Sasa mengulum senyum dan menatap ke arah Andreas yang sibuk memasak, bersandar dengan lemari pendingin dan tangan disedekapkan. Rasanya ingin sekali tertawa setiap mengingat Andreas yang tiba-tiba mendekapnya dan mengatakan agar dia jangan pergi. Bahkan, dia menjadi bahan candaan ibu-ibu kompleks yang melihat hal tersebut.
Astaga, aku mana pernah menyangka dia akan begitu, batin Sasa, menahan tawa. Pasalnya, Andreas baru saja marah karena dia yang menertawakan tingkah Andreas kali ini. Terkesan konyol memang, tetapi dia cukup suka karena itu menandakan Andreas yang begitu takut dia tinggalkan.
"Kalau mau tertawa, tertawa saja, Sa. Gak usah ditahan. Lagi pula aku gak melarang," ucap Andreas dengan raut wajah masam.
