Chereads / GOOD BOY! / Chapter 7 - MENGAMBIL KESEMPATAN

Chapter 7 - MENGAMBIL KESEMPATAN

Senyumnya tidak berangsur lama ketika melihat apa yang baru saja terjadi dikejauhan sana. Shil menutup mulutnya karena terkejut melihat tindakan seorang gadis disana. Ia bahkan tidak menyangka bahwa nyali perempuan itu benar-benar luar biasa.

Dari sini baru saja Shil melihat dengan mata kepalanya sendiri, seorang gadis yang tiba-tiba datang dan membuang secara kasar sebatang rokok yang berada di jari laki-laki itu. Ia sempat terdiam mematung melihat bagaimana Yas yang menatapnya begitu tajam kepada perempuan itu.

Shil mendesah, ia benar-benar terpaku dengan tatapan tajam dari Yas. Bagaimana bisa laki-laki itu begitu menakutkan, padahal sebelumnya dirinya pikir jika dia tidak seperti itu.

Tiba-tiba pikirannya tertuju kepada Sahabatnya yang mengatakan untuk berjaga jarak dengan segerombolan laki-laki yang ada dihadapan sana, atau mungkin setidaknya jangan mencari gara-gara dengan mereka karena jika tidak, maka kita takkan tahu apa yang terjadi nanti.

"Lele, apa yang kamu bilang ternyata bener, aku jadi takut," ujar Shil dalam hati. Ia benar-benar tidak menyangka setelah melihat semua itu, maka dari itu dirinya buru-buru pergi dari kantin sebelum mereka menyadari kehadirannya.

Ia terus berlari sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa tidak ada yang mengejarnya. Beruntung tidak ada satu pun orang yang hendak berlari kearahnya, itu artinya mereka tidak menyadari kehadirannya.

Mengetahui itu Shil mendesah, ia benar-benar kelelahan setelah berlari. Tetapi jika dipikir-pikir untuk apa dirinya berlari, padahal tidak berbuat salah sekalipun.

"Huaaaa Lele, aku takut!" rengeknya. Entah kenapa bayangan dimana ia melihat laki-laki yang disukainya menatap tajam seorang perempuan tadi membuatnya merasa ketakutan. Dirinya tidak tahu apa yang terjadi dengannya sehingga bisa menjadi seperti ini sekarang.

Lama berpikir sampai Shil tidak sadar bahwa ia kini sedang berada di tepi jalan raya. Dering ponsel membuatnya tersadar dari lamunannya itu, tanpa melihatnya dirinya langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Sayang, kamu dimana?"

Shil menggigit kukunya, ia tahu yang menghubunginya saat ini adalah Bundanya, maka dari itu dirinya sedikit merasa bersalah karena pulang terlalu sore hari ini. Sudah pasti jika wanita itu sangat mencemaskannya.

"A-aku di kampus, Bunda," jawab Shil gugup. Ia takut terkena marah dari wanita itu sehingga saat ini yang bisa dirinya lakukan hanyalah menggigit kukunya.

Terdengar desahan dari seberang sana membuat ia yakin jika wanita itu pasti sedang marah kepadanya. Tanpa diberitahu pun Shil tahu bagaimana Bundanya itu terhadapnya.

"Udah sore, langsung pulang ya, Bunda gak suka kamu pulang malam," ujar Bundanya itu dengan selembut mungkin.

Shil yang mendengarnya sedikit menyunggingkan senyumnya, hatinya seketika menghangat setelahnya. Wanita itu memang selalu bisa memahami dirinya, sehingga ia tidak memiliki alasan untuk membantah apa yang dikatakan oleh Bundanya itu.

"Iya, Bunda. A-aku sekarang pulang," ujar Shil meyakinkan wanita itu.

"Hati-hati, Sayang," ujar wanita itu, sedangkan Shil langsung tersenyum.

Di sisi lain kini Yas masih berada di kantin bersama ketiga laki-laki yang merupakan Sahabatnya. Ia masih menatap tajam sosok perempuan yang baru saja berperilaku tidak sopan terhadapnya.

"Apa yang lo lakuin?" tanya Yas dengan suara beratnya. Siapapun yang mendengarnya pasti akan langsung ketakutan, bagaimana laki-laki itu bisa berubah menjadi sosok yang menyeramkan.

Tetapi gadis itu masih berani berdiri dihadapan Yas dengan kedua tangan yang melipat didada. Ia menatap tak suka kepada laki-laki yang ada dihadapannya itu secara terang-terangan.

Gadis itu terkekeh, "Aku gak suka liat kamu ngerokok," jawabnya. Mendengar itu tentu saja Yas marah, siapa perempuan itu yang dengan beraninya mengaturnya.

Yas berdiri tetapi tatapannya tak lepas dari gadis itu, seolah ia telah menemukan mangsanya. Bahkan James yang melihatnya hanya diam saja, laki-laki itu menghela nafasnya dan memalingkan wajahnya kearah lain karena malas melihat perdebatan seperti ini setiap hari.

"Perlu gue ingetin kalau lo bukan siapa-siapa gue, jadi lo gak berhak ngatur hidup gue!" Bentak Yas dengan penuh penekanan di setiap katanya.

Setelah itu Yas pun langsung mengambil ranselnya dan berlalu pergi dari hadapan gadis itu, sedangkan perempuan itu terdiam mematung mendengar perkataan yang baru saja didengarnya.

Alfiz dan Didan yang melihatnya langsung berlari menyusulnya, tetapi tidak dengan James yang kini masih terdiam ditempatnya dan menatap gadis malang itu yang baru saja membuat saudaranya marah.

Sebenarnya James tahu gadis ini, ia sudah lama mengamatinya karena seringkali dirinya memergokinya sedang memperhatikan Yas secara diam-diam.

"Gimana rasanya?" tanyanya kepada gadis itu yang masih terdiam mematung ditempatnya.

Mendengar ada seseorang yang mengajaknya berbicara, ia pun langsung menoleh dan mendapati seorang laki-laki yang merupakan teman dekat dari orang yang dirinya sukai.

Kedua mata dari gadis itu memerah, dan James melihatnya dengan jelas. Senyum smirk tercetak jelas membuat perempuan itu menatap tajam sosok laki-laki yang ada dihadapannya saat ini.

Kedua tangan gadis itu mengepal kuat, ingin rasanya ia memukul wajah tengil yang sedang ditunjukan oleh laki-laki itu. Dirinya tahu jika saat ini James tengah menghinanya dan itu benar-benar membuatnya merasa ksal.

"Gak usah ikut campur urusan gue," ujar gadis itu penuh peringatan. James tertawa setelah mendengarnya, kemudian laki-laki itu berdiri dari duduknya hendak menghampiri perempuan itu.

James menatapnya dari atas sampai bawah seolah sedang menilai tubuh dari gadis itu. Melihat itu tentu saja perempuan itu marah, ia menatap tajam laki-laki itu.

"Lumayan juga, kenapa lo gak sama gue aja?" tanya James dengan kedua alisnya yang terangkat.

"Mimpi aja, lo kira gue gak tahu gimana busuknya lo?" ujar gadis itu. Ia benar-benar tidak suka denga laki-laki yang satu ini, benar-benar kesal bukan main.

James terkekeh, rautnya seketika datar. Ia marah dan tidak menyangka jika gadis yang ada dihadapannya ini ternyata cukup memiliki nyali untuk berkata kasar kepadanya.

"Apa yang lo tahu dari gue?" tanyanya dengan tatapan menusuk melihat gadis itu yang saat ini sedang bergerak gelisah tidak nyaman.

Melihat gadis yang ada dihadapannya semakin melangkah mundur membuat James menyeringai seketika. Laki-laki itu tahu jika saat ini perempuan itu sedang ketakutan membuat James merasa memiliki kesempatan untuk itu.

"Jangan deket-deket, pergi lo!" ujar gadis itu ketika melihat James yang semakin mendekat kearahnya. Ia melihat laki-laki itu yang menatapnya menggoda membuatnya semakin merasa waspada dengannya.

James menyeringai, laki-laki itu berkata, "Oke, gue bakal pergi asal lo mau nurutin permintaan gue, gimana?" ujarnya. Laki-laki itu mendekat, kemudian menarik pinggang gadis itu agar mendekat sehingga keduanya dapat merasakan hembusan nafas mereka satu sama lain.

Gadis itu benar-benar gugup dengan posisinya saat ini, ia benci laki-laki ini tetapi entah kenapa jantungnya berdegup kencang, dan dirinya takut jika terbawa suasana.

"G-gue mau pergi, lepas!" ujarnya memberontak. Tetapi tenaga James lebih mendominasi membuat ia ketakutan.

Laki-laki itu mendekatkan wajahnya, kemudian menggigit pelan telinga gadis itu, dan berkata, "Dasar pembangkang," bisiknya tepat ditelinga.

Gadis itu menegang, apa yang dilakukan James barusan benar-benar membuatnya gugup, ia tidak suka dengan situasi ini. Dengan cepat dirinya berusaha berlari ketika laki-laki itu lengah, tetapi pergerakan yang lambat membuatnya kembali terperangkap.

"Lo gak akan bisa kabur dari gue sebelum lo kasih apa yang gue mau!"

"Kalau gitu, apa mau lo?!" ujar gadis itu. Ia pasrah dan tidak ingin berlama-lama dengan laki-laki berengsek sepertinya.

Mendengar itu James menyeringai, tanpa pikir panjang lagi ia menarik gadis itu ke suatu tempat dan menyudutkannya ditembok sehingga tidak bisa kabur dari kukungan dirinya.

Setelah itu James pun mendekatkan wajahnya, sehingga kini ia bisa menikmati sesuatu yang sedari tadi dirinya inginkan. Bahkan laki-laki itu merasakan gadis itu yang membalas ciumannya.

"Dasar munafik," ujarnya dalam hati.