Chereads / Gone〔 ✔ 〕 / Chapter 4 - O3៹ New Person

Chapter 4 - O3៹ New Person

" orang bilang pertemuan pertama selalu kebetulan . Tapi , bagaimana caramu menjelaskan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya ? Apakah Tuhan ikut campur tangan di dalamnya ? "

─────────────────

" Tugas apa? "

Aku mendongkak dan mendapati Abim yang tengah meminum yogurt strawberry-nya.

" Matematika " jawabku.

" Baru ngerjain lo? " Abim bertanya lagi. Kini Ia sudah duduk di kursi yang berada depanku.

" Enggak lah " kataku. " Lagi disamain sama jawabannya Ragas "

Aku dan Ragas sering melakukan hal itu. Menyamakan jawaban dan mengganti jika salah satu dari Kami melakukan kesalahan.

" Kal , lo udah tugas ini? "

Kala yang sedang bermain game bersama Ragas di belakang melihat sekilas ke arah Abim. " Udah "

Setelahnya , Abim mengambil tas-nya , mengeluarkan beberapa buku dan mengecek satu-persatu. Aku yang telah selesai dengan pekerjaanku memilih untuk memperhatikan gerak-gerik Abim.

Tidak penting memang.

" Xi , lo udah tugasnya Pak Malvin ? " tanya Abim pada Axira yang duduk di sebelahku.

" Sudah dong "

" El, El " Abim menghampiri Riella yang sedang mengecat kuku-nya.

" DIAAAAMM! " teriak Riella setelah Abim menggoyangkan kursinya.

" Selow dong anjir " Abim mendelik , " Tugas yang ini udah ngerjain belom ? "

" Udah "

Aku diam memperhatikan Abim yang kini tengah membolak-balikan setiap halaman di bukunya. Ia menghela nafas pelan ,

" Hedehh " Abim berjalan kearahku.

" Bisa-bisanya gua gak nulis soal , " katanya setelah duduk dikursi sebelahku .

" Nyontek ya " Abim tersenyum manis dengan alis yang di naik-turunkan . Dengan santainya Ia menarik buku yang berada di mejaku .

Satu gerakan terakhir , Abim menatapku kemudian membuat simbol hati dengan tangannya . Ia menunjukannya tepat dihadapanku ,

" Arzara , i love you . "

Aku menatapnya malas , " Jijik banget "

✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧

" Jadwalnya siapa sekarang? "

" Kala "

" Kayak biasa ya , Kal " ucapku yang diangguki malas oleh Kala.

" Kayak biasa semua ya " Kala berdiri dari duduknya, "Enggak ada sesi request ya , manis " ucap Kala —menghentikan Abim yang akan membuka mulutnya .

Abim mendengus kesal , " Bajindal "

" Pesen sendiri sana kalo mau banyak "

Abim baru saja akan beranjak kembali mengurungkan niatnya untuk berdiri .

" Ngapa? "

" Baru inget gak dikasih duit sama Mama " jawabnya dengan tangan yang menumpu wajahnya.

" Terus sekarang gak bawa uang? "

" Enggak " Abim melirik kesamping —menatap Ragas, " Makanya sekarang mau pinjem dulu ya , Gas "

Ragas menghela nafasnya, " Gak mau minjemin tapi kalo gak dibayar harga diri jaminannya "

Abim tersenyum lebar, " Gue sayang lo "

" Cih , merinding ni ah " Ragas bergidik ngeri .

" Abin makin hari makin nyeremin ya " Aku menatap Abim prihatin .

" Kurbel , hm kasihan " tambah Axira.

" Ngaca lo! " sarkas Abim .

Setelahnya Kala datang dengan nampan berisi makanan yang dibawanya . Kami sibuk dengan makanan masing-masing , hingga Riella membuka suara .

" Eh , lo tau si —bla bla bla "

Maaf tapi kebiasaan yang satu ini memang susah dihilangkan.

✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧

" Aku pulaang " Aku menutup pintu utama lalu berjalan masuk.

" Heh "

Aku menoleh dan mendapati Kak Gara yang sedang bersandar di sofa , pandangannya tetap tertuju pada TV dengan toples berisi permen di pangkuannya . Aku menghampiri kemudian mendudukan diri disebelahnya.

" Capek? " Ia bertanya.

" Capeeeeeek banget " keluhku.

" Kasian " Kak Gara mengusap pelan rambutku, "Bantuin Bunda gih , temen gua mau kesini nanti malem "

" Harusnya gue gak samperin lo tadi " Aku mendengus kesal lalu beranjak untuk pergi.

" Nih " Kak Gara menahan tanganku kemudian memberikan sesuatu. Jelly Lollipop yang dibelinya kemarin.

Aku menatapnya heran.

" Semangat nge-babu adikku "

" Musnah lo monyet " Aku menarik kesal rambut Kak Gara kemudian berjalan menuju kamarku yang berada di lantai atas.

Aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Hari ini benar-benar melelahkan —maksudku, lebih melelahkan dari hari sebelumnya.

Setelah sebelumnya mendengar teriakan Kak Gara yang mengingatkanku untuk membantu Bunda , Aku memilih untuk mandi terlebih dahulu . Berendam sebentar mungkin bisa menghilangkan rasa penatku.

ddrtt . . ddrt . .

Mataku yang tadinya terpejam kembali terbuka setelah mendengar dering dari ponsel yang Aku simpan di nakas samping bath up .

" Apasih gak jelas "

〔 Abim is calling . . 〕

" Kenapa? " tanyaku mengawali pembicaraan.

" Malem gua ke rumah lu "

" Ngapain? "

" Balikin buku yang tadi , sekalian nongki bareng Bang Gara "

" Nitip yogurt strawberry dong "

" Males . Gua nebeng Kala kesana "

" Iya nanti belinya minta anter Kala dulu "

" Capek , Dia mau bawa sepeda "

" Bye "

Tuttt . .

" DEK BANTUIN BUNDAAA!! "

Teriakkan Kak Gara membuatku buru-buru menyelesaikan kegiatanku.

" Ritual apa dulu sih!? lama bener, " sewot Kak Gara saat Aku baru saja turun dari kamarku .

Aku menatapnya malas lalu meneruskan langkahku menuju dapur.

" Bun, " panggilku.

Bunda yang sedang memotong sayuran menoleh ke arahku yang berdiri di dekat mini bar. Bunda tersenyum tipis  —menungguku mengatakan maksudku menghampirinya.

" Mau bantuin "

" Tumben " lagi , Bunda tersenyum menjawabku , "Ada syaratnya gak , nih? " tanyanya.

" Ih beneran mau bantu tau " kataku lalu berjalan mendekati Bunda.

Bunda tertawa pelan kemudian memberikan keranjang berisi setengah sayuran yang belum dipotong.

" Nih , lanjutin "

✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧

" HUAHAHAHA PARAH SIH "

" Lu juga pake mau lagi digituin , tolol HAHAHAH "

" BEGO LO HAHA "

Aku berdecak kesal dengan tangan menarik asal earphone yang sedari tadi terpasang ditelingaku . Padahal volume sudah full , tapi kenapa tawa mereka yang berada di lantai bawah bisa terdengar se-keras ini?

Pukul tujuh tadi , teman-teman Kak Gara sudah mulai datang bergerombol . Jumlahnya sangat banyak , sungguh Aku tidak berbohong .

Mereka benar-benar membuat acara sendiri . Sejujurnya , beberapa menit lalu Aku sudah menghubungi Kak Gara agar teman-temannya itu sedikit tahu diri .

Dan apa yang Aku dapat sebagai jawaban?

" Boy's time ! kita lagi gunain waktu sebaik mungkin . lo tidur aja , nanti juga gak kedengeran "

Yang benar saja , menurutnya Aku bisa tidur dengan keadaan seperti ini ? telingaku bahkan sudah sakit karena terus menerus mendengar suara tawa Kak Albar , Aidan , dan Kala yang terus bersahutan.

Tahu akan seperti ini , lebih baik Aku ikut Bunda dan Ayah saja tadi . Ruby —anjing peliharaan Kak Gara sedang sakit , karena itu Ayah dan Bunda pergi ke Irion tadi sore .

Karena itu juga Kak Gara dan semua temannya berani mengumpat dengan volume suara yang keras.

tok . . tok

Aku mengangkat kepalaku saat mendengar pintu diketuk . Enggan beranjak dari kasur , Aku hanya mendudukan diri menunggu pintu dibuka oleh orang yang mengetuknya .

" Apa? " tanyaku setelah melihat kepala Abim yang menyembul.

Setelahnya , Abim melangkah masuk dengan tangan yang Ia sembunyikan di belakang.

" Tadaaaa!!! "

" Abimaaa!? " Aku memekik senang saat Abim menunjukan paper bag berisi dua pack yogurt strawberry yang Aku inginkan.

" Ini namanya surprise " kata Abim yang masih belum berhenti tertawa.

" Makasih , " ucapku ketika Abim sudah duduk dihadapanku. " Kirain lo gak bakal bawain "

" Emang gak niat bawa sih , cuma ya masa gua bertamu gak bawa apa-apa "

" Tumbenan banget tau diri "

" Lo nya aja yang gak sadar bolot " Abim mendorong keningku, " Gua ke bawah lagi nih , ngikut gak nih? " tanyanya seraya beranjak.

" Gak, gua masih pengen waras "

◆ ▬▬▬▬▬▬ ❴⚘❵ ▬▬▬▬▬▬ ◆

" Ini mata kalian pada kenapa deh? " tanya Axira.

Kami masih menunggu Ragas yang sedang mengambil buku pelajaran yang tertinggal di kamarnya. Jam masih menunjukkan pukul 06:25 , karena itu Kami merasa tenang-tenang saja.

" Kemaren malem abis kumpulan tuh mereka " jawabku saat melihat Kala dan Abim yang mencoba menahan agar mata mereka tetap terbuka.

" Pulang jam berapa emang? " tanya Riella pada Kala setelah Aku mengangkat bahu tanda tak tahu.

" Lupa. Jam berapa sih , Bim " Kala menepuk keras bahu Abim, membuat laki-laki yang sedang memejamkan matanya itu berdecak kesal.

" Hwa "

" Hah? "

" Jam duA BUDEG " teriak Abim.

" Sante dong anjir "

" Ayo " Ragas —dengan kondisi yang tidak beda jauh dari Abim dan Kala—menghampiri Kami.

" Ini seriusan kalian bisa bawa motor? " tanya Riella sebelum Kami benar-benar meninggalkan pekarangan rumah.

" Gue beneran gak mau mati muda " sambung Riella.

" Mulut lo , El " Axira menepuk mulut Riella—membuat Sang Empunya mendengus malas.

" Tapi emang beneran gak mau mati muda" Aku menambahi. Namun kali ini , Axira mengangguk membenarkan.

" Yaudah kalian yang boncengin kita ya? " Kala menatap kami satu-persatu.

" Y-ya gak gitu juga . . "

Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku, " Kayaknya , sepuluh menit lagi Bus dateng. Kita bisa naik itu " kataku mengusulkan.

" Setuju! mending kita pake Bus aja " seru Riella menjentikkan jarinya.

Ketiga laki-laki dihadapanku ini tampak berfikir sebelum akhirnya Ragas turun dari motornya.

" Motor lo titip di rumah gua aja " ucap Ragas kemudian mendorong motornya ke halaman rumah , diikuti Kala dan Abim tentunya.

✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧

" Ketua Kelas!! "

" Ketua Kelas jawab dong "

" Ketua Kelas pelit banget anjir "

Aku yang baru saja akan masuk ke dalam kelas menghentikan langkahku tepat di ambang pintu .

" Kenapa? " tanya Kala yang berada di belakangku.

" Gak tau , pembagian kelompok kali ya? " Aku bertanya balik.

Abim —dengan mata yang masih enggan terbuka— berjalan melewatiku , berniat melihat apa yang sedang terjadi di bangku belakang. Setelahnya , Kami kembali berjalan mengikuti Abim.

" Dan , "

Laki-laki yang sedang tertawa terbahak-bahak itu menoleh .

" Ey , Whatsapp Bro " Aidan menghampiri Abim , sekedar untuk melakukan high five.

" Dan , itu pada ngapain di pojokan? " tanya Riella dengan mata yang masih memperhatikan kerumunan di pojok kelas.

" You don't know about this? disini kedatangan murid baru . in our class, sis, our class !! " Aidan berseru dengan tawa yang masih mengiringi ucapannya.

" oh waw, I can't believe this school still accepts new students padahal kita udah kelas akhir ! " Aidan terus mengoceh dengan semangat —membuatku menatapnya malas.

" Berlebihan banget sih " kataku sambil menepuk bahunya.

" Murid barunya cowok, " ucap Aidan memberitahu. "Gue harus jadi orang pertama yang jadi temen dia!" sambung Aidan yang kini menatap Kala , Abim dan Ragas bergantian.

" Jangan bilang lo mau gaet dia masuk geng kita "

" Right! , rumah lo masih cukup nampung orang kan , Ra? "

Aku mendelik malas kemudian mengikuti Riella dan Axira yang berjalan ke arah belakang.

" Iya iya iya , nanti kita foto-foto ya " suara berat itu memasuki indra pendengarku.

" Pede banget najis " ketus Riella setelah mendengar apa yang di ucapkan oleh Ketua Kelas Kami.

" Ngapain sih, Dewa? " tanyaku.

" Gua gak tau namanya siapa , yang jelas dia cowok" ucap Sadewa pada beberapa siswi yang sedari tadi mengerumuninya. " Sekarang , kalian bisa minggir. "

" Biasalah , cewek sama cowok ganteng emang gak bisa dipisahin " jawab Sadewa setelah berjalan menghampiri .

" Dapet info dari siapa? "

" Tadi waktu ke ruang guru , gua gak sengaja denger "

" Nguping lo ? "

" Gak sengaja denger ya nyet , bukan nguping "

" Sama aja tol —

" PAK DELON PAK DELON " teriakan Reygan sukses membuat suasana kelas menjadi riuh.

" Elta duduk anjing jangan gibah mulu "

" Yesha pacar lu bawa nih "

" Gue single tau "

" PACAR KUKU BOLOT "

" Angga jorok lo anjir! "

Aku yang telah siap di bangku ku hanya menggeleng pelan . Tentu 'ribut' sudah tidak asing lagi di kelas Kami .

Ngomong-ngomong , Pak Delon itu Wali Kelas di kelasku. Aku akan sedikit ceritakan tentang Dia. Kalian harus tahu betapa baiknya Wali Kelasku.

Di usianya yang hampir memasuki kepala tiga , Aku akui Pak Delon masih sangat terlihat tampan . Walaupun agak cengeng, tapi Dia benar-benar hebat ! Salah satu sikap yang paling Aku sukai dari Wali Kelasku ini adalah bentuk perhatiannya. Aku masih ingat bagaimana bahagianya teman-teman satu kelasku saat tahu Pak Delon akan menjadi Wali Kelas kami lagi. Alaska saja sampai menangis haru.

Hal yang paling mengejutkan itu ada saat Aku masih duduk di kelas sebelas, dimana Aku pertama kali melihat Pak Delon yang sedang mengobrol santai dengan Paman Aldan , dan Mereka benar-benar terlihat sangat akrab.

Siapa sangka bahwa keduanya adalah teman sejak lama ? Mereka benar-benar dekat , Paman Aldan juga bercerita banyak hal. Dimulai dari bagaimana keduanya bisa bertemu , lalu fakta bahwa ternyata Pak Delon sangat menyukai warna merah muda , dan tentang Wali Kelasku yang selalu bersikap ramah kepada semua orang.

" Silahkan perkenalkan diri kamu "

Aku sedikit tersentak setelah mendengar bias suara yang Aku hafal memasuki pendengaranku.

Di depan sana , Pak Delon berdiri dengan seseorang disampingnya. Keduanya tampak tak melunturkan senyuman mereka.

" Selamat pagi . Saya Aksara , senang bertemu dengan kalian,ayo menjadi teman "

Laki-laki itu mengedarkan pandangannya seraya tersenyum , kemudian membungkuk sopan. Aku menatapnya , memperhatikan wajahnya yang terlihat sangat familiar. Rasanya, Aku pernah melihatnya —tapi dimana ?

Aku menegakkan punggungku setelah menyadari bahwa Dia berjalan ke arahku.

" Saya duduk disini, ya " katanya setelah berhenti.

✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧

" KUY KANTIN " ajak Kala berteriak kemudian berjalan seraya merangkul Ragas dan Aksara , si Murid Baru .

Jika penasaran , Abim sebenarnya sudah pergi terlebih dahulu bersama Sadewa dan Aidan .

" Hai , Aidan " sapa Aksara kemudian mendudukkan diri disebelahku .

" Diem anjing, gue gamau temenan sama lo"

" Aidan jangan kasar gitu dong, kasian tau Aksara gak punya temen "

" Kenapa sih idup, " Aidan menutup wajahnya kemudian menunduk .

" Drama lagi nih pasti, " Aku berbisik pada Riella yang berada disampingku .

" Iya "

Eh ?

Aku menoleh ke samping dan melihat Aksara yang sedang tersenyum kearahku.

" Aku kira kamu El, Maaf " kataku meringis .

" Santai aja , kita temen kan? " Aksara tetap tersenyum .

" Huh ? iya "

" Alah modus nih si Zara " ucapan Abim membuat yang lain menoleh kearah ku dan Aksara . Ah , kecuali Aidan , Dia masih menidurkan kepalanya di meja .

" Apasih Bim , ngaco lo! " Aku berusaha menjawab se-netral mungkin . Sedangkan Aksara masih tersenyum tenang.

" Nah loh kok gugup gitu jawabnya? " Ragas menimpali .

" Ragas diem deh! "

" Ci- "

kringkring!

" Siapa sih ini bunyiin bel gak niat bener "

Aku menghela nafas lega , akhirnya Aku bisa terbebas dari segala godaan yang diketuai oleh Abim . Terimakasih sudah membunyikan bel .

Semua siswa yang berada di Kantin mulai beranjak dengan enggan , termasuk Aku .

" Aidan kok gak bangun-bangun? " tanya Axira seraya memegang pundak laki-laki yang sedari tadi tidak mengangkat kepalanya .

" Lah anjir untung gak ditinggal dia, " Kala mendekat kearah Aidan kemudian menundukkan kepalanya , "Goblok tidur!"

Dengan separuh hati Sadewa membantu Aidan berjalan , kenapa? karena Aidan tidak mau membuka matanya .

" Betewe , pulangnya mampir ke Paman Aldan dulu gak? " tanya Axira.

" Ayok dah, " jawab Sadewa yang masih setia memegang pundak Aidan, " Sekalian rayain kedatangan Aksara , ya gak? " sambung Sadewa sambil melirik Aksara.

" Boleh tuh! bakalan seru kayaknya "

Aksara yang mendengarnya hanya tersenyum penuh arti, " Iya, abis itu gua yang bayarin, seru banget! "

✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧

" Tadi ngapain aja sama Pak Delon? "

" Ambigu nyet sumpah "

" Tadi Pak Delon ngobrolin apa aja? "

Ragas merebahkan tubuhnya di atas kasurku. Kami sedang belajar bersama sekarang —tidak sepenuhnya belajar sebenarnya.

" Ya gitu, " Ia menatap langit-langit kamarku. "Banyakin belajar, katanya. Kemungkinan tahun sekarang gua lagi yang wakilin" lanjutnya kemudian menghela nafas pelan.

" Keren! semangat dong! "

" Males , kenapa gak lo aja sih? "

" Gue udah waktu awal masuk sekolah, kan"

" Yang dari kelas sebelah juga ikutan lagi tuh, padahal dia udah tahun kemaren "

Aku terdiam sebentar, memperhatikan laki-laki yang sedang menutup matanya.

" Selagi lo ada , kenapa harus gua? "

Ragas membuka matanya —menoleh kemudian melempar tempat pensil kearah ku, " Tolol "

Aku tertawa puas, membuat Ragas kesal sangat menyenangkan.

" Ke tempatnya Paman Aldan , yuk " ajakku lalu beranjak untuk mengambil sweeter.

" Ngapain? Paman Aldan udah males liat muka lo mulu "

" Sialan! " Aku melempar kembali tempat pensil yang sebelumnya dilempar Ragas, " Kita ke jembatannya , lihat senja sama langit"

" Lu aja sono "

" Ih kan quality time gitu "

" Males , senja gak pernah mau ketemu gua " , meski begitu Ragas tetap berdiri dari tidurnya .

Aku tersenyum simpul melihat tingkahnya , "Senja gak suka sama lo , makanya gamau muncul "

✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧

" Langitnya jelek "

" Yang di samping gue lebih jelek "

" Bangsat "

Aku tertawa pelan. Dengan paksaan yang kuat akhirnya Aku dan Ragas sampai di Taman dengan menaiki sepeda. Disini masih ramai pengunjung. Mungkin karena memang sebagian besar toko baru dibuka saat sore.

Aku memperhatikan sekitarku. Beberapa pasangan juga berada ditempat ini. Ya, udara yang masih sejuk, kemudian langit sore yang terlihat cantik tentu menarik perhatian para pasangan yang ingin menciptakan suasana romantis.

" Banyak pasangan ya , Gas " kataku memulai pembicaraan .

" Babu sama majikan juga pasangan kan"

" Mirip kambing lo "

" Sejak kapan ada kambing ganteng kayak gini? "

Aku memutar bola mataku malas, " Kebanyakan main sama Sadewa nih, "

Ragas tak menanggapi , dan Aku ikut terdiam. Kami sama-sama memilih untuk menikmati pemandangan di depan Kami.

" Jadi inget dulu, ya? " Ragas kembali bersuara.

Aku menoleh sebentar ke arahnya, kemudian mengangguk.

" Dulu hampir setiap hari kita main kesini " Aku menjawab dengan pandangan yang tertuju ke sungai di hadapanku.

" Sayangnya lo malah kecemplung dan bikin Mama gak izinin kita buat main lagi kesini " Ragas mendelik ke arahku.

" Salahin Abim, dia yang dorong gue "

" Kasian banget Kala yang ikut nyemplung "

Aku tertawa kecil mengingatnya, " Kala dulu kecil banget , mana tulang semua , agak enggak percaya waktu tau dia yang angkat gue dulu "

" Bukan Kala yang angkat lo waktu itu "

Aku menoleh setelah mendengar ucapan Ragas , " Masa sih? hari itu udah mau malem, cuma Kala yang bareng gue "

" Masa sih? lu kan pingsan "

" Ya enggak tau, yang deket gue Kala doang "

Ragas terdiam —mencoba mengingat kejadian beberapa tahun lalu, mungkin? entahlah .

" Seinget gue bukan Kala , "

Mendengarnya, Aku mengangkat sebelah alisku. Ingin mengingat namun selalu gagal.

" Gua juga lupa , kayaknya bener Kala deh hehe "

" Ayo pulang " ajak Ragas kemudian berjalan duluan. "Senja marah kali sama langit, makanya gak mau keluar "

" Senja marah ke elu tau , Gas "

◆ ▬▬▬▬▬▬ ❴⚘❵ ▬▬▬▬▬▬ ◆

" Dek ayo bangun , Bunda udah siapin kopermu "

Aku menggumam pelan kemudian kembali menarik selimut sampai menutupi seluruh badanku.

" Cuci muka aja kalo gak mau mandi " suara Bunda terdengar lagi.

" Ayah udah nungguin dibawah , cepet bangun "

Aku terpaksa bangun ketika selimut yang Aku pakai ditarik kembali . Dengan mata yang sedikit terbuka Aku melihat Bunda yang sibuk memasukkan barang ke dalam —koper?

" Bunda lagi ngapain? " tanyaku pelan.

" Senam "

Jawaban asal Bunda membuatku mendengus sebal.

" Yang bener dong Bun "

" Ya kamu gak liat Bunda lagi ngapain? "

" Enggak , mataku kan masih merem makanya tanya Bunda "

" Ngejawab ya kamu? "

" Kan Bunda nanya, jadinya Aku jawab "

" Sekali lagi ngomong Bunda tinggalin disini ya "

Dengan gerakan cepat Aku beranjak dari tempat tidur. Walaupun sebenarnya Aku belum tahu Kami akan pergi kemana, tetap saja bahaya jika Bunda benar-benar meninggalkanku sendiri.

Tanpa berbicara lagi Aku segera masuk ke kamar mandi, sekedar untuk menggosok gigi dan mencuci muka.

" Orang tua ngomong tuh dijawab loh, Dek! Bukan malah diem "

" Ya , Bunda emang selalu benar " gumamku sambil menatap cermin.

Setelah selesai , Aku keluar dan melihat Bunda yang sedang merapikan tempat tidurku.

Bunda yang menyadari menoleh sebentar, "Bajumu udah Bunda siapin" ujar Bunda kemudian menunjuknya dengan dagu.

" Jaketmu yang beige dimana ? " tanya Bunda saat Aku akan kembali masuk ke kamar mandi.

" Ketinggalan di rumah Ragas " jawabku.

Selesai bersiap , Bunda menyuruhku untuk menemui Ayah dan Kak Gara yang sudah menunggu dibawah.

Aku yang baru saja turun langsung berjalan menuju sofa . Aku mendudukkan diri di samping Kak Gara yang tertidur pulas dibahu Ayah. Sedangkan Ayah masih fokus pada laptopnya.

" Bau tanah anjir! Gak mandi ya lo sat?" Kak Gara mengangkat kepalanya kemudian memukul bahuku.

" Sembarangan lo an—a-aduh! " Aku memegang telingaku yang barusan ditarik Ayah.

" Zara belum ngomong padahal," Aku mengusap telingaku.

" Sakit , Yah " Kak Gara yang bernasib sama sepertiku mengusap telinganya.

" Siapa yang ngajarin kalian ngomong kayak gitu? " Ayah menatap kami dengan tajam.

" Bisa sendiri lah! "

" Tolol "

" Argara , Arzara. "

" Lu ngapain jawab begitu setan " Aku menunduk, berbisik pada Kak Gara.

" Gatau , gua nyeplos doang "

" Ayah denger "

" Tajem juga kuping Ayah " Kak Gara tersenyum bodoh dengan tangan yang mengusap pelan telinga Ayah .

Berani sekali Dia.

Ayah menghela nafasnya, " Gaul sama siapa kamu, Gar , sampe kayak gini "

" Sama si Albar , Yah! Marahin dia aja, sama Agres juga tuh "

" Bunda malah curiga mereka yang ketularan kamu , Gar " sahut Bunda yang baru saja datang dengan jaket tebal yang dibawanya.

" Bunda nih belain anaknya dong! "

✧ ⃟ ⃟ ⃟━━━ೋ๑୨🥀୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧

Aku memperhatikan jalanan dari dalam mobil. Baik Ayah maupun Bunda tidak memberitahu akan kemana Kami hari ini. Hanya satu yang Aku tahu, bahwa Kami sedang menuju Bandara saat ini .

Tentu saja Aku semakin penasaran mengingat hari ini bukan hari libur. Sayang sekali mulutku sudah lelah bertanya , sedangkan Ayah dan Bunda sama sekali tidak mau menjawab.

" Ahahahaha mampus "

Sangat merusak suasana. Aku menoleh ke samping, "

Omongan lo, Kak. Kalo Ayah denger ntar gua kena lagi " kataku pelan.

Kak Gara tak berhenti tertawa, " Liat, Dek si Agres marah-marah "

" Kenapa? " tanyaku setelah Kak Gara menunjukkan roomchat-nya dengan Kak Agres.

" Kelas pagi, udah rencana mau bolos bareng, " Kak Gara memelankan ucapannya saat musik yang diputar Ayah berhenti, " Tapi gua malah pergi makanya terpaksa dia masuk sendiri, kesiangan pula, buruk sekali takdir temanku yang satu ini "

Aku ikut tertawa mendengarnya, Kak Agres pasti sangat tersiksa karena berteman dengan seorang Kakak-ku.

" Ella ngamuk gak, Dek, waktu tau lo gak masuk? "

" Lah baru sadar belum ngasih tau " Aku segera menyalakan ponselku setelah tersadar bahwa Aku sengaja mematikan daya-nya.

Ting !

Ting !

Ting !

Ting !

Ting !

─────────────────

〔 Teman 〕➪ 197 unread

║Aidan : Si kecil kemana n...

〔 Kala 〕➪ 6 unread

Gua dihukum jadinya

〔 Kak Agres 〕➪ 17 unread

Abang lo kemana anjir

〔 Riella 〕➪ 3 unread

Kaget paling serius

〔 Abim 〕➪ 1 unread

Enaknya membolos

〔 Ragas 〕➪ 4 unread

Ajakin gua kek

〔 Dua Belas 〕➪ 93 unread

║Alaska : Pak ketua saya bolos...

〔 Aksara 〕addback┆block

Ini nomormu kan ?

〔 Axira 〕➪ 1 unread

Gak kaget sih gue

─────────────────

Aku menekan chat paling atas. Itu group yang dibuat Kala sejak kami Sekolah Menengah Pertama. Sebelumnya hanya berisi enam orang, hingga saat memasuki Sekolah Menengah Atas, Sadewa dan Aidan mulai bergabung dengan Kami. Aku yakin Aksara juga sudah masuk dan menjadi anggota baru.

─────────────────

Teman 〔 9 〕

Ragas : Zara pergi

Riella : Mendadak banget

Axira : Padahal tadi malem masih main bareng

Sadewa : Kenapa

Sadewa : Zara kemana emang

Sadewa : Yaampun

Sadewa : Gak nyangka secepet ini dia pergi

Ragas : Dewa plis

Kala : Dikata meninggoy

Aksara : Zara kemana?

Abim : Zara izin, mau ketemu Tuhan katanya

Aidan : Si kecil kemana nih

Zara : Kalo mau ngomongin, yang baik-baik ya manis

Sadewa : Baper ni ah

Abim : Cih

Abim : Ra lo ditanyain Malvin

Abim : Pak nya ketinggalan maap

Axira : ss kirim ke pak malvin

Abim : aaaaaanjiiiing

Aksara : Bel bunyi tuh

Riella : Ayo masuk kelas

Riella : Xiraaa ayo bareng

Zara : Xira dimana emang, El?

Riella : Ini di sebelah gue

Zara : Harus banget diajakin di grup?

Axira : Kan pamer

Axira : Kita juga bisa bahagia tanpa lo

Zara : Memang nyebelin ya kamu monyet

Zara : Semuanya nyebelin anjir

⌞ read by 8 ⌟

⌂ ㅤ ㅤㅤ⌕ ㅤㅤㅤ ⊞

─────────────────

" Tidur lagi aja kalo ngantuk, Bang " kata Ayah setelah sekilas melirik Kak Gara yang terlihat mengantuk.

Kak Gara membenarkan posisinya, " Ayah kalo capek bangunin Gara aja, nanti gantian nyetirnya "

⊹ ────────𖤐──────── ⊹

Ke-delapan orang itu kini tengah berkumpul di Kantin. Beberapa menit lalu bel istirahat berbunyi —membuat mereka kegirangan karena berhasil terbebas dari kuis menyebalkan.

" Jadwal nge-babu Zara nih, malah pergi dia "

" Gantiin gih, Dew, berdua sama Aksara atau gak sama Aidan, atau gak Kala, sama Ragas juga boleh " titah Abim dengan pandangan yang masih terfokus pada ponsel yang digenggamnya.

" Enak ya jadi Tuan Muda, kerjaanya cuma nyuruh sama main hape doang " cibir Sadewa tapi tetap berdiri untuk memesan bersama Aksara.

Abim tersenyum lebar, sedangkan yang lain terlihat malas menanggapi. Mereka hanya fokus pada ponsel masing-masing sambil menunggu Sadewa dan Aksara kembali.

" Gadgetnya disimpan dulu ya teman-teman," ucap Aksara lalu meletakkan nampan berisi pesanan di meja.

Hening , baik Aksara maupun Sadewa tidak suka keheningan.

" Aidan diem-diem bae " Sadewa mulai menjalankan aksinya untuk mencairkan suasana.

" Kalo lagi makan emang harus diem monyet " Aidan meneruskan kegiatannya.

Sadewa yang melihat respon Aidan mulai mencari topik pembicaraan lain, " El , ada bahan gak? "

Riella —yang mengerti kemana arah pembicaraan— menggeleng , "Enggak ada yang hot "

Abim yang sedari tadi diam tiba-tiba memukul kencang bahu Ragas yang duduk disebelahnya.

" Sakit anjir " Ragas mengusap-usap bahunya.

" Si Zara kemana sih? gak ada bahan bullyan nih "

" Kan ada Axira , bully dia aja " sahut Kala yang langsung dihadiahi tatapan tajam Axira.

Abim yang melihatnya meringis kecil, " Gak ah , Axira kalo mukul suka pake tenaga "

" Ella aja Ella "

" Nanti gua masuk akun lambe " Abim melirik perempuan yang kini tengah menatapnya sebal , " Lo juga admin kan, El?"

" Bangsaaat! "

" Ahahahah! "

Aksara mengusap matanya yang berair —Dia memesan makanan yang terlalu pedas— sebelum akhirnya bersuara, " Zara kemana emang, Gas? " tanyanya.

Ragas menelan makanannya, " Lupa, bawa koper dia, kayaknya pergi jauh sih "

Aksara menganggukan kepalanya, " Sama Bang Gara juga? "

Ragas mengangguk membenarkan, " Sama Ayah Bunda juga, Ruby doang yang gak ikut "

Abim mulai tertarik setelah mendengar nama Ruby disebutkan, " Ruby dimana sekarang? "

" Di rumah gua, diurusin Nevan "

" Bisa tuh jodohin sama Bella! "

" Gila anjing "

Abim tersenyum lebar, " Ajakin Louis ah, nanti gua ke rumah lu ya, Gas "

" Iya ke rumah aja, " Ragas menatap satu persatu temannya, " Kalian juga, kita main nanti "

Riella dan Axira saling melirik, " Gue sama El enggak ikutan dulu deh "

" Lah, ngapa? "

" Mau shopping!! " seru Riella semangat. " Yakan, Xira? "

Axira mengangguk malas, " Iya "

Kala tertawa melihat respon Axira, " Eh, El, harusnya kalo mau shopping ajakin Abim, bukan Xira "

" Ih kenapaa? "

" Kan yang cewek dia , bukan Axira "

" Asem lu kambing " Abim memukul kepala Kala yang merangkulnya —membuat yang lain tertawa karena tingkahnya.

Ragaa membuka ponselnya yang sedari tadi terus berdering.

" Oh! " Ragas berseru.

" Kenapa, Gas ? "

" Ternyata Zara pergi ke Canada "

Sadewa menepuk-nepuk dadanya . Ia sangat terkejut setelah mendengar perkataan Ragas, " CANADA!? "

▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭