Drrtt…
Suara ponsel Marco bergetar, dia mencoba mengabaikan namun panggilan masuk tetap berdering tak berhenti, sepertinya itu panggilan yang penting.
Pria itu melepaskan cengkeraman jarinya di rahang Chi, dia merogoh ponsel di saku celana.
Dahinya berkerut melihat nama kontak yang tertera, itu panggilan dari ayahnya.
"Hallo.." ujarnya. "Ya, kami sudah selesai, aku akan menjemput Lyn.."
Sesak!
Dada Chi terasa sesak dan berat. Dia mendengar nama wanita yang tertulis di undangan itu. Matanya panas, air mata menggenang di kelopak matanya, tak tertahankan.
Marco melupakan kehadiran Chi begitu mendengar suara berat Herman di sambungan telepon. Pria itu melangkahnperlahan, ekor matanya masih menangkap bayangan chinyang terdesak di dinding dengan wajah tertunduk.
Semua…
Yang seharusnya menjadi kenangan indah, sekarang sudah berubah. Sudah sepenuhnya berubah.
**