" . . dan begitulah pintu ini aku buka , jika berkenan mampirlah barang sejenak "
────────────────────────
in 2019
" Balik sama siapa sekarang? " tanya seseorang yang baru saja menghampiriku.
Aku berbalik dan menemukan Ragas yang kini tengah memandangku dengan satu alisnya yang terangkat.
" Enggak tau , belum nelpon Kak Gara juga " Aku tersenyum menjawabnya, sedangkan Ia langsung mengotak-atik ponselnya.
" Bareng aja , ya " katanya , lalu membantu merapikan buku yang sedang Aku pegang.
" Lambat bener, lumutan gue nunggunya " tangannya dengan telaten memasukkan beberapa buku ke dalam tas ku.
" SKOY PULANG " teriak laki-laki dengan tas yang ia sampirkan ke pundaknya.
Itu Abim. Laki-laki kelahiran Thailand itu mempunyai suara diatas rata-rata. Dia sangat berisik.
" GAK USAH TERIAK JUGA WOI " teriakan Axira menyahut.
" ITU LO JUGA TERIAK "
" YA LO YANG NGAWALIN "
" SALAHIN GU— "
" Ayo balik . Telinga gue udah gak kuat " ucap Riella dengan wajah —yang sengaja dibuat— panik menghampiriku. Dengan laki-laki dibelakangnya yang hanya menggelengkan kepala.
" Dasar " Aku hanya terkekeh pelan melihat pertikaian dua orang yang terus melemparkan umpatan dan teriakkan, padahal jarak mereka hanya beberapa kaki.
Pandanganku terkunci pada mereka berdua. Sangat lucu, pikirku.
" DEKETIN AJA TEROS BIM DEKETIN "
Aku menoleh kesamping kanan —ke arah laki-laki yang berjalan disampingku.
" Cemburu lo? " pertanyaan yang terlontar dari mulut Riella membuat Kala —yang tadi berteriak— menoleh.
" Ngaco lo " Elak Kala.
" Udah keliatan pake begaya bohong " timpal Ragas.
" Tinggal ngomong aja apa susahnya sih " sahutku.
" Ya susah lah! " katanya , " Kita udah barengan dari janin terus dengan entengnya gua bilang suka sama Axira? Mana percaya lah Dia " lanjut Kala kemudian menghela nafas.
" Oh jadi beneran suka . . " Riella tersenyum jahil lalu menyenggol lengan Kala.
" Eh?! Enggak enggak! " panik Kala.
" Udah berapa tahun Kita temenan? Lo paling gak bisa bohong " —Ragas.
" Jangan ngikutin gengsi , nanti gak maju-maju " Aku menambahi.
" Gua gak naksir Axira " ucap Kala, lagi. " Gak usah ngada-ngada "
" Tapi kok telinganya merah gitu? " Riella tetap menggoda.
" Udahlah , Kal , ngerti kok gue " Ragas menepuk pelan bahu Kala. Sedangkan Sang Empu hanya mendengus malas.
" Ngeyel banget " Kala mendelik . " El, lo balik bareng gue kan sekarang? " tanya Kala, berusaha mengalihkan pembicaraan
" Enggak , gue bareng Abim " jawab Riella.
" Katanya bareng gua? "
" Enggak jadi " jawaban Riella membuat Kala mengangkat alisnya bingung.
" Gue enggak mau ngehalangin orang yang mau pendekatan " lanjutnya. Aku dan Ragas refleks tertawa , sedangkan Kala semakin menekuk wajahnya.
" Ella terbaik emang " Gadis itu menunjukkan wajah bangganya setelah mendengar ucapan Ragas. Menyebalkan memang.
" Lu ngeyel banget sih jadi orang " setelahnya , kepala Riella sudah berada di dalam pitingan Kala.
" A-aduh lepasin anjir pengap "
" Gak usah macem-macem sama gua " peringatnya lalu melepas Riella.
" Nyebelin lu ny— "
" LAMBAT BENER KALIAN ANJIR " teriakkan Abim terdengar dari arah parkiran padahal jarak Kami masih cukup jauh. Beberapa orang yang berada di parkiran menatap Abim sejenak, kemudian kembali ke aktivitas mereka masing-masing.
Satu Sekolah tentu tau jika Abim adalah orang paling berisik.
" Ya Kita kan jalan, gak lari-larian " ucap Ragas setelah jarak Kami mulai dekat.
" Sampe lumutan nih nungguinnya, ya kan Xi? " Abim menyenggol lengan Axira.
" Hooh "
" Yaudah ayok balik " Ragas mulai menyalakan motornya.
" Bim, nebeng dong " Abim yang sedang memakai helm hanya mengangguk.
" Gue bareng lo berarti ya, Kal " kata Axira kemudian mendekat ke arah Kala.
" Iya "
" Beli jajan dulu gak nih? " tanyaku setelah duduk di jok belakang motor Ragas.
" Ayok lah "
" Supermarket? " tanya Abim.
" Iya, biasa juga kesana kan "
" Jangan ke Supermarket dong " ucap Abim dengan tangan menari-narik sweeter Riella yang diboncengnya.
" Loh, kenapa? "
" Nanti gue ceritain asal jangan beli jajan di Supermarket ya ya ya? " Abim membuka helm yang dipakainya, kemudian menunjukan wajah manisnya.
" Pake lagi anjir " kata Kala, " Dikira bagus apa wajah di begituin "
" Aaaaaa~ Kala jahat banget " lagi , Abim memasang wajah yang menyebalkan.
" Tinggalin aja sih " final Ragas, kemudian Kami melaju duluan.
Meninggalkan Abim yang dengan tidak malunya berteriak tidak jelas. Aku rasa Riella menyesal karena memilih pulang bersama laki-laki itu.
✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧
" Angelish dong "
" Yang lain? samain aja ya "
" Gue mau milkcow . Jangan menghakimi "
" Lu udah nyuruh, nawar lagi " sewot Ragas, "Nyusahin "
" Gamau tau. Pokoknya gue milkcow! "
" Yaudah pesen sendiri " acuh Ragas, lalu berjalan untuk memesan.
" Bilang aja mau ditemenin " Abim mendelik kemudian menyusul Ragas.
Setelah jengah melihat rengekan Abim , tadi, akhirnya Kami memutuskan untuk berbelanja ice cream di kedai Paman Aldan.
" Malem ini mau main gak? " Axira memulai pembicaraan.
" Main? "
" Iya , main "
" Kemana? "
" Perpus kota, yuk? "
" Gaya lo gede banget, Xi, mau ke perpus " Abim yang baru kembali langsung menyahut. Disusul Ragas dibelakangnya dengan membawa nampan.
" Makasih " ucap Axira setelah menerima ice cream nya. " Lagi pengen baca buku aja disana " lanjutnya.
" Novel? " tanyaku.
" Iya, Time of Machine , tau gak? " Axira berbalik bertanya.
Aku mengangguk sebagai jawaban. " Aku pernah liat Kak Jayden baca buku itu " kataku setelah mengingat bahwa Kak Jayden —teman Kakakku— pernah membaca buku tersebut saat main ke rumah.
" Tentang apaan emang, Xi? " Ragas bertanya.
" Gatau juga sih soalnya belum baca " jawab Axira dengan senyum lebarnya.
" Terus yang buat lo pengen baca apaan? " Riella menjeda ucapannya, " Aneh banget lo tiba-tiba pengen baca buku "
" Ya pengen aja sih " Axira menjawab seadanya.
" Alesannya? " Kala bertanya.
" Kalian banyak nanya ya anjir " Axira mendelik, "Kayak lagi interview ".
" Ya lagian lo aneh banget " timpal Abim, " Ada yang disembunyiin ya? NGAKU LO "
" Gak usah teriak juga anjir " ucapku kesal. Sedangkan Abim hanya tersenyum tak bersalah.
" Ayolah, Xi, susah banget tinggal jujur doang " kata Ragas yang diangguki Kami semua.
" Iya iya jujur nih gue " Axira menghela nafasnya pelan, " Jadi gini . . "
" Oh gitu . . "
" Iya gitu , Bim "
Plak!
" A-aduh sakit anjir " Abim mengaduh dengan tangan yang mengusap-usap kepalanya.
" CERITANYA AJA BELOM SIALAN " teriak Riella. Dia yang tadi memukul kepala Abim dengan sendok ice cream miliknya.
" Yaudah sih santai dong anjir " Abim mendelik kesal, " Lanjut, Xi "
" Gue pengen baca itu buku ya biar, " Axira menjeda , matanya memandangi Kami satu persatu. " biar nyambung kalo ngobrol sama Repan "
" REPAN MANA ANJIR?! "
" DEMI APA LO SUKA COWOK?! "
" Kok gak bilang sih, Xi?! "
" Ya kan ini bilang "
" Kenapa gak dari kemarin?! "
" Lupa "
" Jahat bener sih mainnya rahasia— "
Aku yang sama terkejutnya memilih menyimak , menunggu Axira menjelaskan , tapi perhatianku teralihkan ketika mendengar orang disampingku menghela nafasnya.
" Kenapa, Kal? sakit ya? " tanyaku tertawa pelan.
" Enggak "
" Tau kok " kataku, " Gapapa, suka itu wajar , mau siapapun orangnya itu kan tetep hak kita " lanjutku kemudian menepuk pelan bahu Kala.
" Lo kok ngertiin gua banget sih? " tanya Kala, tangannya bergerak untuk mengacak rambutku.
" Kita kan friend "
✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧
BRAKK!
Aku mengangkat kepalaku setelah pintu kamarku terbuka kasar.
" KEBIASAAN DEH! " Aku berteriak kepada seseorang yang sekarang berdiri di daun pintu.
" KOK NGEGAS? " balasnya , berteriak.
" SERAH DONG KOK SEWOT?! " Aku berdiri dari tidurku, lalu menghampiri Dia yang masih berdiri dengan wajah yang sangat tidak santai.
" NANYA DOANG! " setelahnya Ia berbalik meninggalkan kamarku.
" Argara itu . .
" . . Ganteng "
" Ngapain kesini lagi sih!? " Aku mendelik kesal setelah Kak Gara tiba-tiba menyahut.
" Pengen aja "
" Gak boleh "
" Rumah ini bukan punya lo! "
" Tapi kamar ini punya gua! "
" Ya kan— "
" Apa? gak bisa jawab? "
Aku berkacak pinggang di depan Kak Gara. Sedangkan Kakak Laki-laki ku itu hanya tersenyum.
" Jelek banget lo bangsat "
Kak Gara terdiam,
" AYAH ADEK NIH YAH OMONGANNYA KASAR "
" Anjir anjir " Aku membekap mulut Kak Gara. Tangannya bergerak memegang tanganku sampai Aku melepaskannya.
" Gabut lo bikin gua naik pitam ya " kataku seraya menatapnya tajam.
" Siapa bilang gua gabut? "
" Gua "
" Sok tau " ucap Kak Gara dengan lidah yang Ia julurkan. " Orang mau ngajakin beli jajan , Yuk! "
" Di traktir kan? "
" Iya "
" YEAYYY!! " Aku bersorak senang . Setelah memeluk Kak Gara sekilas , Aku yang hendak berbalik berjalan menuju kamarku kembali berhenti setelah mendengar ucapan Kak Gara ,
" Pake uang Ayah tapi "
✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧
" Ragas tuh suka permen yang kayak gimana , sih? "
" Jelly Lollipop "
" Beli buat Ragas? " tanyaku setelah melihat Kak Gara mengambil beberapa pack permen yang sering di beli Ragas.
" Buat gua lah " jawab Kak Gara kemudian berjalan menuju rak yang lain.
" Sejak kapan? bukannya lo sering ngeledek Ragas ya kalo dia bawa itu permen " kataku.
" Ya kan kemarin gak tau rasanya gimana " jawabnya.
" Real of karma "
" Udah kan? Ayo ke kasir " ajak Kak Gara setelah kami selesai berbelanja.
Dengan tangan yang menggandeng Kakakku , Kami berjalan menuju kasir. Sesekali Kami melirik ke samping , siapa tau ada barang atau makanan yang menarik perhatian.
" Dek , ini bawa sama lo " katanya memberikan satu kantong kresek berukuran sedang padaku.
" Nanti pulangnya Kita— "
" —Kak Gara? "
✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧
" Bundaaa , Gara pulang nih "
Setelah menutup pintu , Aku dan Kak Gara berjalan beriringan menuju ruang tamu. Ayah dan Bunda pasti disana.
" RAME BENER BUSET "
" Kamu tuh bisa gak sih sehari gak teriak-teriak? " kesal Bunda.
" Ini pada ngapain kesini? " tanyaku setelah melihat ke-lima temanku kini sedang duduk santai di sofa.
" Ya main lah " jawab Abim yang sibuk memakan jelly dengan mata yang tertuju pada TV.
" Udah lama juga gak main kesini " sambungnya.
" Lu tadi pagi aja sarapan disini ya anjir " Kak Gara menyahut.
" Ayah denger ya, Bang "
" Kelepasan, Yah "
" Kebetulan banget Kalian abis belanja " ucap Bunda , kemudian mengambil belanjaan dari tanganku dan Kak Gara.
" Mau dibawa kemana, Bun? "
" Ya ini kan ada tamu " jawab Bunda, " Masa gak di kasih apa-apa, sih "
" Itu buat stock satu bulan Bundaaa ih " Kak Gara mengambil miliknya.
" Iya nih Adek juga " kataku ikut mengambil milikku, membuat Bunda menatap Kami tajam. " Itu Abim aja udah mau abis se-toples , kurang apa lagi coba "
" Kurang minumnya " timpal Ragas.
" Bikinin minum gih " titah Bunda lalu melenggang ke dapur. Di ikuti Kak Gara yang mengekori.
" Mau minum apa? " tanyaku.
" Jus jeruk!!! "
" Apa aja deh " Kala menjawab. Aku tersenyum kecil, setidaknya Kala masih tahu diri.
" Tapi kalo bisa caramel coffee ya " lanjutnya kemudian tersenyum lebar.
Aku menarik ucapanku tadi, sungguh.
" El , Xi , ikut gak? "
" Ikut dong "
Setelah berada di dapur, akhirnya Aku memilih untuk membuat lima jus jeruk , masa bodoh dengan permintaan Kala tadi.
" Kalian gak akan bantuin gitu? " tanyaku lalu melirik Axira dan Riella yang terduduk di Mini Bar .
" Kan Kita ngikut doang " jawab Axira dengan senyum lebarnya.
" Ya bantuin kek , gak peka amat " kataku kemudian memberikan pisau pada Axira.
" Buat? "
" Potong leher "
" Oh wow , kalian gak sayang gua "
" Bikin jus jeruk semua? " tanya Riella yang mendekat ke arahku.
" Iya "
" Terus Kala? "
" Biarin " jawabku tak acuh. " Kalo mau caramel coffe itu ya ke coffe shop , jangan kesini "
" Pake susu gak? " tanya Axira dengan blender di tangannya.
" Abim sama Ragas enggak "
" Dipisah dong bikinnya? "
" Iya "
Hening. Kami fokus pada apa yang dikerjakan.
" Oh iya , Xi " Riella membuka suara. Sedangkan Axira hanya membalas dengan dehaman.
" Sejak kapan lo suka Repan? " pertanyaan yang dilontarkan Riella membuat Axira tersenyum sendiri.
" Merinding tau , Xi " kataku.
" Maklum , lagi jatuh cinta Dia " sahut Riella.
" Udah agak lama sih " jawab Axira dengan pandangan yang menatap lurus ke depan. Oh , jangan lupakan senyum kecil yang terukir di wajahnya.
" Dari kelas sebelas semester akhir apa ya? lupa juga " lanjutnya.
" Udah lama dong anjir "
" Kok baru bilang sekarang sih , Xi? " tanyaku.
" Emang bakal aman kalo gue bilang ke kalian dari dulu? " Axira menatapku dan Riella bergantian , " Si Abim mulutnya ember gitu "
Sontak Aku dan Riella tertawa. Abim sangat berisik , tentu saja Kami tidak mau berbagi cerita penting kepadanya.
" Lagian , katanya Repan lagi de— "
" Lama bener ya Kalian " suara seseorang menyahut , membuat Axira menghentikan perkataannya.
" Eh , Kal , udah kok ini " kataku setelah melihat Kala berjalan ke arah Kami.
" Bentar , ngambil nampan dulu " ucap Riella lalu mengambil nampan di lemari dapur.
" Yaudah cepetan , Abim udah kayak mau meninggal tuh "
✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧
" Kenapa dia? Drama lagi? "
Riella meletakkan nampan di atas meja. Aku dan Axira yang mengekor dibelakang memilih untuk langsung mendudukan diri di sofa.
" Keselek Jelly " Ragas menjawab dengan tangan yang sibuk mengurut tengkuk Abim.
" Nih, minum " Aku menyodorkan minun yang telah Kami buat tadi.
" Makasih " ucap Abim setelah meminum hampir setengahnya. " Gak mau makan ini Jelly lagi "
" Udah abis apanya yang mau dimakan coba"
Abim tersenyum lebar , kemudian tangannya terulur untuk mengambil toples berisi coklat.
" Oh iya, Bim " Axira membuka suara, " Lo dimarahin Mama lagi? "
Pertanyaan Axira membuat Kami melirik kearah Abim. Sedangkan Abim hanya mengangguk mengiyakan.
" Kenapa lagi lo? "
" Kepo "
" Gak mau cerita? "
" Gak "
" Oke "
" AAAAAA ITU JANGAN DIAMBIL~ " Abim merengek setelah Ragas mengambil toples coklat yang sedari tadi di peluknya.
" Makanya cerita "
" Iya iya iya iya "
" Yaudah, mulai "
" Gue lagi deketin cewek "
" HAH!? " Kami memekik kaget bersamaan. Tunggu, Aku tidak salah dengar kan?
" Ngape? "
" L-lo . . serius? " tanya Kala dengan tangan yang menutupi mulutnya.
" Emang gua pernah bercanda? "
" Sering "
" Oh iye juga " Abim menjeda, " Tapi kali ini gua serius" sambungnya .
" Sejak kapan? "
" Minggu kemarin "
" Ini kenapa mendadak klarifikasi anjir " Riella mengacak rambutnya.
" Kasian banget gak laku " timpal Abim.
" Heh! " Riella mendorong pelan kepala Abim, " Bukan gak laku , cuma males nyari aja"
" Bukan males nyari " Aku menyahut, " Cuma masih stuck di Kak Dirga aja "
" IH EMBER! "
" What? . . . pfft— HAHAHAHAHA " tawa Abim menggelegar , membuat Ragas harus membekap mulutnya.
" Ini juga gara-gara lo , ya! " lagi , Riella mendorong pelan kepala Abim.
" Dih kok nyalahin gua " Abim mendelik.
" Kalo lo gak ngomong ke Kak Dirga , Dia gak bakalan tau! " Riella melipat kedua tangannya.
" Udah bagus dibantuin biar Bang Dirga cepet notice lo! " Abim juga ikut melipat kedua tangannya.
" Ya tapi Kak Dirga itu udah punya Kak Ayara , otomatis gue kena tolak lah! "
" Ya itu sih terima nasib aja "
Sedangkan Aku , Ragas , Kala dan Axira hanya menggelengkan kepala.
▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭