"Selamat atas kelulusan lo kak," ucap Salsha yang datang ke tempat acara kelulusan Rio dengan Aldi yang datang karena Bastian juga mendapat kelulusannya.
Semuanya baik-baik saja. Dari Aldi yang tidak segila waktu itu dan Salsha yang masih belum menjawab pertanyaan Iqbal sejak dua minggu yang lalu karena keduanya sibuk dengan tugas dan ujian kenaikan mereka masing-masing.
"Lo datang sama mantan pacar lo?" tqnya Riko dengan sedikit terkekeh berhasil menyindir Aldi walaupun dia sedang berbicara dengan Iqbal dengan jarak sedikit jauh. "Ya,"
"Iqbal, dimana dia. Apa dia enggak datang?" tanya Rio membuat Salsha terdiam, Salsha menjawab gelengan kepalanya tidak begitu serius dan terdiam. "Datang, mungkin agak telat. Gue pun sebenarnya sedikit sibuk dan jarang ketemu dia juga karena sebentar lagi kenaikan kelas," Rio tertawa, dia terkekeh mendengar ucapan Salsha yang seolah-olah tidah tahu namun sebenarnya dia paham dan mengerti.
"Lo marahan sama Iqbal, Sal?" tanya Rio membuat Salsha terdiam, dia menghela nafasnya berat tidak mengatakan apapun. "Enam hari yang lalu Iqbal datang ke rumah gue, dia bilang udah nembak lo dan minta lo jadi pacarnya. Tapi, apa sampai sekarang lo belum menjawabnya?"
"Bukankah ini keterlaluan? Lo selalu bilang lebih nyaman ke Iqbal daripada ke Aldi, tapi saat semuanya udah berpihak pada lo, Iqbal menunggu lo dan Aldi baik-baik aja. Lo menunggu apa lagi?" Salsha menggigit bibirnya sedikit gugup.
Menjawab panjang dan lebar membuatnya sedikit takut, Salsha mengambil nafas tenangnya untuk menjawab. "Bukankah lo bisa melihat kalau sekarang Kania sangat menempeli Iqbal? Gue merasa mereka sedang dekat," Rio tertawa mendengar jawaban Salsha yang sangat polos ini.
"Gue tahu kenapa Iqbal menjauh dari lo," jawab Rio memberi spekulasinya pada Salsha yang kelewatan gemas. "Kenapa? Gue sebenarnya juga sedikit kurang nyaman karena hal ini. Mengingat kenapa Iqbal justru menjauhi gue," Rio hampir memaki walaupun dia hanya mendengarkan.
"Lo bilang apa ke Iqbal empat hari terakhir ini?" tanya Rio hanya memastikannya saja. "Gue marah ," jawab Salsha singkat, namun.
"Dan gue butuh waktu," Rio tertawa mendengarnya, dia hampir tidak bisa mengatakan apapun untuk menasihati ataupun memaki. "Lo meminta Iqbal untuk menunggu lo dalam waktu empat bulan lo pacaran sama Aldi,"
"Dia siap-siap aja," jawab Rio memperjelas jika apa yang Salsha katakan adalah kesalahannya. "Masalah utamanya adalah. Lo, sangat plin-plan saat itu. Dan sekarang? Bukankah lo udah berjanji ke Iqbal untuk memberinya waktu tiga hari untuk move on dari Aldi?"
"Kenapa lo membutuhkan waktu lebih banyak lagi?" Salsha menundukkan kepalanya, dia menyadari sesuatu sekarang. "Apa Iqbal menjauhi gue dan memilih Kania karena gue?" tanya Salsha dengan suara ragu, Rio menjentikan jarinya menjawab benar. "Iya,"
"Lo berpikir Kania menyukai Iqbal kan?" tanya Rio membuat Salsha menjadi sedikit tidak nyaman, Salsha menjawab dengan anggukan kepalanya pelan.
"Mereka mantan pacar, wajar lo bilang mereka dekat. Dan Iqbal juga memberi lo kewajaran saat lo dan Aldi dekat karena kalian saling dekat," jelas Rio membuat Salsha terdiam mendengarkannya.
Salsha menghela nafasnya berat, dia sadar sekarang. "Selamat bro!" seru Iqbal yang datang dengan diikuti Kania di belakangnya dengan membawa bunga karena keidentikannya. "Kasih dia," suruh Iqbal membuat Kania tersenyum dan memberikannya.
"Selamat kak," ucap Kania memberikannya dengan tersenyum canggung, Rio menerimanya dengan santai. "Kalian datang bersama?" tanya Rio mewakili mulut Salsha yang keterlaluan berat.
Iqbal menganggukan kepalanya pelan. "Iya," jawab Kania pelan. "Hasil tes perguruan tinggi gue dan Kania cetak sekarang, kami dipanggil guru untuk datang dan melihat hasilnya," jawab Iqbal menambahi jawaban Kania yang terkesan menjawab depannya saja.
Iqbal, dia berdiri namun seakan-akan matanya menjauh dari mata Salsha. Dia ada di depan wajah Salsha namun Iqbal tidak melihatnya sama sekali.
"Ba--"
"Gue dan Kania ke kantor dulu," pamit Iqbal yang merangkul Kania menjauh sebelum Salsha berhasil memanggil namanya. Hati Salsha mencelos, dan tanpa disangka-sangka juga baik Kania atau Iqbal keduanya sama-sama canggung sekarang.
°°°
"Ayo pulang," ajak Aldi mengalihkan ketermenungan Salsha sejak tadi di tempat yang sama dimana Rio pamit pulang lebih dulu, Salsha terkejut menanggapinya. "Ayo pulang, kenapa lo diam di tempat kaya gini," ulang Aldi yang menarik tangan Salsha untuk mengikutinya, Salsha yang baru menyatu hanya bisa menghela nafasnya pelan.
"Apa Bastian bareng kita?" tanya Salsha yang tahu jika Aldi sengaja membawa mobil untuk ini. "Iya," jawab Aldi cepat membuat slasha menghela nafasnya lega.
"Kenapa, apa lo merasa canggung berada di mobil hanya sama gue?" Salsha menggelengkan kepalanya menjawab cepat. "Enggak,"
"Gue hanya penasaran aja," sambung Salsha membuat Aldi terkekeh dan mengelus puncak kepala Salsha pelan.
Saat Salsha membuka pintu mobil dia sudah melihat jika Bastian sudah duduk di kursi belakang mobil Aldi dengan santai. "Kenapa? Lo kaya melihat hantu," tanya Bastian yang melihat respon Salsha yang berlebihan melihatnya.
"Gue pikir lo belum masuk," jawab Salsha dengan memasang sabuk pengamannya cepat. "Selamat atas kelulusan lo, Bas," Bastian menganggukan kepalanya menerima. "Ya,"
"Sorry gue ikut Aldi pulangnya. Momy dady gue harus ke kantor lagi hari ini," Salsha terkekeh mendengarnya. "Kenapa harus meminta maaf, Aldi sepupu lo dan kenapa lo merasa kurang nyaman nya ke gue?" Bastian melirik Aldi dengan tidak begitu terang-terangan namun seolah-olah dia meminta jawabannya.
"Gue sama Salsha udah putus," ucap Aldi menjawabnya dan langsung menjalankan mobilnya dengan pelan. "Ah!" terkejut Bastian karena terlalu tiba-tiba.
"Gue baru tahu, sorry Sal," jawab Bastian membuat Salsha memutar bola matanya malas. "Gue pikir yang Iqbal bilang ke gue itu bohong," sambung Bastian setelah dia mengatakan banyak hal yang lebih serius sebelumnya.
"Iqbal bilang apa ke lo?" tanya Salsha yang tiba-tiba sekali menjadi sangat penasaran. "Kalian berdua jadian, gue pikir dia cuma bercanda saat itu," Salsha menghela nafasnya berat.
"Gue belum pacaran sama Iqbal," jawab Slasha membuat Bastian terkekeh mendengarnya. "Benar dugaan gue kalau dia cuma bercanda dan mengatakan omong kosong," ucap Bastian meresponnya dengan sangat bagus.
Aldi terlihat tersenyum hangat di sana, Bastian melihatnya dengan sangat jelas karena dia bisa merasakannya jika perasaan Aldi menghangat. "Tapi Iqbal udah nembak gue, hanya aja gue belum menjawabnya semenjak dua minggu yang lalu," Semua terjadi.
Aldi menginjak reem mobilnya sangat tiba-tiba membuat Bastian terantuk ke belakang kursi milik Salsha karena terkejut. "Si bangsat," maki Bastian karena dahinya memerah dikarenakan kecerobohan Aldi yang terjadi begitu saja.
"Lo kenapa si," kesal Bastian seperti sangat tiba-tiba Aldi mendapatkan responnya. "Jadi lo ditembak Iqbal, Sal?" Salsha menganggukan kepalanya saat Aldi bertanya dengan suara sangat rendah meminta jawaban.
"Iya, lo baru aja mendengarnya karena gue baru juga menjawabnya ke Bastian," jawab Salsha dengan cepat merasa itu bukanlah masalah besar.
"Gue kira kalian masih," tanggap Bastian membuat Salsha menaikan satu alisnya bingung. "Udah satu bulan ini Aldi enggak pergi kemanapun di malam hari," sambung Bastian berusaha menjelaskannya.
"Biasanya dia (Aldi) akan pergi ke suatu tempat di setiap malamnya dengan Tania, dan gue cukup terkejut saat dia diam di rumahnya," jelas Bastian menegaskan jika Aldi banyak berubah dalam akhir-akhir ini.
"Oh ya? Mungkin hubungan Tania dan Aldi juga berakhir sama seperti hubungan gue dan Aldi yang berakhir enggak baik-baik," jawab Salsha terdengar sangat ambigu di telinga Bastian dan membuatnya tertawa.
"Ngomong-ngomong, hari ini pengumuman apakah Iqbal diterima di perguruan tinggi dan mendapat beasiswa atau enggak dengan Kania, apa lo udah tahu soal ini Sal?"