"Tunggu dulu," ucap Sasa ketika sudah berada di depan pintu rumah orang tua Arav.
Arav yang baru saja akan membuka pintu langsung menghentikannya. Dia menatap ke arah Sasa yang berada di sampingnya. Namun, dia hanya diam dan memilih mengamati wajah Sasa, membiarkan sang kekasih menenangkan diri terlebih dahulu. Arav cukup tahu jika ini bukanlah hal mudah untuk Sasa. Kekasihnya pernah mendapat penolakan dan juga perlakuan tidak baik dari orang tuanya. Jadi, Arav merasa wajar kalau Sasa masih merasa takut dan juga memiliki trauma sendiri.
Sasa menatap ke arah Arav berada dan membuang napas pelan. "Arav, aku masih merasa takut," keluh Sasa sembari mengigit bibir bawah, merasa tidak tenang sama sekali.
Arav yang mendengar mengulas senyum lebar dan menatap Sasa lekat. "Apa yang kamu takutkan, Sa. Ada aku di sisi kamu," jawab Arav.