Chereads / Zona Teman / Chapter 3 - Baikan

Chapter 3 - Baikan

4 jam pelajaran berlalu begitu lama bagi para murid-murid yang telah bosan dengan penjelasan guru didepan.

Akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Murid-murid berkeliaran ke luar kelas. Lorong-lorong kelas sekarang ini sudah di penuhi dengan murid-murid yang hendak pergi ke kantin.

"Gue mau lo baikan sama Prigkhing. Kalo lo ga baikan juga sama dia, jangan harap lo bisa ngomong lagi sama gue," tegas Nanon dengan sedikit nada mengancam. Ia berharap Ohm mau menurutinya. Ia tak mau jika hanya karena dia suatu hubungan menjadi hancur.

"Ga usah ngancem, ancaman lo ga mempan buat gue. Tanpa lo suruh juga gue bakal baikan kali sama Prigkhing," ujar Ohm dengan sinis.

"Ya, ya udah, ga usah sinis gitu kali. Gue pergi dulu,"

Setelah mengucapkan itu, Nanon pergi meninggalkan kelas. Ohm pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kelas Prigkhing, XII MIA 1.

***

Sampainya dikelas Prigkhing, ia melihat gadis itu sedang duduk dengan teman-temannya yang sedang mengobrol ria.

Terlihat dari wajah Prigkhing yang sedari tadi hanya diam mendengarkan teman-temannya bercerita. Terlihat bahwa ia sedang tidak mood untuk ikut bercerita bersama.

Sesekali ia hanya tersenyum kecil saat ada temannya yang bercanda.

Melihat itu Ohm sedikit kasihan. Ia pun berjalan menuju tempat Prigkhing.

"Prig, bisa ikut aku sebentar?" pinta Ohm lembut.

Prigkhing terkejut dengan kedatangan Ohm. Melihat Ohm, para teman-teman Prigkhing langsung menggodai mereka.

"Ciee, Ciee," sorak teman-teman Prigkhing.

Prigkhing merutuki teman-temannya itu dalam hati. Ingin sekali ia menampar mulut mereka satu persatu. Tapi ada Ohm disini, dia harus menjaga sikapnya. Tak mau Ohm ilfil dengannya.

Meski Prigkhing sedang marah dengan Ohm, ia hanya mengangguk malas. Ia juga tak mau teman-temannya tahu mereka sedang bertengkar. Ia malas menjawab pertanyaan-pertanyaan dari teman-temannya yang kepo itu.

Prigkhing pun berdiri dan mengikuti Ohm keluar kelas.

Saat mereka keluar dari kelas, Ohm langsung saja menggandeng tangan Prigkhing dan membawa gadis itu berkeliling di sekitaran sekolah.

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari Ohm, membuat Prigkhing tersipu dan tersenyum malu.

***

Saat sampai di suatu tempat, di lorong kelas yang sepi, Ohm menghentikan langkahnya dan melepas genggaman tangan mereka.

Ohm dan Prigkhing saling berpandangan untuk beberapa saat. Saling menatap dengan dalam.

"Prig, maaf ya aku tadi ngomongnya kasar banget sama kamu," ujar Ohm dengan lembut.

"Iya, aku juga minta maaf karena udah bikin kamu malu tadi di kelas. Maafin aku dan sifat kekanak-kanakanku. Tapi jujur aku cemburu Ohm kalau kamu deket-deket Nanon," ujar Prigkhing penuh sesal dan kesedihan.

Ohm mengambil kedua tangan Prigkhing dan menggenggam kedua tangan itu dengan sangat erat, seakan tak mau melepaskannya.

"Prig, aku tahu aku jauh dari kriteria cowo idaman kamu, tapi inilah aku, Pring. Aku gak mau jadi orang yang munafik untuk bisa bahagiain kamu. Aku mau bahagiain kamu dengan caraku sendiri,"

"Dan untuk Nanon... jujur aku gak bisa jauhin dia, kita udah sahabatan lumayan lama. Aku gak mau ngancurin apa yang udah aku bangun. Aku sama Nanon cuman sahabat dan akan terus jadi sahabat. Kamu percaya kan, Prig? Kalau kamu sayang aku, kamu juga harus sayang sama Nanon," ujar Ohm dengan penuh keseriusan.

Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Ohm, Prigkhing merasa tidak terima. Tapi ia juga tak mau berlama-lama bermusuhan dengan Ohm. Ia tahu ini hanya cobaan yang sering dialami banyak pasangan lainnya juga. Jadi ia harus mengalah dan tetap bersabar.

"Iya Ohm aku percaya sama kamu. Asal kamu tetep ada buat aku," ujar Prigkhing sambil tersenyum manis.

Ohm mengangguk sambil tersenyum. Ohm kemudian membentangkan tangannya hendak memeluk Prigkhing. Prigkhing pun masuk kedalam dekapan Ohm.

"Makasih," ujar Ohm pelan dan di jawab anggukan oleh Prigkhing.

Ohm pun melepaskan pelukannya, tersenyum ke gadis di hadapannya itu dan mengusap kepala Prigkhing pelan dan lembut.

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka dengan hati ringan. Mengelilingi penjuru sekolah sambil bergandengan tangan, menghabiskan waktu istirahat bersama.

Mereka tak sadar dari jauh ada sepasang mata yang memperhatikan mereka sedari tadi dengan hati yang hancur berkeping-keping.

***

To Be Continued