Angin hangat berhembus sepoi-sepoi menerbangkan helaian surai legam seorang wanita yang saat ini tengah berdiri masih dengan senyum manis terpatri diparasnya. Beda halnya dengan gadis bermanik zamrud yang masih tak berkedip berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi padanya. Wanita itu membelai kedua pipi Eve seolah ia tengah mencoba merasakan setiap sudut diwajah si gadis. Kemudian wanita itu mengangguk puas dan tersenyum kian lebar yang justru membuat Eve terkagum sekaligus takut.
" Benar, meskipun takdir kita sangat buruk dan berat sudah sepantasnya Tuhan memberikan kita paras rupawan." Tutur wanita itu masih mengangguk dan memandangi Eve, sementara Eve masih terjebak dalam rasa bingung hingga tak dapat mengucapkan satu patah katapun.
Menarik pasokan oksigen sebanyak mungkin menuju paru-parunya, tak lupa berulang kali ia hembuskan mengurangi kalut dibenaknya, " Pertama, terimakasih Nona karena sudah menyapa. Kedua mohon maafkan saya apakah kita pernah bertemu?" rentetan pertanyaan segera meluncur dari bibir tipis merah Eve yang terlihat penasaran sekaligus kebingungan.
Wanita itu tertawa pelan lalu mengusap pelan pipi porselen gadis yang ia yakini sudah sangat menderita, baiklah karena waktu yang ia miliki pun tak banyak dan terbatas. " Baiklah, sepertinya aku bisa menceritakanmu sedikit kisahku." Timpal sang wanita lagi, tangannya menarik tangan Eve pelan untuk berjalan menyusuri sungai.
" Aku adalah Oracle terakhir sebelum dirimu, namaku Ryuna Braun dan aku berasal dari kaum penyihir," ungkapnya setelah mereka mulai berjalan dan terhenti karena wanita yang mengenalkan dirinya sebagai Ryuna itu tiba-tiba saja menghentikan langkahnya lalu memandang pantulan wajah mereka disungai.
" Tunggu bukankah saya adalah Oracle yang terakhir? Itu ucapan para pria dari komplotan yang berusaha mengambilku." Sergah Eve sambil memilin jemari lentiknya. Ryuna tersenyum penuh arti merasa ini akan cukup membutuhkan waktu untuk menjelaskannya secara singkat.
" Benar sekali, tapi kau adalah gadis Oracle terakhir setelah 70 tahun. Sementara aku?"
Eve menaikkan sebelah alisnya menanti ucapan wanita yang mengaku dirinya adalah Oracle tepat sebelum dirinya itu melanjutkan penjelasannya, " Aku adalah Oracle pada masa 70 tahun yang lalu."
" Seorang Oracle terlahir tidak selalu dalam bangsa yang sama. Kita akan terlahir dimana kekacauan terjadi dan kita adalah suara serta mata dari Dewa untuk mencegah tragedi itu terjadi." Papar sang wanita yang masih tak mengalihkan pandangannya dari riak sungai yang muncul karena gerak-gerik ikan-ikan yang saling berkejaran.
" Aku terlahir dari keluarga Braun, keluarga yang memiliki kemampuan sihir paling hebat dan kuat sepanjang keturunan kami para penyihir. Hampir mirip bukan denganmu yang berasal dari keluarga bangsawan?" tandas Ryuna pada Eve yang masih terpaku tak percaya dengan penjelasan si wanita dan hanya mengangguk pelan bahkan nyaris tak terlihat anggukannya.
Ryuna tersenyum kembali kala melihat 'sesuatu' atau seseorang yang ditunggunya telah tiba sehingga sepertinya ia sudah dapat memulai tugas terakhirnya, " Baiklah sepertinya cukup untuk prolognya karena kalian sudah datang akan kujelaskan sesingkat mungkin sebelum waktuku habis."
Eve mengangkat wajahnya, alisnya menyatu karena tak mengerti ucapan wanita bersurai legam itu, " Ah, kau tidak tahu? Tunanganmu tentu saja dia terlibat dengan semua ini." Tambah Ryuna yang sudah melipat tangan didepan dadanya.
" Bisakah kau berhenti memperhatikan kami dari kegelepan wahai putra Lucifer, aku tau kau sudah mendengarkan sejak tadi." Ryuna melirik dari sela-sela kepala Eve memperhatikan sosok yang sepertinya segera mengikuti jejak gadisnya itu saat gadis ini telah tiba di dimensi miliknya.
Eve yang tak mengerti maksud wanita bersurai legam itu hanya menolehkan kepalanya ke belakang dan hampir saja ia menceburkan diri ke dalam sungai karena terkejut melihat kehadiran sosok makhluk tinggi bertubuh besar dan berkepala tengkorak banteng lengkap dengan sepasang tanduk besar tinggi bertengger disana.
" Astaga Lucas!" Eve terkejut setengah mati, untung saja sosok itu langsung menangkap pinggang mungil sang gadis dengan sebelah tangannya. Ryuna tersenyum senang melihat keakraban bahkan keromantisan kedua insan yang mengingatkannya pada seseorang.
Lucas, Sang Duke Kegelapan itu mengusap pelan puncak kepala gadis kesayangannya itu, ia hampir saja meratakan hutan Sherwood kala Erden menghubunginya bahwa gadisnya menghilang tertelan sebuah mantra yang tiba-tiba saja aktif. Sehingga pria itu segera menyusul tempat terakhir Eve dan melihat jejak sihir yang sudah sangat lama tidak terlihat, setidaknya hampir selama 70 tahun terakhir.
" Braun, lama tak jumpa sepertinya sudah 70 tahun bukan kita tidak bertemu?" sapa Lucas yang tak ada niatan mengubah wujud iblisnya dihadapan mantan Oracle yang ia yakini sebagai sisa dari jiwa sang wanita yang ia tanamkan pada sihir.
Ryuna tertawa renyah lalu mengibas udara melihat putra dari sosok Sang kegelapan sejati Lucifer menggerutu, " Benar, sepertinya kau sudah menerima wujudmu yang sekarang bukan? Kau masih tetap memiliki karisma tampanmu itu, meskipun wujudmu sendiri mengerikan." Masih tetap tajam sepertinya meskipun parasnya seperti Dewi namun mulutnya tak jauh berbeda dengan kaumnya, Lucas mendesah kasar ia sangat membenci penyihir yang menjadi salah satu sahabat ibunya dahulu.
" Sudahlah, pasti ada alasan bukan sampai tiba-tiba kau menanamkan mantra yang tiba-tiba aktif dan melempar Eve kemari untuk bertemu sisa dari jiwamu?"mendecak sebal, Lucas segera menyahut ketus, tak ingin berlama-lama membuang waktu mereka karena ia tahu wanita ini pun memiliki waktu yang terbatas.
"Apa maksudnya setengah jiwanya?" Eve melihat kearah wanita yang kini membelakangi mereka dan kembali memandangi sungai dan pohon rindang disana. Suasana sangat hening beberapa saat sampai hanya deru hembusan angin yang terdengar.
" Karena aku sudah mati Evelyna tepatnya 70 tahun yang lalu, karena aku gagal menjalankan tanggung jawabku untuk mencegah kehancuran kaum ku." Ryuna menjawab pertanyaan Eve dengan sirat yang terdengar sedih hingga Eve dapat merasakan kesedihan itu.
Wanita itu berbalik menatap kedua orang dibelakangnya kemudian tangannya seolah menggapai udara, kilau cahaya berwarna merah muncul dan tak berapa lama pemandangan sekitar mereka berubah menjadi tempat yang memilukan, Eve mencengkram tangan Lucas.
Sementara sang Duke hanya diam memperhatikan pemandangan pilu yang terasa seperti baru saja terjadi kemarin. Wanita berambut legam itu mengedarkan pandangannya dengan sorot tak dapat diartikan, surai hitamnya terhembus dihempas angin.
" Baiklah mari kita mulai dongeng ini semua dimulai, mengapa selama 70 tahun terakhir hanya kau saja Oracle yang terlahir? Alasan apa sebenarnya yang terjadi pada waktu itu? Bagaimana aku dan sosok kegelapan disampingmu saling mengenal?'
" Lalu satu hal lagi mengapa ayahmu memintamu memanggil Medusa yang merupakan roh kegelapan bukannya roh pahlawan atau yang lainnya." Ujar sang wanita yang membuat Medusa muncul dan kini telah membungkuk dihadapan ketiganya tepat setelah Ryuna menyebut namanya.
Eve terkejut lagi dan lagi, nafasnya tercekat dan pikirannya mengabur tak jelas, tak dapat menarik hipotesa seperti yang biasa ia lakukan untuk menyimpulkan sesuatu. Hanya satu hal yang terpikirkan otak encer sang Genius's Lady, itu semua adalah rencana wanita itu. Senyuman yang terpatri pada wajah ayu sang mantan Oracle membuat perasaan gadis bersurai perak itu makin kacau.
" Benar, itu semua adalah rencanaku, semuanya bahkan hingga pertemuan kita berempat sudah kulihat dan kurencakan. Termasuk penyegelan ingatan serta kekuatan yang dilakukan Ayahmu dan Dewa Thanatos."