Setelah kejadian memalukan yang gue alamin. Gue cuman bisa menangis, gue rasanya kaya udah gasanggup jalan kerumah walaupun udah deket. Tapi gue masih dikasih pertolongan, tanpa di duga-duga ada cowok nyamperin gue dan dia tiba-tiba aja langsung nyeletuk nanya kalau gue ini kembaran Aksa apa bukan, jadi gue asumsikan dia temennya Aksa.
Setelahnya dia memperkenalkan diri, namanya Moza dan bener kalau dia ini temennya Aksa. Dia menawarkan diri untuk ngajak gue pulang bareng, tapi gue cuman diem. Gue gaberani ngomong karena gue takut juga malu. Terus dia nawarin juga, apa mau nelfon Aksa untuk jemput gue apa gimana, awalnya gue sempet diem juga. Tapi akhirnya, gue milih opsi untuk nelfon Aksa.
Beberapa menit kemudian, Aksa dateng dengan motor miliknya. Dia berhenti tepat di depan gue sama Moza. "Dia kenapa Za?" Tanya Aksa begitu turun dari motornya.
"Gatau, gue tanya tadi ga jawab. Dia malah nangis" jawab Moza, gue hanya menunduk sambil meremat jari jemari gue.
"Yaudah, lo duluan aja kerumah gue"
"Yaudah kalau gitu. Teh Bianca, duluan ya" pamit Moza yang hanya gue bales dengan anggukan pelan.
Setelah Moza pergi dengan motornya, Aksa berjongkok di hadapan gue. Dia menelisik wajah gue, mengamati apa ada sesuatu di muka gue yang aneh atau engga. "Kenapa Bi?" tanya Aksa lembut.
"Gue nembus Sa" bales gue lalu menangis kembali. Gue sama Aksa emang gapernah gengsi untuk saling terbuka soal privasi kaya gini. Bahkan sesekali gue suka suruh dia untuk beliin roti jepang kalau stocknya udah abis.
"Terus?"
"Tembusnya banyak banget, meleber. Gue malu, tadi gue diketawain sama orang yang ngasih tau gue" jawab gue lagi yang masih menangis.
"Terus lo kenapa ga telfon gue?"
"Gue gabawa hp"
"Yaudah, ayo pulang. Biar cepet bersih-bersih"
"Motor lo gimana?"
"Tinggal dibersihin aja. Udah ayo!"
--
Selesai bersih-bersih, gue menuju ruangan khusus laundry untuk mencuci rok seragam gue yang tadi kena noda.
Jalan menuju ruangan Laundry itu harus ngelewatin ruang makan dulu, yang mana disana ada Aksa sama temen-temennya, termasuk ada Moza juga.
"Halo kembarannya Aksa" sapa mereka serentak begitu melihat kehadiran gue. Moza menyapa gue agak lain dari yang lain. Dia menyapa sambil tersenyum lebar, lalu dia juga melambaikan tangannya seakan-akan kalau dia itu akrab banget sama gue.
Gue sempet mematung beberapa saat kemudian tersenyum sambil mengangguk. Lalu gue meleos menuju tujuan awal.
--
Gue perhatiin lebih detail lagi, ternyata Bianca cantik banget. Sama kaya Aksa, paras Aksa itu menurut gue udah sempurna. Jadi ga heran kalau Bianca juga visualnya gaakan beda jauh sama Aksa. Dan juga menurut gue, Bianca tu gacuman cantik, dia juga keliatan imut. Sewaktu di pinggir jalan tadi, gue gabegitu liat mukanya dengan jelas. Karena dia kebanyakan nunduk, tapi ngeliat dia tadi berdiri dengan jarak yang gabegitu jauh dari gue, terlihat jelas dengan sangat lekukan mukanya yang sama percis dengan Aksa, dan gue bener-bener terpana sama dia.
Tunggu, gue muji dia gini apa gue suka sama Bianca atau sekedar kagum aja?
"Sa. Kembaran lo kosong ga?" Lamunan gue seketika buyar begitu denger pertanyaan yang keluar dari mulut Johnny.
"Kosong kosong. Lo kata rice cooker!" Semprot Aksa dengan muka juteknya.
"Eh~ serius gue" bales Johnny lagi.
"Kenapa? lo mau gebet kembarannya Aksa?" Celetuk Dipa yang hanya dibales dengan senyuman malu oleh Johnny.
"Yaaaa cari jodoh dia!" Timpal Ezra sambil mendorong lengan Johnny.
"Boleh ga Sa?" Tanya Johnny lagi
"Ga! Ade gue terlalu tinggi derajatnya buat lo semua!"
--
"Bia, lo ada kaos kaki putih lagi ga?" tanya Aksa begitu dia membuka pintu kamar gue lalu menyembulkan kepala miliknya.
"lo gapunya kaos kaki putih?"jawab gue tanpa mengalihkan pandangan dari buku catatan. Saat ini gue tengah mengerjakan tugas yang dikasih sama panitia MOS sekolah gue. Ohiya, gue sama Aksa ini beda sekolah, gue sengaja minta sama ibu sama ayah untuk pisahin gue sama Aksa. Karena gue gamau kejadian waktu SMP keulang lagi.
"Kaos kaki gue kan item semua, lagian kalo kaos kakinya putih kaya cewek"
"terus, kaki gue kan lebih kecil daripada kaki lo. emang bakal muat?" tanya gue lagi sambil melirik ke arah dia.
"muat-muatin aja"
"kalo sobek beliin yang baru!"
"iya bawel! buruan dimana kaos kakinya?"
"tuh, ambil aja di lemari" Aksa dengan segera masuk ke dalem kamar gue lalu dia menhampiri lemari baju untuk mengambil kaos kaki. Setelahnya dia galangsung keluar, tapi dia malah menghampiri gue, sedikit mengintip kegiatan gue saat ini "lagi apa sih? serius amat"
"kepo"
"Ish! ditanya tu jawab yang bener"
"lo galiat? ini gue lagi apa?" tanya gue sambil berbalik menghadap Aksa dengan tatapan jengkel.
"nulis"
"ya itu tau! udah ah, sana pergi! ganggu aja." usir gue sambil mendorong perutnya Aksa untuk keluar dari kamar.
Selepas Aksa keluar, tepat setelahnya muncul notifikasi dari hp gue. Gue pun meraihnya untuk melihat notifikasinya. Ternyata itu notif dari Anstigram. Pemberitahuan kalau ada satu orang yang follow gue, dan itu adalah Moza. Dengan segera gue membuka aplikasinya lalu menekan tombol 'follow back', selang beberapa detik setelahnya muncul notif pesan juga dari DM, siapa lagi kalau bukan Moza.
'Hai Bianca, hatur nuhun thankyou udah follback gue'
'Hai Moza, sami-sami ya'
'pengen minta kontak lo dong. males gue kalo harus chatting lewat AG'
'hahaha boleh ko boleh. ini id gue BiancaEri'
'oke. Gue chat ya'
--
Keesokan harinya, gue dibangunin sama ibu jam 4.30 pagi. karena berhubung gue masih dalam masa orientasi sekolah, jadi untuk hari kedua ini gue bangun lebih awal. Soalnya gue harus udah stay di sekolah jam 6 Pagi. Begitupun sama Aksa kayanya, karena gue denger suara ribut-ribut dari luar.
Selesai siap-siap, gue langsung menuju lantai bawah karena ibu terus teriakin gue untuk sarapan, dan ternyata di meja makan udah ada Aksa yang lagi menyantap roti bakar bikinan ibu.
"Bia, cepet makannya. udah jam 5 lebih" titah ibu sambil menaruh 2 gelas susu putih untuk gue dan Aksa.
Melihat Aksa entah kenapa gue jadi keinget sama tadi malem. "Sa" panggil gue begitu duduk tepat di sebrangnya.
"apa?"
"temen lo tadi malem chatting gue, awalnya dia follow gue di AG. terus minta kontak juga" cerita gue ke Aksa. Gue ini emang selalu cerita apapun ke Aksa kalau itu ada kaitannya sama dia, contohnya kaya tadi malem waktu Moza chat gue. Karena Moza ini temennya Aksa, jadi menurut gue dia perlu tau juga.
"dia tau AG lo darimana?"
"mungkin dia ngestalk AG lo, bisa aja kan?" jawab gue apa adanya.
"Jangan macem-macem" balesnya dengan nada yang datar.
"maksudnya?"
"gue cowok Bi, gue tau modusnya cowok deketik cewek tu gimana"
"emang gimana?"
"Udah pokonya lo gausah pacaran dulu. Belajar aja yang bener, pacaran bikin bego"
"lo bego dong kalo gitu? lo kan pernah punya pacar." jawab gue kelewat jujur. Aksa ini emang pernah pacaran, dia temen SMP gue di Jakarta. bisa dibilang mereka tu LDR, hubungannya pun bisa keitung lama juga. Tapi sayangnya harus kandas beberapa minggu lalu karena keduanya gasanggup harus lama-lama LDR.
"lo ngatain gue bego?" bales Aksa dengan nada yang dingin. "ko ngatain, kan lo yang bilang sendiri kalo pacaran bikin bego"
"Ibu! Bianca ngatain Aksa Bego~"