Baik Yashelino atau Shil sekalipun, keduanya sama-sama terdiam di tempatnya masing-masing dengan pikiran yang berkecamuk. Bahkan laki-laki itu sendiri tidak tahu apa yang harus dibicarakannya dengan gadis disampingnya tersebut saat ini.
Karena kecanggungan yang begitu luar biasa membuat seorang Yashelino langsung memutuskan untuk menyalakan audio mobilnya saja di mana sebuah radio pun terputar di sana. Sedangkan Shil, gadis itu hanya bisa diam dengan wajah yang sedari tadi menatap kaca yang berada disampingnya dengan perasaan bosan.
Tanpa diduga sebuah suara yang begitu mengalun merdu berasal dari audio tersebut membuat keduanya begitu canggung. Shil yang mendengarnya saja benar-benar terkejut karena lagu itu seolah mewakili perasaannya yang selama ini gadis tersebut pendam seorang diri.
Bahkan, tanpa sadar Shil mulai terbawa hanyut oleh lagu yang sedang dimainkan tersebut dengan kedua mata yang terpejam.
"Lantas mengapa ku masih menaruh hati~"
Suara merdu tersebut membuat seseorang yang berada disampingnya diam-diam melirik Shil yang sedang menyanyikan lagu yang dinyanyikan oleh Juicy Luicy itu. Entah kenapa Yashelino merasa ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman sehingga laki-laki tersebut langsung menggelengkan kepalanya.
Gadis itu masih terus menyanyikannya dengan begitu lepas sehingga kini suasana yang semula canggung tidak separah sebelumnya. Tanpa sadar Shil juga memperlihatkan sisi yang lain yang tidak pernah ia tunjukkan kepada siapapun setelah sekian lama dirinya.
"Padahal ku tahu kau telah terikat janji~"
Ada sesuatu yang sesak saat ia menyanyikan lirik bagian tersebut, seolah mengingatkannya kembali kepada berita yang baru saja tersebar tentang sosok yang dirinya kagumi sebentar lagi akan bertunangan dengan seseorang yang sudah sepantasnya akan lebih pantas jika disandingkan dengan laki-laki tersebut.
"Keliru ataukah bukan, tak tahu~"
Yashelino yang mendengarnya pun tidak bisa mengemudi dengan baik, lantas ia langsung memutuskan untuk memberhentikan mobilnya ke tepi jalan raya dan dirinya tanpa sadar melakukan kebodohan dengan diam-diam memandang gadis disampingnya tersebut yang sedang bernyanyi dengan begitu merdunya.
Laki-laki itu akui bahwa Shil ternyata pandai bernyanyi membuat Yashelino merasa yakin bahwa ada yang tidak ia ketahui dari sosok disampingnya. Kini dirinya mengerti kenapa James begitu sangat mengkhawatirkannya.
Sebuah senyuman yang tersungging dibibirnya pun mulai terlihat dengan tatapannya yang masih tidak lepas dari Shil yang masih belum menyadari bahwa mobilnya sedari tadi berhenti karena gadis itu yang begitu asyik bernyanyi dengan kedua mata yang terpejam.
"Lupakanmu, tapi aku tak mau~"
Ingatan Shil mengarah pada kejadian sebelumnya, di mana ia yang sengaja menghindari seorang laki-laki yang sebenarnya dirinya akui bahwa gadis tersebut begitu sangat mengaguminya sejak pertama kali berada di kampus Alberta.
Lalu, ketika Yashelino yang tiba-tiba membuatnya tidak bisa tertidur karena laki-laki itu yang mendadak mendekatinya dan tersenyum menyapanya. Padahal Shil tahu seharusnya ia tidak pernah mengaguminya dan dirinya cukup tahu untuk itu.
"Pantaskah aku menyimpan rasa cemburu, padahal bukan aku yang ... memilikimu~"
Yashelino begitu betah memandang bagaimana gadis tersebut yang menyanyi dengan begitu penuh pengkhayatan membuatnya menjadi semakin tertarik untuk terus menatap Shil.
Hingga di mana sesuatu yang begitu mengejutkannya adalah Yashelino yang kini menyaksikan sendiri bagaimana Shil yang menyanyi sampai menitikkan air matanya membuat laki-laki tersebut menatapnya dengan sedikit kening yang berkerut.
Saat melihat Shil yang mulai membuka kedua matanya, laki-laki itu dengan cepat langsung memalingkan wajahnya kearah lain dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan saat ini membuat gadis disampingnya tersadar bahwa ternyata ia belum sampai di Rumahnya.
"Kak," panggil gadis itu kepada Yashelino yang saat ini sedang memandang jalanan. Kemudian laki-laki tersebut yang mendengar suara panggilannya pun langsung menoleh, dan berkata, "Kenapa?"
"Aku pikir udah sampe di Rumah," ujar Shil kepadanya. "Sekarang jam berapa ya?"
Satu hal yang Yashelino lihat dari gadis dihadapannya tersebut, yaitu bagaimana kedua mata Shil yang memandangnya dengan begitu berbeda. Entah ini hanya perasaannya saja atau tidak sama sekali, akan tetapi laki-laki itu melihat adanya luka yang dirasakan oleh seseorang yang sedang bersamanya tersebut.
Satu tangannya langsung tergerak untuk menghapus air mata dari Shil yang masih bertahan di pipinya membuat gadis itu terkejut dengan perilakunya yang secara tiba-tiba.
Yashelino hanya tersenyum dan kembali menatap lurus ke depan, mulai melajukan mobilnya dengan cepat.
"Siapa?" tanyanya kepada gadis itu. Sedangkan Shil yang sedari tadi masih diam dengan keterkejutannya pun langsung tersadar dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh laki-laki disampingnya tersebut.
"M-maksudnya?" Shil langsung menundukkan kepalanya dengan kedua tangan yang salinh bertaut, apa yang sedang dirasakannya saat ini benar-benar begitu gugup sehingga membuatnya tidak bisa memahami maksud dari pertanyaan yang dikatakan oleh Yashelino. "Maaf, a-aku gak ngerti maksud kakak."
Tentu saja mendengar hal tersebut membuat seorang Yashelino langsung menggelengkan kepalanya dengan senyum yang masih belum pudar.
"Maaf sebelumya, kamu habis ditinggal nikah ya?" tebak Yashelino yang mengarah tepat ke hati gadis itu yang baru saja mendengarnya. "Eh, maaf, ini cuma nebak aja sih."
Laki-laki itu menjadi merasa bersalah sendiri saat melihat bagaimana gadis disampingnya yang langsung berubah ekspresinya membuat Yashelino merasa bersalah.
Seandainya saja Yashelino tahu apa yang berada di dalam pikiran gadis itu dan bagaimana yang sedang dirasakannya saat ini. Laki-laki tersebut melihat sendiri bagaimana Shil yang langsung menundukkan kepalanya.
"Shil, maafin aku ya?" ujarnya kepada gadis itu.
Setelah beberapa menit dengan suasana yang begitu hening, sekarang gadis itu mendongak dan memberanikan diri untuk menatap seseorang yang berada dihadapannya saat ini dengan kedua sudut bibir yang membentuk sebuah senyuman.
"Manis," gumam Yashelino tanpa sadar. Kemudian laki-laki itu langsung menggelengkan kepalanya setelah melihat sekilas wajah dari gadis disampingnya tersebut.
"Kakak gak salah kok," ujar Shil dengan senyuman manisnya. "Apa yang kakak bilang itu bener, tapi bukan ditinggal nikah."
"Terus?" tanya Yashelino penasaran.
"T-tapi ... tunangan," lanjut Shil yang langsung memalingkan wajahnya kearah lain.
Deg.
Yashelino benar-benar tidak mengerti dengan jantungnya saat ini yang tiba-tiba saja berdetak begitu kencang sehingga membuatnya merasa bahwa perkataan dari Shil menjadi efek bagi kesehatannya.
"Oh, kenapa putus? Kenapa gak dicoba dulu?"
Kening Shil langsung berkerut dalam setelah mendengar yang baru saja dikatakan oleh laki-laki yang saat ini sedang mengemudikan mobilnya.
"M-maksud kakak?" tanyanya tidak mengerti.
"Kalau cinta, harusnya kamu perjuangin 'kan?" ujar Yashelino yang baru saja menoleh sekilas.
"A-aku sadar diri, Kak. Mungkin aku bukan orang yang dia cintai, lagi pula dia gak suka sama aku."
"Masa sih?" tanyanya terkejut setelah mendengar penuturan dari Shil. "Kok dia bisa gak suka sama kamu?"
Sepertinya Shil tidak bisa menjawabnya lebih lanjut lagi sehingga gadis itu langsung terdiam seribu bahasa membuat Yashelino mengatup bibirnya rapat-rapat setelah tidak mendengar suara gadis itu.
Akhirnya Yashelino pun sampai di depan sebuah Rumah besar dan mewah yang membuat laki-laki itu mengerutkan keningnya, kemudian menoleh menatap gadis disampingnya yang hendak menuruni mobil.
"Di mana Rumahnya?" tanyanya kepada Shil.
Namun, bukannya menjawab tetapi justru gadis itu hanya memberikan sebuah senyuman kepada Yashelino yang membuat laki-laki tersebut tidak bisa berkedip.
"Kak," panggilnya kepada Yashelino.
"Hm, iya Shil?" sahutnya.
"Maaf ya," ujar gadis tersebut.
"Kenapa minta maaf?"
"Maaf, soalnya udah bicara kasar sama kakak waktu di Halte."
Yashelino yang mendengarnya langsung menghela nafas seketika, kemudian menyunggingkan senyumannya dan berkata, "Permintaa maaf tidak di terima."
Mendengar hal tersebut membuat Shil menjadi murung, "Terus, gimana supaya aku bisa dimaafin sama kakak?" tanyanya.
Seperti sebuah kesempatan dan Yashelino tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Laki-laki itu menaikkan satu alisnya dan berkata, "Bisa, tapi enggak gratis."