Chereads / It's You-You Are / Chapter 7 - 7

Chapter 7 - 7

Kalau seandainya kalian ditanya pengen terhindar dari situasi kaya gimana, pasti kebanyakan bakal jawab tentu situasi yang bahaya dan mengancam. Gue sependapat dengan itu, tapi sebelum kesitu, buat gue ada pendahuluannya terlebih dahulu.

Yaitu ada sebuah teori yang namanya itu adalah teori Kausalitas atau Teori sebab-Akibat. Dan gur adala penganut paham teori tersebut.

Gue mendukung sepenuhnya keberadaan teori itu. Karena menurut gue, penyebab dari situasi yang bahaya dan mengancam untuk diri gue sendiri ini akibatnya itu dari lautan manusia yang sedang berburu sale 70% di salah satu Mall yang ada di pusat Kota Bandung.

Situasi ini sangat membahayakan buat diri gue sendiri karena tidak menutup kemungkinan akan terjadinya suatu tubrukan sama salah satu dari mereka akibat dari gelap mata sale 70%.

Dan gue sangat benci dengan itu.

Tapi, Sebagaimana janji gue kemaren ke Lintang, gue akan nemenin dia untuk belanja baju karena dia butuh untuk acara penting.

Dengan sangat terpaksa gue harus ikut nemenin dia. Karena gue tu berhutang budi banyak sama Lintang, jadi gue gamungkin nolak permintaannya dia. Tapi gue juga gaada kepikiran sedikitpun bakal ada sale besar-besaran kaya begini, Padahal ini bukan lagi akhir bulan atau akhir tahun juga.

Gue udah mewanti-wanti sama Lintang sebenernya, kalau gue gamau ikut masuk kedalem toko tersebut karena penuh. Tapi bukan Lintang namanya kalau gabisa dapetin apa yang dia mau, alhasil gue dipaksa masuk dan ikut gabung bersama lautan manusia yang lagi pada kalap.

"Lin, masih lama ga?" tanya gue ke sekian kalinya sambil terus menghindar dari orang-orang yang mendekat ke arah gue dengan gerakan ga santainya.

"sabar Ca!"dan itu adalah jawabannya Lintang yang kesekian kalinya juga. dengan pasrah gue cuman bisa natep Lintang dari belakang yang lagi ngebentangin kaos berwarna pastel.

Untuk mengatasi rasa bosan dan juga rasa was-was yang terus ngehantuin, gue ngeluarin hp dan juga earphone. Tapi ketika gue baru aja mau nyolokin kabel earphone gue ke hp, tiba-tiba aja ada yang nabrak badan gue cukup kenceng sampe hp gue kelempar bahkan gue pun sampe jatoh tersungkur ke samping. Suasana di sekitaran tempat gue berada mendadak hening, kekesalan gue yang tertahan pun pada akhirnya memuncak.

Dengan sigap gue langsung berdiri menghadap orang yang tadi nabrak gue, dia cewek dan kayanya umur dia diatas gue beberapa tahun. Tapi mau gimanapun gue ga membenarkan tingkahnya dia walaupun dia lebih tua dari gue, "mba, gabisa liat ya kalau di depan mba itu ada saya? liat-liat dong mba, gunanya mata itu buat bantu kaki. Biar tau kemana arah mba harus jalan" saut gue dengan nada bicara yang masih tenang tapi sorot mata gue tidak menunjukkan kalau gue tenang sama sekali.

Mbanya ini ga terima karena ditegor sama anak kecil, dengan sekejap dia langsung melototin matanya sambil mengangkat dagunya angkuh. "berani kamu sama yang lebih tua? toh juga salah kamu disini! suruh siapa kamu berdiri sembarangan!" balesnya dengan nada yang tinggi.

"loh, mba yang sal-" omongan gue tertahan begitu ada petugas toko yang menghampiri kita berdua dengan maksud melerai, begitupun sama Lintang yang ikut menghampiri gue. "Ca, udah ayo kita pergi aja."

Karena gue gamau jadi pusat perhatian orang, akhirnya gue lebih milih untuk ngalah dan pergi keluar dari toko itu.

--

Setelah drama yang terjadi di mall tadi, gue milih untuk langsung pulang. Sebelum gue bener-bener pulang, Lintang sempet minta maaf berkali-kali untuk mastiin kalau gue udah ga marah sama dia, setelahnya baru gue pulang kerumah.

sesampainya dirumah, gue disuguhi sama ibu yang lagi asik nonton sinetron. Disebelah ibu ada ayah yang lagi serius baca majalah bisnis, karena gamungkin juga kalau ayah ikut ibu nonton sinetron.

"Bia pulang bu, yah" sapa gue sambil menghampiri mereka berdua lalu gue kecup pipinya satu-satu.

"sebentar banget perginya, kirain ibu bakal lama"

"keburu bete" bales gue begitu menghempaskan badan ke atas kursi.

"Pasti karena lagi ada Sale yah" tebak ayah sambil tersenyum simpul tanpa mengalihkan pandangannya dari majalah.

"ayah tau dari mana?"

"setengah jam yang lalu Aksa pergi sama adek-adek kamu. mau nyerbu sale katanya" denger jawaban ayah gue langsung bete banget sama Lintang.

"yaudah, gausah nyalahin Lintang. Lagian ibu aneh sama kamu, cewek ko gasuka belanja"

"ibu lupa ya aku pernah celaka gara-gara orang kalap belanja baju"

--

Tok

Tok

Aktivitas menggambar gue seketika terhenti karena suara ketukan dari balik pintu kamar gue. dengan segera gue beranjak dari kursi belajar lalu menghampiri pintu, begitu dibuka ternyata itu Moza yang lagi senyum ganteng ke gue.

"kenapa?"

"nih" ucapnya sambil menyodorkan dua kantong plastik yang berisikan martabak dan minuman kesukaan gue. Seketika mata gue langsung berbinar pas ngeraih kantong plastiknya dari tangannya Moza.

"dalam rangka apa nih?"

"tadi gue ikut cabut sama Aksa. terus ibu lo nelfon katanya bawain makanan buat Bia, dia abis dilanda musibah. Yaudah akhirnya kita berempat beliin lo ini"

"Aksanya mana?"

"lagi keluar dulu sama Cakra sama Deon, disuruh ayah lo"

"hmm.. okede, makasih ya!" bales gue seraya mau nutupin pintu, tapi langsung ditahan sama Moza pake tangannya.

"kenapa?"

"lo kenapa emangnya?"

"kenapa apa?"

"lagi kena musibah apa? barangkali mau cerita gitu sama gue"

"cerita di halaman belakang aja kalo gitu" ucap gue dan disetujuin sama Moza.

--

"Jadi, dulu waktu gue masih kecil. Gue tu suka banget kalau ibu udah ngajakin gue belanja baju. Kaya seneng aja gitu pokonya, tapi ada satu kejadian yang bikin gue gasuka banget sama belanja apalagi harus sampe desek-desekan karena sale begitu" cerita gue ke Moza, kemudian menyeruput Chitime rasa Hazelnut dengan toping boba.

"apa tu?"

"gue ke dorong sampe jatoh gitu, terus jidat gue nabrak sudut tiang" jawab gue, tapi responnya Moza malah bikin gue bete karena dia ketawa. Seakan-akan itu hal yang lucu. Ya walaupun iya juga si.

"gue tau itu konyol. Tapi gara gara kejadian itu gue harus terima 7 jaitan yah!" semprot gue sambil ngelemparin tutup bungkusnya martabak. tepat setelahnya tawa Moza terhenti, berganti jadi raut wajah yang terkejut. "Hah? seriusan lo?"

Gue sedikit mencondongkan badan ke arah Moza lalu menyugar rambut gue ke belakang supaya nunjukin sudut pelipis gue yang ada bekas luka jaitan. "nih!"

Moza langsung meringis begitu ngeliat bekas lukanya, dengan reflek diapun ngulurin tangannya untuk ngusap bekas luka gue, "ohiya bener.. bar-bar banget si lo Bi waktu kecil"

"ya salah orang yang dorong gue lah! suruh siapa dia ga ati-ati"

"terus, sekarang perasaan lo gimana?"

"maksudnya?"

"kata Aksa lo itu kalau lagi badmood, sedih, atau apapun biasanya dikasih makanan langsung baik lagi. Nah, sekarang gimana?"

"gatau, gue jadi kebawa kesel. Kayanya karena inget kejadian dulu"

pluk

gue agak tersentak kaget karena tangannya Moza yang tiba-tiba ada di atas kepala gue, lalu dia ngusak rambut gue gemes. "besok lo jangan bikin acara apapun ya" sautnya tiba-tiba.

"kenapa?"

"gue mau ngilangin rasa bete lo. Jadi, besok kita jalan-jalan.. ok?"