku dapat bertemu denganmu."
Eve mengerjap beberapa kali saat wanita asing di hadapannya ini tiba-tiba berhambur dan memeluknya erat. Pelukan yang begitu hangat sekaligus dingin, namun anehnya ia enggan melepaskan pelukan itu dan justru ikut membalas pelukan si wanita.
"Maaf, kau pasti terkejut ya?" tanya sosok wanita berparas bak Dewi itu, Eve hanya mengangguk pelan karena masih terpaku akan pesona dari si wanita.
Tertawa renyah, bukannya menjawab wanita itu justru menatapnya penuh kasih seolah ia adalah putrinya sendiri, "Perkenalkan aku adalah Lilith Yeva De Castiello. Senang bertemu dengamu, Menantuku."
satu detik gadis bersurai perak itu terdiam.
lima detik ia masih tak bergeming.
Hingga akhirnya otak cerdasnya berhasil memproses apa yang baru saja terjadi, wajah Eve memerah. Bahkan ia segera mengambil beberapa langkah menjauh dan menutup mulutnya yang ternganga akibat ucapan wanita di hadapannya.
"Me-me-me menantu???!!!"