note : Mon maaf banyak typo, tolong bantu komen paragraf ya ka.....
Seperti anak sekolah kejuruan di semester kedua tahun kedua sekolah, program belajar di luar gedung sekolah adalah salah satu momen yang dinantikan oleh Chi dan kedua teman karibnya, Suzuki dan Rosaline
hari ini mereka akan mencari kos-kosan untuk tempat tinggal mereka selama magang. Setelah berputar mencari kesana kemari.
Akhirnya
Sebuah bangunan yang dibilang cukup bagus, tidak terlalu mewah atau terlalu tua seperti yang tadi mereka survey. Gedung yang ini jauh lebih baik, mungkin karena warnanya masih cerah jadi menarik perhatian ketiga siswi SMK itu.
"Coba kita lihat yuk!" Usul Rose. Chi dan Suzuki mengangguk setuju, ketiganya segera menghampiri gerbang berwarna hitam yang berukuran cukup tinggi sekitar satu setengah meter.
"Permisi..!"
Dengan suaranya yang bulat Suzuki mulai memanggil si pemilik gedung. Chi dan Rose ikut mencari dan mengedarkan pandangan, barangkali ada ada bel atau seseorang di sekitar pagar tinggi itu.
"Sepi banget ya!" Chi mengangguk setuju dengan pendapat Rose
"Gimana nih, lanjutin aja apa jangan?" Suzuki malah jadi ikutan ragu melihat wajah ragu kedua temannya.
Chi dan Rose saling sikut. Bingung. mereka sudah cukup menghabiskan waktu mencari kos-kosan tapi belum juga menemukan tempat yang cocok.
Ada yang tempatnya cocok tapi harganya tidak cocok. Ada yang harganya cocok tapi lingkungannya tidak cocok karena terlalu padat dan banyak anak kecil, otomatis nanti akan mengganggu proses belajar mereka.
"Kayaknya nggak ada orangnya deh, enggak ada nomor telepon juga di sini, gimana dong?" Tanya Rose kepada kedua temannya
"Ya udah yuk kita cari tempat lain.." akhirnya Chi membuka mulut.
Tap tap tap!
Sreeekk!!
suara langkah kaki menepuk lantai mengejutkan ketiga siswa SMK itu.
Dorongan pagar membuat ketiganya sontak mundur kompak. Sepasang muda-mudi sedang bergandengan tangan mengejutkan Chi, Rose dan Suzuki. Ketiganya terperangah dengan ekspresi polos mereka.
"Ya udah sayang aku pulang dulu ya.." ujar pria itu sambil mendaratkan kecupan sekilas di atas bibir kekasihnya. Membuat mata Chi membulat. Suzuki sontak menyikut temannya itu. Chi tersadar dengan tatapan terkejutnya, dia segera mengalihkan pandangan.
"Hush, jangan diliatin!" Suara Suzuki berbisik. Chi segera mengalihkan pandangannya. Ketiganya jelas terlihat canggung.
Berbeda dengan gadis yang berdiri di depan mereka. Wanita dengan rambut berombak itu malah terlihat santai dan tenang, dia menatap heran kehadiran ketiga remaja asing di depan pagar kosannya.
"Loh, ada apa dek?" Tanyanya dengan nada ramah.
Ketiga remaja itu kompak mengulas senyuman.
"Mau cari kamar kos ka" jawab Chi sopan. Padahal dalam hatinya masih penuh tanda tanya. Bisa bisanya kakak ini ciuman di depan kami.
"Ooh, coba aja masuk dek, ibunya ada di dalem tuh. Kalian masuk aja lewat lorong, pas di sudut sana ada dapur, biasanya ibu suka di dapur jam segini" jelas wanita cantik itu ramah.
"Makasih ka" kompak ketiga remaja itu dengan canggung dan malu malu. Mereka masih ragu untuk melangkah masuk.
"Masuk aja gih, soalnya pager mau di tutup!"
"Oh, iya ka" Rose melangkah masuk, diikuti Suzuki dan Chu.
"Kamu orang chines ya!" Tunjuk si wanita itu pada Suzuki. Dengan cepat Suzuki menggeleng.
Ketiganya akhirnya menginjakkan kaki ke teras yang tadi terhalang pagar.
Teras yang berukuran cukup luas dan asri. Karena di kiri kanan ada lahan sisa yang dimanfaatkan untuk tanaman hijau.
Wanita muda tadi menaiki anak tangga sambil bersenandung.
Sementara ketiga siswi remaja itu, ragu ragu masuk, dan saling menunjuk diri siapa yang akan melaju ke dalam lebih dulu.
"Harusnya kita ga tolak tawaran papamu Suzu!" Suzuki mengangguk, setuju dengan kalimat Rose barusan. Salah mereka memutuskan mencari kosan sendiri. Harusnya mereka di dampingi orang tua.
Sebagai siswi SMK yang mayoritas penghuni gedung sekolah adalah wanita, sangat canggung bagi ketiganya menghadapi lawan jenis, apalagi sampai melihat langsung adegan panas tadi.
Sementara kosan yang mereka injak ini..
Chi, Suzuki, dan Rose mengedarkan pandangan.
Nampak beberapa anak laki laki mondar mandir di dalam sana, dengan lorong penghubung antar kamar. Ya ampun, ini kosan campur! Sepertinya ada banyak mahasiswa dan mahasiswi, bahkan pekerja kantor atau pegawai mall, mengingat di jalan raya sana merupakan bagian dari jalan utama ibu kota.
"Yakin nih kita?" Tanya Rose dengan berbisik kepada dua temannya. Chi tak mengangguk atau pun menggeleng.
"Eh, tapi bagus tau! Lihat deh!" Suzu menunjuk dengan sudut matanya, seorang pria di sudut sana sedang memetik gitar dan bersenandung pelan.
"Dia ganteng ya!" Bisik Rose dengan wajahnya yang cengengesan. Suzu ikut melirik dan segera mengalihkan mata, kikuk.
"Lu tuh ya, ga bisa liat cowok!" Gusar Suzu dengan berdecak kesal. Sementara Chi hanya berjalan lurus tanpa berani menoleh. Ya ampun, seperti nya mereka salah tempat deh.
"Bagus dong Su!" Seru Rose dengan pupil mata membesar. "Siapa tahu kita ketemu jodoh di sini!"
"Haaah!! Ngaco!" Protes Suzuki.
"Kita disini mau magang bukan nyari jodoh!" Gusar Suzu ketus dengan nada rendah tapi penekanan nya jelas.
"Udah, jangan pada debat, kita Uda sampai di dapur nih!" Chi menengahi.
Ketiganya berdiri sejajar, menunggu seorang ibu dengan daster motif Kerancang di dalam sana. Dia baru saja mengelap meja dan menoleh, wajahnya meraut heran mendapati wajah asing ketiga remaja yang menunggunya.
"Siapa?" Pertanyaan ibu setengah baya itu dibalas senyuman ketiga remaja di depannya.
"Pagi bu, maaf ganggu" ujar Suzu sopan, dia sedikit maju, melangkah ke depan mendekati si ibu yang keluar dari dapur.
"Ada apa ya de?"
"Kami, cari kamar kosong Bu. Apa ada?" Tanya Suzu langsung to the point. Si ibu terlihat berpikir sejenak, kemudian dia tersenyum membuat ketiga remaja lainnya ikut ikutan tersenyum, senyuman si ibu menular.
"Sebenarnya ada, tapi posisinya agak lain. Di paviliun. Kamarnya bagus, luas, ada satu tempat tidur atas bawah, ranjang, kamar mandi, shower di dalam berikut dapur kecil.." wah kedengarannya cukup mewah.
"Gedungnya sedikit terpisah, ayo kalau mau lihat!" Ajak si ibu kos, menyusuri lorong lagi hingga tiba di taman kecil dengan kolam ikan. Sedikit ke pojok ada bangunan terpisah dengan gaya alam tropis. Wah, di tengah kota ada kawasan seperti ini. Ketiga remaja itu terlihat takjub. Meski di kiri kanan bangunan tetap terhimpit tembok tinggi bangunan gedung lain.
"Nah, ini dia!" Ibu kos masuk ke teras kecil terpisah dengan lantai dari batu alam. Dari wajahnya jelas ketiga siswi itu kelihatan takjub. Mereka suka dengan suasana segar di sini.
"Kamar sebelah itu dihuni oleh salah seorang putra pemilik kosan ini.."
"Oooh.." Chi, Suzu dan Rose kompak membulatkan mulut.
"Nah, sebetulnya kamar ini sebelumnya di huni oleh si putri sulung, hanya saja.." ibu kos terlihat berpikir dan mengurungkan kalimatnya
"Ada alasan yang tidak tahu pasti pokoknya, si putri akhirnya tidak tinggal di rumah kos kosan ini lagi!" Seru ibu kos menjelaskan dengan ambigu, membuat ketiga remaja itu hanya manggut manggut saja, entah mengerti atau tidak.
"Harganya gimana Bu?" Nah ini penting nih, melihat bentuk dan suasana nyaman belum lagi fasilitas nya, pasti mahal nih
"Karena kalian masih pelajar yah?" Suzu mengangguk cepat mengiyakan.
"Iya Bu, kami akan menyewa selama tiga bulan selama kami magang.." lanjutnya menjelaskan lebih rinci.
"Ooh, jadi hanya sebentar ya non. Ya udah kalau begitu ibu kasih murah buat kalian, itung itung ada yang bantuin ibu beres beres.."
"Betul Bu!" Sambung Chi bersemangat.
Mendengar harga yang di tawarkan si ibu, ketiga remaja itu kompak tos, dan tertawa bersama.
"Yesss!!!" Teriak mereka senang.