Hulya dan Devano sekarang sudah berada di apotik terbesar di Jakarta, sekarang mereka lagi menunggu antrian pasalnya banyak banget yang berada di apotik ini kebanyakan orang-orang yang lagi tebus obat.
"Huh lama sekali,kalo tau kayak gini mending aku beli ini apotik." kata Devano.
"Ck dasar sombong mentang-mentang kaya." kata hulya.
"Ya emang benar." kata Devano.
ketika mereka berdebat para pembeli dan para pegawai apotik ini seketika diam dan tunduk hanya hulya dan Devano lah yang tidak melakukan itu.
"Selamat datang pak." kata salah satu pegawai apotik itu.
"Sepertinya dia itu pemilik apotik ini." kata hulya berbisik kepada Devano.
"Terus...." kata Devano.
"Ya kita juga harus melakukan seperti mereka lakukan." kata hulya.
"Ogah emang dia orang tua aku." kata Devano.
"Ck Dev jangan keras kepala deh." kata hulya.
"Ya aku gak mau." kata Devano.
"Ehemz..." kata seseorang yang sekarang sudah berada di depan mereka.
"Tuh kan Dev dia datang, cepat tunduk." kata hulya yang menundukkan kepalanya.
"Gak mau..." kata Devano.
"Terserah deh." kata hulya yang masih menunduk.
"Kamu mau apa." kata Devano.
Hulya kaget dengan kelakuan Devano, pasalnya Devano berani sekali membuat masalah di Tempat keramaian seperti ini, hulya tidak tau siapa pemilik apotik ini pasalnya hulya hanya melihat sepatu orang itu.
"Tenang Dev..., Kalian ngapain di sini." kata orang itu seolah-olah kenal dengan devano.
"Bukan urusan Anda." kata Devano.
"Oh... Begitu, Hay hulya apa kabar." kata orang itu menyapa hulya.
Hulya sebenarnya sudah sangat familiar dengan suara itu tapi dia takut salah orang,karena namanya di sebut dan orang itu juga menyapanya akhirnya hulya mendongak kan kepalanya ingin melihat orang pemilik apotik ini.
"Loh dokter Azam." kata hulya kaget.
Ya orang itu adalah azam, laki-laki yang sempat ingin melamar hulya dan laki-laki ini juga yang ingin Devano bunuh waktu itu tapi karena Azam masih ada sangkut pautnya dengan kehidupan Devano dan hulya jadi Devano tidak jadi membunuh nya.
"Iya... Kenapa kaget kayak gitu." kata Azam.
"Ini apotik dokter." kata hulya bertanya.
"Iya... Ini punya saya." kata Azam sambil tersenyum manis.
"Wah.... Keren banget." kata hulya.
"Gak lah, biasa aja." kata Azam.
"Oh iya apa kabar Bangka Belitung." kata hulya.
"Hmz.... Aku kurang tau sih, soalnya aku gak kerja lagi di sana." kata azam.
"Loh kenapa." kata hulya.
"Gak papa,pengen pindah aja." kata Azam.
"Oh gitu..., Btw tau tentang dokter Fahri yang sudah meninggal." kata hulya.
Azam tak langsung menjawab pertanyaan hulya,dia malah melirik ke Devano ada tatapan yang sulit di artikan oleh hulya antara Devano dan Azam.
"Iya saya tau." kata Azam.
"Kita pulang." tiba-tiba Devano langsung mengajak hulya pulang.
"Loh kok pulang,kan obatnya belum dapat." kata hulya.
"Kalian mau obat apa." kata Azam.
"Obat sakit kepala, yang pernah hulya rekomendasi kan sama dokter." kata hulya dengan cepat.
"Oke tunggu sebentar." kata Azam.
Azam langsung menuju karyawan nya dan langsung meminta obat yang hulya mau.
"Nih obatnya." kata Azam.
"Terimakasih." kata hulya.
Devano tidak mengucapkan sepatah katapun dia langsung menarik hulya pulang,dia tidak suka dengan kedekatan hulya dan Azam.
"Dokter Azam kami pamit dulu ya, terimakasih atas obatnya" kata hulya sambil berteriak Karena Devano menarik tangan nya paksa.
Sampai di mobil hulya langsung mengoceh kepada Devano.
"Dev kamu ini memalukan sekali,udah di kasih obat malah gak bayar lagi." kata hulya.
"Nanti Maxs yang akan membayar nya dan bahkan aku juga bisa membeli apotik itu." kata Devano sinis.
"Aku bukan permasalahkan soal kamu bisa atau gak beli apotik itu ya, yang aku permasalahkan itu karena kamu gak punya etika." kata hulya yang sudah emosi.
"Etika ya...., Kalo gitu apakah kamu punya etika ketika mengabaikan suami karena hanya seorang laki-laki lain." kata Devano yang dengan nada tinggi.
"Hhhhh lucu ya Dev...,kamu ngajarin aku etika ya, hhhh emang kamu pernah punya etika ketika kamu mengabaikan aku demi perempuan lain." kata hulya dengan meremehkan.
Devano tidak menjawab perkataan hulya dia lebih baik diam dari pada meladeni hulya. Ketika sudah sampai mansion hulya langsung meninggalkan devano sendirian di mobil dan di langsung menutup pintu kamarnya tidak lupa juga menguncinya, karena dia tidak mau Devano memasuki kamarnya saat ini.
Devano POV:
Berani-berani nya dia pindah kerja di Jakarta, dia seperti ingin bermain-main dengan ku ya Azam. Jika saja kamu itu tidak ada hubungannya dengan aku dan hulya maka aku sudah membunuh mu dari dulu sebelum kamu menantang ku seperti ini, apa sih yang di inginkan azam apakah dia memang sudah merencanakan semua ini atau jangan-jangan selama ini Azam masih ingin Berniat memiliki hulya dan merebut hulya dari ku.., argh..... aku tidak akan membiarkan itu terjadi awas saja kamu Azam jangan sampai kamu benar-benar memiliki niat itu maka aku akan mengirimkan kamu lebih cepat ke surga,aku tidak perduli jika kamu itu sangat penting dan berguna di masa depan aku dan hulya nanti karena aku tidak suka jika ada orang yang berani ingin merebut gadis ku dari diri ku...,aku jamin jika itu sampai terjadi kamu beserta keluarga kamu akan mati di tangan ku....
SKIP:
Sekarang hulya sedang memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan dokter Fahri, apakah kematian dokter Fahri ada hubungannya dengan devano atau dokter Azam. Hulya pusing memikirkan itu pasalnya hulya juga tidak terlalu percaya dengan dokter Azam, ya memang Azam itu orang Sholeh tapi siapa yang tau isi hati dari manusia hanya Allah saja yang mengetahui semua isi hati manusia.
"Huh apa ya penyebab kematian dokter Fahri, pasalnya gak mungkin jika dokter Fahri meninggal karena bunuh diri." kata hulya bermonolog sendiri.
Ketika hulya sedang pusing-pusing nya memikirkan itu semua ada Ica yang mengantarkan nya sebuah buket Bunga yang sangat cantik.
"Dari siapa ini." kata hulya bertanya kepada Ica.
"Gak tau, katanya pengagum nona." kata Ica.
"Siapa yang memberikan nya kepada kamu." kata hulya.
"Pengirim bunga yang biasa kirim bunga ke mansion ini." kata Ica.
"Oh..., Terimakasih ya Ica." kata hulya.
"Iya nona sama-sama." kata Ica.
Hulya terus saja memandang dan mencium bunga itu,orang itu mengetahui kesukaan hulya. Karena bunga itu,bunga mawar merah dan putih itu adalah bunga kesukaan hulya,dia sangat menyukai bunga mawar merah dan putih.
"Siapa sih pengirim bunga ini,tau banget kesukaan aku." kata hulya bermonolog sendiri sambil memindahkan bunganya ke vas bunga yang ada di kamarnya.
ketika hulya memindahkan bunganya ternyata ada sebuah kartu ucapan yang ada di bunga itu, dengan cepat hulya membuka kartu ucapan itu siapa tau di dalam kartu ucapan itu ada nama pengirim bunga mawar kesukaan hulya itu.
Isi kartu ucapan itu adalah....
Bersambung.....