Keesokan paginya, ketika mobil Rolls-Royce sedang meluncur membawa mereka ke SBS untuk mengunjungi Bong Joon-Ho. Doyoung kelihatannya tidak begitu bahagia. Jisung tahu kenapa hyungnya itu begitu, Doyoung masih jengkel terhadap dirinya sendiri, karena tidak bisa menarik kesimpulan bahwa Pembisik dan Suzana sebenarnya orangnya itu-itu juga,
Renjun tidak ikut sekali itu, karena masih ada pekerjaan lain,
"Begitu Kai Hyung mengatakan bahwa dalam lorong rahasia di bawah Kastil banyak burung parkit beterbangan," kata Doyoung setelah agak lama diam saja, "aku langsung menyadari, burung-burung itu pasti kepunyaan Mr. Sangra, dan terowongan bawah tanah itu tentu ujungnya dalam kandang di mana ia memelihara burung-burung itu. Dan Mr. Sangra lupa menutup pintunya! Tapi aku sama sekali belum menduga, Mr. Sangra itu sebenarnya Mis. Sizana."
"Tapi yang lain-lainnya, kan berhasil hyubg ketahui semuanya," kata Jisung, "Sampai dengan kenyataan bahwa Suzana masih hidup - walau selama beberapa waktu kau sempat terkecoh. Kau bisa bangga terhadap dirimu."
Tapi Doyoung- hanya menggelengkan kepala.
***
Kali ini mereka tidak mengalami kesulitan untuk berjumpa dengan Mr. Bong Joon Ho Penjaga di gerbang besar melambai sebagai tanda bahwa mereka boleh terus. Beberapa saat kemudian, kedua remaja itu sudah duduk dalam kantor sutradara kenamaan itu
"Nah," kata Mr. Joon Ho dengan suara yang berat. "ada yang hendak kalian laporkan?.
"Kami berhasil menemukan rumah yang ada hantunya, Sir," kata Doyoung.
"Ah - begitu?" Alis sutradara itu naik ke atas, seakan-akan heran. "Lalu hantu yang ada di situ seperti apa jenisnya?"
"Itulah repotnya," kata Doyoung berterus terang. "Hantunya seseorang yang masih hidup, bukan arwah orang mati."
"Hmm- menarik juga kedengarannya," kata Mr. Joon Ho. Ia menyandarkan diri ke punggung kursinya, "Coba ceritakan."
Mr. Joon Ho mendengarkan dengan tekun, sementara Doyoung bercerita dengan asyik Ketika remaja itu selesai memaparkan pengalamannya bersama kedua temannya, sutradara itu mengatakan, "Aku senang mendengar bahwa Suzana ternyata masih hidup. Ia pemain film yang ternama pada jamannya. Tapi terus terang saja, aku ingin tahu bagaimana caranya -menimbulkan suasana ngeri dalam purinya, sehingga perasaan itu menghinggapi setiap orang yang masuk ke situ."
"Katanya, ia segan menceritakan pada kami, Sir," jawab Doyoung. "Tapi saya rasa, saya tahu bagaimana caranya. Saya mempelajari sebuah buku tentang orgel, karena ingin membantu Taeil Hyung yang sibuk memasang orgel tua yang dibeli olehnya. Saat itu saya menemukan keterangan bahwa getaran subsonik- jadi getaran bunyi rendah yang tak tertangkap lagi oleh telinga manusia menimbulkan pengaruh aneh terhadap sistem saraf kita."
"Menurut dugaan saya, Sir, di antara pipa-pipa suara orgel Mis. Suzana yang katanya rusak itu ada beberapa yang menimbulkan getaran tak terdengar yang mempengaruhi saraf manusia, Kalau orang yang merasakannya masih agak jauh, ia menjadi gelisah, Tapi semakin dekat ke sumber getaran itu, ia menjadi semakin gelisah, dan akhirnya merasa ngeri yang makin lama semakin memuncak. Tapi tentu saja perasaan itu lenyap apabila kita berada di luar Kastil. Itu sudah diuji teman-teman saya pada suatu malam."
Jisung melirik Doyoung. Jadi itu rupanya sebabnya, kenapa Doyoung berkeras menyuruhnya beserta Renjun datang ke Terror Castle pada hari itu. Jisung hendak mengucapkan kata-kata pedas. Tapi tidak sempat, karena Mr. Joon Ho sudah lebih dulu berbicara lagi.
"Anak muda," katanya pada Doyoung, "kalian kelihatannya berhasil baik dalam menyibakkan rahasia Terror Castle, Tapi kini, bagaimana dengan Suzana? Menurut pendapatku, kalian tidak menolong dia dengan penyingkapan rahasianya itu."
Doyoung nampak agak tidak enak mendengar kecaman itu.
"Mis. Suzana punya gagasan yang nampaknya sangat digandrunginya," katanya berusaha menjelaskan, "Ia bermaksud hendak menyerahkan uang yang selama ini ditabungnya dari hasil penjualan burung-burung parkit ke bank, sebagai cicilan pertama pembayaran harga Kastilnya. Ia hendak membeli kembali kastil itu dari bank. Ia mempunyai rencana tertentu, dan saya yakin bank pasti bersedia memberi kredit lagi padanya apabila mendengar penjelasannya mengenai rencananya itu."
"Begini, Sir - mula-mula ia hendak muncul kembali sebagai Suzana, bintang film yang lama dikira sudah mati dan bertempat tinggal lagi di Kastilnya. Pasti akan banyak berita sensasi mengenai dirinya dalam koran-koran."
"Tentu saja," kata Mr. Joon Ho sambil melirik Doyoung dengan hidung terangkat. "Lalu setelah itu?"
"Ia bermaksud akan membuka kastilnya sebagai tempat tontonan. Tentu saja dengan menarik uang masuk Ia hendak mempertunjukkan film-film seramnya dalam ruang proyeksi. Ia juga akan mengizinkan para pengunjung berkeliaran dalam purinya, yang dibiarkan keadaannya seperti sekarang. Para turis pasti akan datang berduyun-duyun untuk menonton film-filmnya, dan untuk menikmati rasa nyeri yang ditimbulkan oleh Kabut Kengerian serta perlengkapan lainnya yang ada dalam puri itu."
"Mis. Suzana juga akan mendemonstrasikan peranannya sebagai berbagai tokoh seram yang pernah dimainkannya dalam berbagai film, dengan memakai berbagai kostum yang masih disimpan olehnya. Saya merasa pasti, rencananya itu akan sangat sukses."
"Hmm." Mr. Joon Ho mengamat-amati Idol yang duduk di depannya,
"Kurasa rencana yang baru saja kaupaparkan itu berasal dari gagasanmu. Tapi biarlah! Neo Culture Detektif telah menunaikan tugasnya dengan sangat baik, walau tidak berhasil menemukan rumah yang sungguh-sungguh berhantu bagiku. Walau begitu aku akan menepati janji. Aku akan menuliskan kata pengantar untuk kisah pengalaman kalian ini, apabila sudah dibukukan kelak."
"Terima kasih, Sir," kata Doyoung. "Bagi kami itu besar sekali artinya,"
"Mungkin ini bisa menghibur perasaan kalian," kata Mr. Joon Ho "Ternyata menemukan rumah yang benar-benar berhantu sulit sekali, sehingga akhirnya aku terpaksa melepaskan rencanaku itu, Sekarang apa rencana kalian selanjutnya?"
Mulut Jisung sudah gatal saja, ingin mengatakan bahwa rencana mereka sekarang hidup tenang dan santai untuk melupakan berbagai pengalaman seram yang dialami ketika sedang mengusut misteri Kastil Setan, Tapi lagi-lagi Doyoung lebih dulu membuka mulut.
"Kami ini penyelidik, Mr. Joon Ho. Karenanya kami akan langsung mencari kasus lain yang perlu diusut rahasianya."
Mr. Joon Ho melirik ke arahnya. Rupanya sutradara itu menyimpan maksud tertentu. "Kalian kan tidak bermaksud hendak meminta padaku agar mau menuliskan kata pendahuluan untuk kisah kalian yang berikut. jika itu ada?" katanya
"Tidak. Sir," kata Doyoung. Ia menjaga gengsi. "Saya sama sekali tidak bermaksud begitu. Tapi jika Anda sendiri yang mau"
"Nanti dulu!" bentak Mr. Joon Ho, sehingga Doyoung langsung terdiam "Aku sama sekali tidak mengatakan begitu. Sama sekali tidak!"
"Memang tidak, Sir," kata Doyoung lirih.
Sutradara itu menatapnya selama beberapa saat, lalu meneruskan kata katanya.
"Aku sebetulnya hendak mengajukan kasus satu lagi pada kalian," katanya, "Seorang kawan lamaku, dia dulunya biasa memainkan peran dalam pementasan karya-karya Shakespeare, kawanku itu mempunyai seekor burung nuri. Burung itu sekarang hilang, entah ke mana. Kawanku sedih sekali, karena ia sangat sayang pada nuri itu. Polisi kelihatannya tidak bisa banyak membantu. Harus kuakui, kalian telah menunjukkan kecerdikan dalam mengusut misteri yang kalian hadapi selama ini. Jadi mungkin saja kalian bisa berhasil menemukan nuri yang lenyap itu. Kecuali -" sambil berkata begitu ia memandang Jisung dan Doyoung dengan kening berkerut, "kecuali jika kalian menganggap mencari burung nuri yang hilang merupakan tugas yang terlalu gampang bagi Neo Culture Detektif!"
"Wah, sama sekali tidak, Sir!" Sekali ini Jisung berhasil lebih dulu menyerobot. Bagi dirinya, mencari seekor nuri merupakan tugas yang paling cocok untuk saat itu. Tugas santai! "Semboyan kami kan 'Kami menyelidiki apa saja
"Dengan senang hati kami mau membantu kawan Anda itu, Sir." kata Doyounh.
Mr. Joon ho tersenyum. Senyumnya agak aneh. Seakan-akan menyembunyikan sesuatu. Tapi mungkin juga, itu cuma perasaan Jisung dan Doyoung saja.
"Kalau begitu, aku mau memperkenalkan kisah kasus itu pula."
"Terima kasih, Sir!" kata Jisung dan Doyoung serempak.
"Tapi dengan satu syarat!" kata Mr. Joon Ho dengan tegas. "Kasus itu harus menarik untuk diceritakan. Menurut pendapatku, kalau cuma menemukan burung nuri, biarpun nuri itu yang tidak cukup menarik untuk diceritakan. Kalau kasus itu ternyata gampang dan biasa saja -persoalannya, dengan sendirinya aku akan lepas tangan."
"Anda mengatakan tadi, burung itu gagap, Sir?" tanya Doyoung, Matanya bersinar, menandakan bahwa minatnya mulai timbul.
"Betul, begitulah kataku," jawab sutradara itu, "Kau juga mendengar kata-kataku yang selanjutnya?"
"Ya, Sir!" jawab Doyoung, "Selama ini saya belum pernah mendengar ada nuri gagap. Yuk, Jisung - kita sudah mendapat kasus baru!"
"Tunggu sebentar" kata Mr. Joon Ho. Kedua remaja itu tertegun di kursi masing-masing, sementara sutradara kenamaan itu melanjutkan kata-katanya, "Kurasa kalian perlu mengetahui nama dan alamat kawan lamaku itu." Ia menuliskannya pada secarik kertas. "Ini dia"
"Terima kasih, Sir," kata Doyoung, Dimasukkannya kertas itu ke dalam kantong, lalu menuju ke luar bersama Jisung, "Kami akan memberi kabar nanti, bagaimana hasil pengusutan kami, Sir."
Mr. Bong Joon Ho memperhatikan mereka pergi. Ia tersenyum simpul. Hebat juga kisah pengalaman para remaja itu, pikirnya. Rahasia Kastil Setan, Hem!
Ark Teror Kastil Setan END