Chereads / PICK LOVE [INDONESIA] / Chapter 49 - MERUSAK ANAK ORANG LAIN

Chapter 49 - MERUSAK ANAK ORANG LAIN

"Akting lo berlebihan," celetuk Kania saat dia mendorong Iqbal menjauh dari tubuhnya dan mengatakan jika dia sedikit tidak nyaman. "Gue melakukan ini karena ada Salsha, lagipun kalau memang sebenarnya enggak ada dia. Gue pun enggak akan memperlakukan lo semanis ini," Kania sadar diri, dia memutar bola matanya malas walaupun dia tidak memperjelasnya.

"Sekarang pengumumannya. Gue bukan menagih, hanya sedikit mengingatkan. Lelucon lo waktu itu," Kania terdiam, bukankah dia tidak salah? Iqbal sendiri yang mengatakan jika kemarin hanya lelucon.

"Kalau lelucon lo benar-benar terjadi, apa yang akan gue terima dari hasil ini?" Iqbal terkekeh, dia melirik Kania dengan mata serius dari bawah sampai atas. "Hey!" cegah Kania membuat Iqbal terkekeh.

"Perhatikan tatapan lo," tegur Kania selanjutnya, Iqbal menghela nafasnya malas dan memudarkan penglihatannya.

"Apa yang membuat lo melihat kalau gue akan serius," begitu celetuk Iqbal santai sekali membuat Kania geram. "Apa lo termasuk cowok brengsek dan enggak sejati? Lo menyalahi janji lo sendiri yang membuat lo merasa kemarin hanya lelucon?"

Iqbal terkekeh, dia hampir tertawa keras melihat bagaimana Kania menyimpan begitu banyak harapan darinya. "Lo benar-benar mengharapkan gue, hen?"

"Jangan, bukankah gue udah bilang diawal? Lo, Salsha, gue dan kakak lo. Kita enggak ada yang namanya main bersih, contohnya kakak lo. Dia kalah karena mengaku kalah, dan gue? Gue hampir mendapatkan Salsha karena gue mau berusaha sampai akhir," jelas Iqbal pada Kania membuatnya terdiam.

"Gue mencegah lo untuk datang mendekat ke gue karena gue muak dan benci. Lo, yang dulu meninggalkan gue entah karena apa. Lo, yang dulu nya benar-benar menganggap ini adalah hal yang serius. Lo, yang dulu selalu berpikir kalau gue mencintai lo hanya karena harta lo. Dan, lo. Yang terus menyudutkan gue yang salah dan lo pergi menjauhi gue,"

"Hey, girl" panggil Iqbal membuat Kania menaikan satu alisnya merespon. "Lo, terlalu serius dalam sesuatu yang seharusnya enggak lo seriuskan. Saat situasi itu serius lo menggampangkan, dan saat situasi yang sekarang hanya candaan lo menganggapnya serius? Bukankah lo salah mengartikan sesuatu?" tanya Iqbal yang berhasil membalikkan fakta yang sebenarnya.

"Apa lo pendendam, Bal?" tanya Kania membuat Iqbal terkekeh. "Bukan, gue bukan pendendam. Hanya saja, gue banyak berpikir kalau apa yang lo lakukan terlalu terbalik dari situasi yang seharusnya," Kania menghela nafasnya berat, sangat berat. Bahkan dia benar-benar tidak pernah berpikir apakah dia akan menemukan titik terangnya sendiri.

"Apa gue salah mengharapkan lo kembali?" Iqbal melirik Kania dengan sedikit tertawa. "Gue harus menjawab apa soal ini?" tanya balik Iqbal membuat Kania terdiam.

"Salah, tentu saja salah. Lo mengharapkan sesuatu yang enggak bisa lo dapatkan," jawab Iqbal mempertegas jika hubungannya dengan Kania benar-benar sudah berakhir hanya saat mereka menjadi masa lalu saja.

"Lo juga, lo berusaha keras mendapatkan Salsha yang jelas bukan kuasa lo," Kania membalikkan situasi, dia mengalihkan isu seperti bagaimana Iqbal menghalalkan segala cara untuk membuat cara untuk mendapatkan sesuatu.

Seperti Iqbal meminta Tania untuk datang mendekati Aldi dan membuat hubungan mereka (Aldi dan Salsha) sedikit bermasalah, membuat peluang untuk keduanya. Setelahnya, Iqbal membawa Rio untuk datang, membuat Aldi panas dan memercikkan api cemburu yang lebih besar. Dan lagi, Iqbal mendatangkan Kania yang sebenarnya dia tahu jika Kania adalah mantan pacarnya.

Bukankah Iqbal menyeret semua orang? Dan sebenarnya ada lagi, hanya saja Kania tidak tahu banyak hal dari itu.

"Putuskan sekarang, lo akan menjadi laki-laki sejati atau pengecut. Kita ada di depan pintu kantor sebelum masuk, lo akan menerima perjanjian lo buat sendiri atau lo akan mengingkarinya?" desak Kania meminta pertanggung jawaban miliknya.

°°°

"Datanglah ke ruangan papa mu," ucap mama yang memberitahu pada Aldi untuk datang ke ruang kerja papa nya setelah dia bersih-bersih. "Ada apa? Tumben sekali dia menanyakan keadaanku dan memintaku untuk datang," Mama mendengarnya hanya bisa terkekeh.

"Perhatikan nada bicaramu nak, beliau masih tetap papa mu!" keras mama pada Aldi membuat Aldi kalah mengatakan apapun yang lebih rapi.

"Iya, aku tahu. Tapi mama tidak akan pernah tahu dan merasakan bagaimana memiliki papa seperti suami mama karena dia keterlaluan tegas dan keras padaku! Papa perduli karena ada sesuatu, bahkan jika lima bulan di kantor saja pun aku rasa papa tidak pulang tidak masalah sedikitpun," Mama menghela nafasnya berat mengingat bagaimana masalah antara anak dan suaminya itu.

"Papa mu bukan sibuk karena sesuatu, bukankah kamu sudah dewasa? Sudah tahu mana yang seharusnya untuk apa dan siapa? Jangan kekanak-kanakan sayang," ucap mama memberi sedikit pengertian pada anak pertamanya dan satu-satunya itu. "Lupakan," jawab Aldi dan berjalan menaiki anak tangga muncul menuju kamarnya.

"Datanglah, papa menunggumu," Aldi menganggukan kepalanya pelan saja. "Ya," jawab Aldi sedikit dan kembali fokus untuk masuk ke kamarnya.

"Masalah, gue yakin ini masalah," kesal Aldk melempar tas miliknya dan melepas semua pakaiannya dia lempar ke keranjang baju kotor dan mulai mandi tanpa memikirkan apapun.

Setengah jam sampai Aldi hanya bisa diam tidak melakukan apapun yang serius, dia memilih diam tidak berbicara hal dan kembali berpikir apa kesalahannya.

Aldi keluar dari kamarnya dan berjalan malas menuju ruang kerja papa nya, mulai mengetuk pintu.

Tok-tok tok. Suara pintu di ketuk dari luar oleh Aldi. "Masuk," jawab papa Aldi mengintrupsi.

Aldi membuka pintu ruangan itu, masuk ke dalam dengan santai dan menutupnya lagi.

"Apa yang membuat papa menjadi berambisi sekali bertemu denganku jika sebenarnya papa tidak perduli padaku," Baru saja. Bahkan dia baru saja masuk ke dalam ruangan papa nya dan dia sudah mengatakan sesuatu dengan menodongkan pertanyaan mengerikan seperti ini.

"Duduklah," minta papa Aldi membuat Aldi memutar bola matanya malas, menjauhkan tatapan matanya dari papa nya dan mulai duduk. "Ya," jawab Aldi menurut saja.

"Tania, temanmu datang ke kantor papa kemarin," ucap papa langsung pada intinya. "Jadi, kamu memperkosanya dan merusak kesucian perempuan itu hanya karena kamu memiliki masalah dengan perempuan yang bernama Salsha?" Aldi menelan ludahnya sukar sekali walaupun mendengarnya.

"Papa tahu dari mana?" tanya Aldi sedikit berbicara dengan terbata-bata. "Tania bukankah papa sudah mengatakannya di awal papa berbicara?" Balik, papa Aldi membalikan ucapan anaknya tidak main-main.

"Siapa Salsha? Kenapa dia membuatmu menjadi seliar ini, apa statusnya dan seberapa berartinya dia sampai-sampai kamu merusak anak orang lain Aldi!" Papa Aldi marah, dia berbicara dengan nada tinggi saat memanggil nama anaknya.

"Dia, dia pacarku," jawab Aldi dengan sedikit gugup dan terbata-bata lagi. Dia takut jika sudah seperti ini, tidak ada situasi serius menjadi aneh seperti ini.

"Pacarmu?" tanya papa membuat Aldi sedikit kikuk dan kaku tidak menjawab. "Kamu ada masalah dengan pacarmu dan kamu memperkosa teman satu bangku mu begitu?" Aldi menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak melakukannya dengan sengaja. Sumpah! Aldi bahkan ingin bersumpah dengan kematiannya jika dia sengaja melakukannya.

"Wah, hebat sekali anakku," puji papa membuat Aldi semakin gugup dan merasa bersalah.

"Bawa dia datang ke depan wajah papa, bicarakan baik-baik dengannya dan kamu harus bertanggung jawab dengan perbuatanmu walaupun kalian tidak saling berpacaran," Aldi membuka mulutnya cukup terkejut mendengarnya.

"Waktu itu aku sedang mabuk, dan---"

"Apa kamu pernah berpikir jika papa membuatmu juga dalam keadaan mabuk dan sperma itu pun menjadi dirimu, HAH?"