(University Of Bristol)
"Happy Graduation whuuuuuuhuuuu. Akhirnya Sarjana Hukum!" Naomi tak mampu menahan kegembiraannya lagi, mengangkat tabung dan map wisuda di tangannya setinggi langit.
Dia memeluk Sky erat dan tiada hentinya berjingkrak ria bersama teman seangkatan lainnya merayakan hari paling membahagiakan. Berulang kali mereka melempar topi ke udara secara serentak. Histeria suka cita memenuhi lapangan hijau universitas yang telah di dekorasi dengan cantik. Buket-buket bunga indah dan segar bermekaran mengelilingi mereka.
Cuacanya mendukung sedari pagi, matahari mencium hangat kota bristol sepenuhnya. Langit begitu cerah menunjukkan bentangan senyum bersama nyanyian indah sang mega di atas cakrawala. Mungkin pemandangan empat tahun yang nyaris sama ketika Sky memijakkan kaki pertama kalinya di universitas dan memperjuangkan beasiswanya.
Empat musim berikut suka duka mengikuti jalan impiannya. Sky meniti gelarnya dengan cinta, kerja keras dan perjuangan panjang. Bangunan universitas ini menjadi saksi bisu kesehariannya.
Tidak terbayangkan sebelumnya jikalau Sky akan mengenakan jubah toga dan topi wisudanya dengan kebanggan sekaligus haru. Mengingat segala perjuangan dan keringatnya hingga sampai ke titik ini. "Naomi, terima kasih banyak untuk semua bantuanmu selama ini."
Naomi menggeleng cepat, "Apanya? Kau lulus dengan predikat terbaik dan gap tertinggi. Aku bangga padamu, Sky. Kau berjuang dengan keras, inilah hasil perjuanganmu selama ini. Selamat ya, sahabat terbaikku." katanya mengecup pipi Sky gemas. "Semoga kita sukses di luar sana nantinya."
"Hei girls. Selamat untuk kelulusan kita!" Seru Preston tiba-tiba muncul di antara Sky dan Naomi guna merangkul kedua sahabatnya erat. "Kalian tidak menciumku?"
"Preston! Jangan coba-coba cari kesempatan. Aku sudah punya Aiden." Naomi menoyor kepala Preston tanpa ampun, Sky hanya terpingkal.
"Aduh, aku cuma bercanda. Kau benar-benar ya, jahat padaku!" Seketika Preston mengerucutkan bibirnya. Memperbaiki letak topi toganya.
"Sky!" sebut Logan melapangkan dekapannya hadir bersama orang tua lainnya. "Selamat sayang, aku bangga padamu."
Sky mundur dari kerumunan teman angkatannya dan memeluk Logan erat. "Grandpa, terima kasih banyak ini berkat do'amu. Camden kau datang." Dalam satu pelukan Sky merangkul keduanya penuh kasih sayang.
"Selamat ya kak, jadi sarjana hukum sekarang." Ujar Camden memasang senyum lebar dan menyerahkan satu buket berisi bunga mawar putih segar kesukaan Sky.
"Terima kasih, kau juga. Suatu saat nanti harus jadi sarjana. Jangan pikirkan masalah biaya. Fokus saja sekolahmu."
Camden menangguk-anggukan kepalanya ikut memeluk Sky.
Naomi juga Preston ikut bergabung dan Logan memeluk keduanya bergantian. "Kalian juga, hebat. Betapa aku sangat berterima kasih karena kalian banyak membantu cucuku ya."
"Ah, Grandpa Logan. Sky sudah seperti saudara kami." sahut Preston merasa tersanjung sendiri.
"Lebay, ah!" Sekali lagi Naomi menoyor Preston yang kemudian disambut oleh rentetan ejekan dari Sky.
"Oh, ya ampun. Camden, bagaimana kabarmu?" Naomi mengelus pipi Camden lembut. "Sekarang makin tampan ya."
"Aku baik, kak." sahut Camden singkat dan masih menebar senyumnya. "Aku dan Grandpa membawakan kalian bunga. Selamat kak, Naomi dan kak Preston."
"Thanks, Camden. Ya ampun, aku tak menyangka. Kau jadi sangat tampan begini." puji Naomi meneliti Camden dari ujung kepala sampai ke kaki.
"Tentu saja, kau tidak lihat kalau Sky sangat cantik? Adiknya pasti tampan." sambung Preston dengan senang hati menerima bunganya.
Orang tua Naomi O'Keeffe dan Preston Moss tampak hadir, sama seperti Logan; mereka bukan cuma mendukung kelulusan putra-putrinya. Dukungan luar biasa untuk Sky mereka tujukkan melalui ketulusan hubungan lebih dari sebuah keluarga.
"Wah, selamat untuk kalian bertiga. Betapa leganya aku melihat Preston menyelesaikan studinya." Carrie Ann Moss mengecup pipi putranya lembut.
"Ah, Mum. Kau memang terlalu. Meragukan aku ya? Tidak lihat jubah dan sertifikatku. Aku lulus, mum!" ungkap Preston memeluk ibunya hampir-hampir mereka terjengkang saking bahagiannya.
"Kalau kau tak lulus akan kudepak jauh ke Newcastle! Tanpa fasilitas, tanpa uang saku, tanpa consol kesayangan dan si Cookie." ejek Justin Moss mengguncang pundak Preston erat. Putranya sendiri hanya mampu bersungut.
"Sky, selamat ya sayang." kecup Cecillia O'Keeffe dan memeluknya erat. Oh, betapa keluarga Naomi memperlakukannya dengan sangat baik, perhatian dan kasih sayang bagai anak kandung.
"Mari rayakan di rumah kami." Gregg O'Keeffe angkat bicara. "Aku dan Cee telah mempersiapkan pesta kecil untuk kelulusan kalian. Ayolah, hanya pesta barbekyu."
Logan mengangguk. "Wah, itu pasti menyenangkan."
"Sky, bisa kita bicara?"
Sky menoleh ke sumber suara mendengar seseorang menyebut namanya. "Sir Donnelly." Sky menarik diri dari lingkaran keluarga. Menghampiri dosen mata kuliah LSATnya. "Ada apa, Sir?"
Donnelly tersenyum lebar sesaat tampak mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya. Sebuah amplop putih yang disegel sedemikian rapat. "Seseorang memintaku menyerahkan ini kepadamu. Dibaca baik-baik, pertimbangkan dan pikirkan, Sky. Kau adalah mahasiswi kebanggan kami. Kau pantas menerima ini."
Dahi Sky mengerut dalam ketika Donelly mengangsurkan amplop putih polos tersebut. Dengan sedikit ragu Sky menerimanya. "Tapi ini apa, Sir?"
"Nanti kau juga tahu, ingat pertimbangkan dan pikirkan baik-baik. Selamat ya, atas kelulusanmu. Sukseslah di luar sana."
Donnelly bergegas pergi meninggalkan Sky yang dibebani oleh beragam pertanyaan.
"Hei... hei semuanya mari berkumpul. Kita foto bersama ya!" Seru Andy Summerton berdiri di atas mimbar menguasai mikrofonnya dan membuyarkan lamunan Sky. "Atur posisi. Kita foto dulu bareng rektor dan dosen keren kita. Untuk buku tahunan, guys."
Kerumunan suka cita dari generasi penerus masa depan itu membuat jajaran dosennya ikut bangga. Saat sesi penerimaan ijazah pun atmosfer haru-biru menguar, hingar-bingar yang terpecah hingga ke langit biru hari rabu siang nan cerah ini.
Jajaran rektor dan dosen menunggu di atas mimbar menyejajarkan barisan mereka sambil tertawa lepas sementara alumni-alumni mahasiswa angkatan tahun ini berbanjar rapi di lapangan termasuk Naomi, Sky dan Preston. Mereka berada dibarisan paling tengah.
"Siap-siap ya. Bristol, we love you." Seru seorang fotografer menyiapkan kamera full frame berlensa panjang di angannya. "1...2...3."
"Bristol, we love you!"
*
"Dulu saat kau kecil, kau paling senang berlarian di sini. Begitu cepatnya waktu berputar sekarang aku melihatmu lulus, Naomi." Cecille mengelus puncak kepala putri tunggalnya. Tidak henti-hentinya mereka mengucap kata bangga.
Meja kayu di perkarangan belakang rumah keluarga O'Keeffe mencakup kapasitas lima belas orang. Tepat di sisi Preston masih ada satu kursi kosong. Di atas meja tersaji beragam kudapan lezat. Dari bistik, salad sayur, pie yang masih mengepul, sup daging kentang, roti croissant dan masih banyak lagi.
"Ayolah, Mum. Aku sudah dewasa sekarang. Jangan bicarakan hal seperti itu." Keluh Naomi membelah bistik di piringnya.
"Hei, nanti kalau kau punya anak. Hal kecil itulah yang akan kau ceritakan padanya."
"Mum, hentikan. Jangan sebut-sebut semua tentang berbau pernikahan." bisik Naomi lalu mencuri pandang ke arah Sky. Cee hanya mengangguk-angguk paham.
Gregg berdeham mengalihkan topik. "Jadi apa yang akan kalian lakukan setelah lulus?"
Preston mengangkat tangan sambil melahap selada segar. "Yah, aku akan meneruskan perusahaan Daddy. Dia membutuhkan tenaga Head Office."
"Cepat atau lambat perusahaan itu pasti kau tangani, Son. Aku mengandalkanmu."
"Naomi sendiri?"
Naomi menyeka mulutnya menggunakan serbet, "Aku ingin punya lembaga hukum sendiri. Entahlah firma Naomi O'Keeffe sepertinya bagus."
Logan mengangguk pelan. "Ide cemerlang. Kau pasti bisa, Naomi."
"Masalah biaya aku tak mau ikut campur ya. Kau harus berusaha sendiri." Celetuk Gregg meneguk jus jambunya.
"Daddy. Ishh..." Jengah Naomi mendecih. Satu meja tertawa bersamaan. "Thanks Grandpa Lou. Hanya kau yang mendukungku." Senyum Naomi terpahat sempurna.
"Kalau kau, Sky?" tanya Justin dengan kedua tangan memotong bistik di atas piring.
Sky menyelesaikan santapannya. "Yang jelas aku harus bekerja keras demi Camden dan Grandpa. Di mana saja, tapi aku aku ingin wujudkan cita-citaku sebelumnya menjadi pengacara handal."
"Mengesankan, kau pasti bisa. Kau jenius, firma hukum mana pun pasti menerimamu." Tukas Carrie yakin, terselip doa dalam nada suaranya.
"Thanks, aunty Carrie. Untuk kalian, sekali lagi aku sangat berterima kasih. Tanpa bantuan kalian aku tidak akan berada di sini."
Justin menggeleng pelan. "Itu berkat usahamu. Semoga apa yang kau cita-citakan segera tercapai ya."
Gregg mengangkat gelas sampanye dingin ke udara. "Mari bersulang untuk kesuksesan anak-anak kita."
"Cheers..."
®
Tbc....