"Aku hamil, James."
Gadis cantik berambut sandy blonde dengan panjang melewati garis bahunya itu mengucap kata bernada getir. Dia menggigit bibir delimanya yang bergetar, sementara kedua tangannya terkepal kuat menahan marah sekaligus kekecewaan yang tak bisa digambarkan lagi. Hatinya merana, kesungguhan kata-katanya tersirat jelas melalui air mata yang tumpah guna menuntut pertanggung jawaban.
"Tunanganmu ini harus bertanggung jawab." ucapnya melolong lagi. Tergugu seperti anak anjing yang dicampakkan begitu saja.
Dia berlaku nekat mungkin benar telah hilang akal sehatnya, perempuan gila mana; muncul tanpa diundang di tengah kebahagiaan pesta kecil pertunangan orang lain lalu mengakui bahwa calon suami Sky telah mengkhianatinya.
Sky sempat tercenung sebelum gelas sampanye di tangannya terjatuh bebas dan pecah tepat di bawah kakinya.
James menggeleng kuat, berdiri dramatis dari kursinya. "Kau gila ya, jelas kau berbohong. Aku bahkan tak mengenalmu!" Sembari berpaling kepada tunangannya berupaya menggenggam tangan dan meyakinkan Sky, "Jangan percaya. Sungguh aku tak pernah mengkhanatimu."
Di luar laksa hujan menyepikan batin, seolah padatnya kendaraan berlalu-lalang di tengah kota London membawa jauh kebahagiaan. Restoran mahal ini memang sengaja disewa oleh James. Sebagai salah satu pertanda keseriusannya meminang Sky.
Para pelayan begitu apik juga gesit selama menjamu rentetan tamu undangan dan kolega penting. Sontak perhatian mereka tersita sepenuhnya oleh pertengkaran kecil yang mengguncang siapa pun. Bisikan-bisikan menjatuhkan mental merambat bagai ombak.
Tak terkecuali Sky, mata cemerlangnya telanjur meredup dan telah sepenuhnya berubah menjadi cerminan air. Ia merasakan bobot tubuhnya segera merosot saking terpukulnya, limbung dan syok mencerna semuanya yang terjadi begitu cepat. Tulang-tulangnya serasa tak sanggup menopang.
"Sky?" Logan dengan segenap inisiatif dan kasih sayangnya segera merangkul cucunya erat. Dia sama terguncangnya, terus berusaha menenangkan Sky yang tubuhnya lemas dan bergetar hebat.
"Apa ini?!" Ibunda James mengelus dada tak percaya.
"James!" gelegar suara sang Ayah hingga memukul bibir meja betapa malunya dia sepanjang kejadian ini. "Kau benar-benar! Bagaimana bisa kau melakukan hal memalukan begini?!"
"Tapi aku tak mengenalnya. Aku tidak tahu siapa dia, Dad!" James kukuh membela diri. "Percayalah padaku! Aku tak mungkin melakukannya!"
Gadis bermata biru itu mengeluarkan sepucuk amplop putih bercap resmi dari salah satu rumah sakit ternama di balik mantelnya. "Maafkan aku, sungguh aku terpaksa dan putus asa. James selalu menghindariku. Dia tak mau menjawab saat aku menghubunginya dan mengusirku ketika aku berkunjung ke kantornya. Usia kandunganku telah berjalan dua bulan." isaknya tersedu sedan.
"Omong kosong! Bisa saja kau tidur dengan pria lain! Hentikan ini, siapa kau berani menghancurkan pesta pentingku ini?! Aku tidak akan membiarkanmu menggangguku dan tunanganku!" Tangan James terkepal kuat sedangkan wajahnya merah padam.
Punggung tangan gadis cantik itu menghapus derai air mata yang terus turun tiada henti. Kulitnya pucat seperti orang kelelahan akibat dehidrasi. Sorotan mata terluka menelan dalamnya kepedihan membuat Sky diam membisu.
"Kau tidak ingat? Dua bulan lalu, Union Chapel. Kita sama-sama mabuk. Pagi itu, kau meninggalkan aku di hotel dan... aku belum pernah disentuh siapa pun! Kalau bukan kau siapa lagi?!" Mendadak ucapannya terpotong, dia beralih menatap Sky dengan perasaan bersalah. "Maafkan aku---" lirihnya merasa ini tak adil tapi dia pun dipaksa oleh keadaan. "Kau yang memaksaku melakukannya!"
James sempat terdiam kelihatan jelas kepalanya tengah berpikir keras. Seperti orang yang kebingungan menyatukan kepingan puzzle dalam ingatannya.
Melihat reaksi James yang linglung, Sky tahu kalau kenyataan itu benar terjadi. Seingatnya James tidak pernah bercerita kalau dua bulan lalu mengunjungi Union Chapel sesuai runutan gadis penuntut itu. Tetapi satu hal yang diingat Sky----James pernah menghilang dua malam tanpa kabar saat itu.
Dari situ Sky memang merasa telah kehilangan James sepenuhnya.
"Hentikan, usir perempuan ini!" Paksa James geram, tak segan mencengkeram kasar lengan sang gadis kemudian menyeretnya keluar dari pesta.
Keributan menjadi-jadi ketika dia menolak pergi. Ibunda James terisak di kursinya sekaligus menangkup seluruh wajahnya tak sanggup menahan malu. Ayahnya hanya bisa tertunduk sambil memijit kepala karena kehabisan kata-kata. Melihat kehancuran hati Sky pun mereka tak mampu.
Sungguh memuakkan udara restoran ini menjadi sesak dan tak nyaman bagi Sky. Perutnya mencelus bagai dijatuhkan dengan sangat cepat dari puncak tertinggi.
Bisikan-bisikan orang lain mulai mengganggu, yang menjijikan di antara mereka malah menikmati bagai penggila drama. Batin Sky telanjur sakit dan seluruh tulangnya terasa remuk sampai-sampai lidahnya sendiri membeku. Air matanya sempat tumpah namun Sky segera memupusnya. Bayangan-bayangan indah di masa mendatang dan segala tentang cinta hanyalah omong kosong. Bagaimana bisa ia terjebak bersama orang-orang palsu seperti mereka?
Orang-orang mulai berteriak panik sesaat gadis perebut tunangannya terjatuh pingsan dalam dekapan James. Pemandangan menggelikan membuat Sky sendiri muak menerima tekanan-tekanan lain dari segala arah. Kekehan kecil tergelincir dari mulutnya.
Betapa pun hancurnya, betapa pun langkah limbung diambilnya. Sky beranjak dari sana mempertahankan harga dirinya yang terakhir. Perasaan campur aduk memedihkan ulu hati, Sky menghampiri James, tanpa berbasa-basi melepas cincin yang melingkar di jari manisnya.
"Kita selesai." Sembur Sky dingin, memandang mereka ia tidak sudi. Amarahnya memuncak dan Sky membuang cincin silver itu tepat ke wajah James.
Di balik kacamatanya Logan mengancam. "Pertunangan ini batal! Aku memang tahu kalau kau bukan laki-laki baik! Jangan muncul lagi di hadapan cucuku!"
"Sky! Kau tidak bisa pergi begitu saja! Dengar dulu! Sky!"
Ia membiarkan air hujan menampar wajah jelitanya bagai ratusan tusukan jarum, Sky penyuka hujan sejak dulu tapi untuk pertama kalinya ia benci anugerah ini. Rasanya amat sesak, dadanya sesegukan menelan perih mentah-mentah. Tak peduli gaun pastel indah nan mahalnya kuyup sebab semuanya tidak berguna lagi. Ia melempar benci kedua sepatunya lalu bertelanjang kaki menyusuri trotoar.
Sky terseok-seok tanpa arah memori kepalanya terus membayangkan hal-hal itu bagai kutukan mengerikan hingga akhirnya Sky tak sanggup berjalan lagi. Dia bersimpuh ratapi hidupnya yang menyedihkan. Semestinya ia tahu bahwa segalanya hanya sepenggal mimpi buruk menakutkan. Di bawah dinginnya air hujan batin Sky menjerit. Di bawah bentangan awan keperakan yang ikut bermuram durja Sky berlutut dan menangkup muka.
Logan tertegun mendengarkan rintihan cucunya yang terpendam oleh suara laksa hujan yang kian lebat, tanpa kata selain cuma mampu memayunginya dan merangkul Sky erat.
^^
Tbc..