Chereads / Home of Ardor / Chapter 27 - CHAPTER XXVII : DIBALIK HUTAN SHERWOOD

Chapter 27 - CHAPTER XXVII : DIBALIK HUTAN SHERWOOD

Hamparan permadani putih masih menyelimuti daratan Britania Raya, membekukan setiap sisi kota termasuk Nottingham. Hawa dingin yang terasa menusuk tulang tak berarti apapun bagi beberapa orang termasuk seorang gadis bersurai perak yang kini mengenakan mantel tebal dan sepatu boots tinggi, dipinggangnya tersampirkan pedang serta sebuah pistol. Dilain sisi terdapat seorang pria bersurai senada berparas dingin namun bak Dewa Yunani memperhatikan setiap gerakan sang adik membidik obyek dihadapannya. Tepat pada sasaran peluru dari selongsong pistol mendarat dengan mulus melubangi papan berjarak 25 meter itu. Tepukan tangan terdengar dari seorang wanita bersurai perak yang sama iris emas miliknya tersenyum bangga melihat kemampuan sang adik yang kian berkembang pesat.

Setengah bulan berlalu sejak kejadian di Panti Asuhan Eden, kelamaan seseorang menyadari jalan kehidupannya yang baru mulai terlihat. Mulai dari seperti apa melihat kematian terjadi tepat didepan matamu, mengambil nyawa seseorang, melindungi mereka yang berada dalam naunganmu serta membawa takdir yang kau emban. Dan hal ini telah dihadapi Lucas entah sejak kapan, Eve bahkan tak habis pikir bagaimana pria itu dapat berjalan sejauh ini setelah pasti kesulitan menghadapi begitu banyak kehilangan, kegagalan dan kebencian. Eve menggenggam erat pistol ditangannya kala sesak melingkupi dadanya seolah merasakan apa yang dipendam seorang pria bermanik ruby kesayangannya.

" Kau hebat adik kecil." Madeleine berlari kecil memeluk tubuh Eve yang hampir limbung jika Erden tidak memegangi tubuh mereka berdua mungkin kepala keduanya sudah menghantam tanah. Eve dan Madeleine hanya tertwa melihat raut Erden yang panik lalu berubah menjadi kesal. Tawa mereka brhenti saat pria bersurai legam dengan iris ruby melangkah menuju ketiganya.

" Apa kau yakin akan ikut kedua kakakmu berpatroli ?" tanya sang Duke yang membenarkan letak mantel gadisnya itu, Eve tersenyum dan mengangguk cepat. Pria dihadapannya itu hanya dapat menghela nafasnya, jika bukan karena ada tugas lain yang harus ia lakukan maka pria itu pasti akan bergabung dengan para Lorraine untuk berpatroli disekeliling daerah Nottingham, termasuk hutan Sherwood.

" Erden, jaga tunanganku dengan baik. Kau belum kehilangan kemampuanmu bukan Marquess?" pria bersurai perak tampan itu meletakkan sebelah tangannya didada menunjukkan hormatnya kepada sang Duke yang hanya mengacuhkannya dan kembali melihat meneliti setiap benda yang melekat pada tubuh ramping semampai gadisnya.

" Aku tidak apa-apa, lagipula aku harus mulai belajar untuk membantumu karena aku akan menjadi Duchess." Ungkap Eve mencoba meluruhkan kekhawatiran tunangannya itu yang sepertinya menjadi protektif padanya.

" Aku tidak bisa dilindungi terus, aku juga ingin melindungimu dan yang lainnya. Takdirku pun berkata begitu juga bukan?" terang si gadis yang lagi-lagi tersenyum membenahi mantel sang Duke, sedikit membersihkan bahu sang pria yang terkena butiran salju. Pasrah akhirnya Lucas hanya mengangguk kemudian mengecup pelan pipi gadis dihadapannya lalu tersenyum sembari mengacak pelan rambut peraknya, " Cepat pulang dan segera buatkan cemilan."

Si gadis bermanik zamrud itu merah padam dan menghentakkan kakinya pada tanah yang berselimut salju karena malu, " Aku malu jangan begitu didepan kakak-kakaku!" seru Eve panik dan mendorong tubuh Lucas yang justru terkekeh karena gadis itu hanya melakukan hal yang sia-sia.

" Wah, kalian benar-benar sangat romantis membuatku iri." Komentar Madeleine yang sudah menggeleng selepas sang Duke pergi meninggalkan mereka dan menghilang diikuti oleh Erudian yang sudah menantinya. Eve menutup wajahnya masih menggeleng-geleng cepat karena malu yang justru menyebabkan tawa kakak perempuannya meledak.

Tawa Madeleine terhenti tergantikan senyum miring dan sorot yang entahlah menatap Eve mesum, " Jangan-jangan kalian juga sudah melakukan...."

Ucapan Madeleine terhenti setelah Eve yang makin merah padam dan berteriak keras membekap mulut sang kakak yang malah tertawa dalam bekapannya. Erden tersenyum tipis melihat kedua adiknya namun ia segera menyentil dahi kedua adiknya yang masih bermain-main membuat keduanya mengaduh mengusap dahi mereka masing-masing.

" Ayo segera berangkat, aku tidak ingin sampai terlalu larut."

Pria dingin itu segera berjalan menuju deretan kuda dan tempat para ksatria yang lain beserta kapten pasukan Castiello telah menanti. Kedua gadis yang lain hanya mendengus sebelum berlari kecil menyusul kakak sulung mereka.

*****

Menerjang dinginnya udara musim dingin serta teraan salju pasukan Castiello yang dipimpin oleh Marquess Lorraine beserta saudari-saudarinya menelisik setiap sudut di Yokshire hingga Nottingham, mereka berpencar dan membagi wilayah dengan sang Kapten Eckart guna menemukan kejanggalan yang bisa jadi terjadi dikota bahkan desa terpencil. Sang kapten bserta pasukannya melakukan patroli diwilayah Yorkshire sementara Marquess masih disekitar wilayah Nottingham.

Kuda-kuda mereka melaju cepat diatas selimut putih yang melapisi tanah, kali ini mereka berpencar dan si bungsu Lorraine beserta Madeleine masih diikuti beberapa orang ksatria memasuki wilayah hutan Sherwood yang luas. Beberapa kali iris zamrud Eve melirik cincin berbentuk ular dijari telunjuknya yang hanya diam tak bersuara apapun, bahkan tak mengeluarkan gerutuan atau ucapan sakrasnya.

" Medusa, apa kau baik-baik saja?" tanya Eve pada akhirnya masih tetap memperhatikan Madeleine yang berkuda dihadapannya, tak mendengar apapun membuat hati Eve merasa tak tenang hingga akhirnya ia berteriak memanggil abdinya itu.

" Aku tidak tuli nona," timpal suara yang berasal dari cincin ular itu Eve bermafas cukup lega karena wanita bersurai ular yang bahkan tiba-tiba saja memutuskan untuk kembali ke dalam bentuk cincin, ketika ditanya alasan mengapa wanita itu hanya menjawab ia terlalu lelah untuk berjalan terlebih lagi berkuda, kuda dan ular tak bisa akur.

Alasan tak dapat dimasuk akal memang.

Eve memutuskan untuk mengabaikan rasa kekhawatirannya dan fokus pada tugasnya kali ini, kuda hitam miliknya melaju diantara pepohonan yang tak berdaun. Mengingatkannya pada malam dimana pertemuan pertamanya dengan Lucas sehingga seutas senyum terukir, namun tiba-tiba saja ia melihat pendar lambang pentagram dan kilau cahaya berpendar berwarna merah muncul dihadapannya menyebabkan gadis bersurai perak beserta kuda miliknya terlempar menuju cahaya itu. Madeleine yang melihatnya berteriak memanggil si Bungsu berusaha meraih jemarinya namun terlambat Eve sudah terlempar masuk jatuh ke dalam cahaya itu.

****

Hangatnya udara dan suara gemericik air menjadi hal pertama yang ditangkap indra Eve yang mulai membuka matanya perlahan. Gadis bersurai perak itu tengah terbaring dihutan dengan dedaunan berwarna hijau dan hamparan bunga mekar membawa aroma serbuknya yang harum berterbangan diudara. Padahal seharusnya dirinya tengah berada dihutan Sherwood yang bersalju bersama Madeleine. Gadis itu segera berdiri menepuk pakaiannya yang kotor dan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan sang kakak.

Kakinya melangkah menyusuri sungai yang memiliki air terjun kecil, airnya begitu jernih hingga ia bisa melihat ikan-ikan kecil berenang disana kemari. Diseberang sungai terdapat sebuah pohon yang kelewat lebat berdiri kokoh, dan disana Eve melihat seorang wanita mengenakkan gaun berwarna putih panjang mengekor tengah berdiri menghadap sungai sehingga mereka saat ini saling membelakangi. Rambut hitam legam wanita itu terurai kelewat panjang bahkan melebihi panjang rambutnya yang sudah melebihi pinggang. Rambut hitam legam si wanita itu tergerai mencapai rerumputan dan terselimuti kain tipis berwarna putih bersih dengan renda dipinggirnya.

Seolah mengetahui kehadiran Eve wanita itu telah berbalik saat ia melangkah semakin dekat, wanita itu tersenyum dengan paras yang kelewat ayu bak Dewi. Kulit seputih salju bibir mungil yang penuh berwarna pink tersenyum, hidungnya seperti dipahat agar tampak tinggi dan mungil secara bersamaan. Hanya saja wanita misterius nan ayu ini menutupi matanya dengan seutas kain berwarna putih.

" Eve akhirnya kita bertemu." Sapanya ramah masih tersenyum lalu merengkuh tubuh ramping Eve ke dalam pelukannya, masih dalam keadaan kebingungan gadis bersurai perak itu hanya menurut.

Siapa sebenarnya wanita berparas bak Dewi ini?

Apa yang dilakukannya ditengah hutan antah berantah ini sendirian, telebih lagi bagaimana ia bisa mengetahui namanya?

Deretan pertanyaan mengusik benak Eve berdenging seperti lebah-lebah yang mengerubunginya. Hanya saja lebah-lebah tak akan membuatmu kebingungan.