"Percaya atau tidak. Detak ini sudah ada, sejak pertama aku melihatmu, Alena."
Aku tersenyum miring, lalu kembali memalingkan wajah. Fokus menggerakkan jemari di atas keyboard.
"Alena ...."
"Hmm?"
"Kamu cantik."
"Aku perempuan."
"Aku tau."
"Jadi, berhentilah menggodaku! Tugasku enggak bakal beres kalau kamu terus-terusan ngomong."
Zay terkekeh pelan, lalu memejamkan matanya.
Ya ampun, dia malah tidur di samping laptop. Membuat mataku semakin tidak konsen!
"Alena ...." Bibirnya bergerak dengan mata terpejam.
"Apa lagi?" tanyaku kesal.
"Kamu mau, jadi ibu dari anak-anakku?"
Aku melotot.
Zay mengulum tawa. Lalu memicingkan satu matanya.
Aku mengalihkan pandangan lagi ke layar datar di hadapan.
"Alena ...." Kali ini dia menaikkan kepalanya ke atas pahaku. Membuat tangan sebelah kanan kesulitan bergerak.
Ya ampun, apa maunya dia?
"Wajah kamu merah, aku suka!"