Ha Wook's pov
"Mau jadi apa kamu jam segini baru pulang!" Aku masih diam di tempatku berdiri. Wanita itu adalah seseorang yang sangat ku cintai, Eomma (Ibu). Ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arahku. Sungguh, jantungku seakan berhenti berdetak sekarang.
Plak
Eomma menampar pipi kananku hingga aku jatuh terhuyung dan menabrak tembok. Aku merasakan perih di sudut bibirku. Tak sampai disitu, Eomma menjambak rambutku hingga wajahku menghadap ke atas. "Eomma, lepaskan." Aku menggapai tangan Eomma dan berusaha melepaskannya dari rambutku.
"Kau mau jadi seperti Appamu, hmm? Menjadi orang berengsek yang meninggalkan tanggung jawabnya! Dasar anak tidak tahu malu!" Eomma melepaskan jambakannya dari rambutku. Ia berjalan ke sofa, di tangannya sudah ada gelas kecil berisi soju yang siap ditenggaknya.
"Apa kau mendapat banyak uang setelah menjual tubuhmu?" Aku menatap Eomma yang tampak tidak peduli. Begitukah ia menilaiku selama ini?
Aku hanya menunduk dan menahan air mataku agar tidak keluar. Aku harus kuat, demi Halmoni, dan demi Oppa.
Kau bisa, Ha Wook-a.
Aku menutup pintu kamarku dan membuka lemari. Aku memandang lekat-lekat foto keluarga yang diambil bertahun-tahun lalu. Air mataku mulai jatuh saat melihat Appa. Kenapa Appa tega meninggalkan kami semua?
Oppa juga.
Apa kalian berdua tidak ingin hidup bahagia dengan kami?
Aku menatap cermin di sebelah lemari. Benar dugaanku, sudut bibirku terluka karena tamparan Eomma. Aku tidak marah padanya, karena aku paham kondisi mentalnya tidak baik. Eomma depresi setelah Appa meninggalkan kami dan keadaannya semakin parah saat Oppa juga meninggalkan kami karena mencari Appa.
Aku mengambil ponselku dan menelepon seseorang. "Ho Jae-yah, kau tidak sibuk kan? Aku ingin bercerita tentang sesuatu."
#
"Omo Ha Wook-a! Kenapa kau terluka?" pertanyaan seperti itulah yang ku dapatkan saat pertama kali menginjakkan kaki di depan kelas. Beberapa teman sekelasku menatapku, begitu juga dengan Ha Seonsaeng yang sedang mengobrol dengan Jae Hwa. Seperti biasa, sebelum bel masuk kelas akan ada acara kerja bakti membersihkan kelas.
"Ha Wook-a." Aku menatap Soo Ji yang menatapku khawatir.
Aku tersenyum, "Aku baik-baik saja. Ayo selesaikan kerja baktinya." kataku berjalan masuk ke dalam kelas untuk meletakkan tas.
"Ha Wook-a, katakan saja. Kau dipukul ibumu lagi, kan?" Soo Ji, Ha Na, dan Bok Hae menahan tanganku. Mereka bertiga memandangku khawatir, sekaligus merasa bersalah.
"Mianhae (Maaf), ini semua karena kami. Harusnya kemarin kami-"
"Sssttt, jangan merasa bersalah. Aku baik-baik saja, dan ayo kita mulai kerja bakti. Cepat!" Mereka bertiga menatapku sejenak, lalu menghela napas panjang dan mengangguk. Aku lega akhirnya mereka kembali keluar dan ikut membersihkan taman. Aku menatap sekeliling, seisi kelas yang tadinya memperhatikanku kembali fokus ke pekerjaan masing-masing. Mereka semua takut padaku dan tidak berani membantah apapun perkataanku.
Bukankah itu bagus? Ketua kelas memang harus ditakuti.
"Smith, bersihkan dengan benar dan berhenti bercanda dengan Eun Jo!" kedua manusia itu memberiku v sign dan kembali membersihkan jendela. Seharusnya aku bersyukur ya semua anak buahku bekerja dengan baik. Tapi sebenarnya aku merasa bersalah juga pada mereka yang sudah bekerja keras.
"Ha Wook-a."
"Hmm?" Aku memandang Aloona yang memandang keluar jendela.
"Bukankah Ha Seonsaeng luar biasa? Baru kali ini ada Seonsaeng yang membantu murid-muridnya membersihkan lingkungan kelas. Benar-benar wali kelas yang sempurna." mataku menerjap-ngerjap melihat Aloona yang tersenyum dan memandang wali kelas baru kami dengan penuh kekaguman.
Ku akui, Ha Seonsaeng memang tampan. Senyumnya yang mengembang itu membuat kadar ketampanannya bertambah.
Jeong Il's Pov
Aku menatap salah satu muridku yang sibuk mencabuti rumput di halaman. Meski begitu, ia tak hentinya bicara tentang ketua kelas 11-4 yang baru saja masuk kelasnya. "Jadi begitulah, Seonsaengnim. Sampai sekarang tidak ada yang tahu dimana Appa dan Oppanya. Menurut saya, kembalinya mereka adalah alasan terbesar kesembuhan untuk Jeong Woon Eomma."
Pagi ini aku sengaja meluangkan waktuku untuk membantu murid-murid kelasku membersihkan kelas. Ku yakin tidak ada Seonsaeng sepertiku yang mau mau saja membantu bersih-bersih. Tapi, inilah satu-satunya cara untuk bisa dekat dengan mereka. Awalnya ku pikir mendekati mereka sangatlah sulit, tapi ternyata tidak. Sekarang saja aku sudah tahu rahasia umum ketua kelas bernama 'Golden Stars' ini.
"Jun Goo benar, Seonsaengnim." Siswa bernama Ho Jae menatap jendela kelas yang memperlihatkan Ha Wook memarahi salah satu anak buahnya.
Aku sudah tahu semua mengenai Ha Wook sejak kedua sahabatnya ini menceritakan semuanya. "Oh ya, jika dia sering marah-marah mohon di maklumi Seonsaengnim." Aku tersenyum dan mengangguk.
"Lama-lama juga pasti terbiasa. Seperti kami yang hapal dengan benar bagaimana sifatnya." Seseorang bername tag Kwang Sun menatapku dengan senyuman lebarnya.
"Ya. Hmm, kalian semua tahu tentang keluarganya?" Murid-murid yang berada di sekitarku mengangguk.
"Kami semua tahu tentang keadaannya. Untuk itu kami selalu menghiburnya." Aku tersenyum pada Soo Ji yang berada di sampingku. Pandanganku teralih ke arah Ha Wook yang sibuk memindahkan sampah ke lantai. Jantungku berdetak sangat cepat saat melihatnya, entah karena bahagia atau sedih.
Sebenarnya aku tidak begitu yakin dengan perkiraanku. Ha Wook sangat mirip dengan gadis di foto adik laki-lakiku. Semoga saja perkiraanku itu salah. Aku hanya tidak ingin kehilangan seseorang yang ku sayangi di dunia ini. Bisa dibilang adik laki-lakiku itu adalah satu-satunya keluarga yang ku miliki, sekalipun kami tidak memiliki hubungan keluarga.
"Kau tahu, semalam Ha Wook meneleponku dan menangis." Aku menatap Ho Jae yang sekarang jadi pusat perhatian.
"Dia bilang apa? Dipukul ibunya?"
Mwo (Apa)?
"Dipukul?"
"Ya, Seonsaengnim. Semua yang Ha Wook lakukan serba salah di mata Jeong Woon Eomma. Ha Wook juga sering terkena pukulan darinya."
"Andaikan saja kita bisa melakukan sesuatu untuknya."
"Sebenarnya ada jika kita mau berusaha sangat keras." Aku menatap Jun Goo.
"Apa memangnya?" tanya Ha Na.
Jun Goo menatap kami semua, "Kita membantunya mencari Yoon Hyung."
Siapa tadi?
Ku harap aku salah dengar. Meskipun aku benar mendengarnya, bukankah di Korea tidak hanya ada satu Yoon? Pasti ada Yoon lainnya.
"Hmm, siapa nama ayah Ha Wook?" Jun Goo dan Ho Jae berpandangan, aku tidak paham dengan arti dari ekspresi mereka.
"Ah iya. Siapa nama ayahnya?" Bok Hae menatap Ho Jae dan Jun Goo penasaran.
"Ha Wook tidak pernah menceritakan tentang ayahnya."
"Ya, sebenarnya Ha Wook akan marah jika dia tahu nanti." Jun Goo menengok ke segala arah memastikan semuanya aman.
"Ayahnya bernama Adam Farabi."
Tidak mungkin!