Di Hari Minggu.
Disebuah Rumah Sakit di Kota Kediri,
Terlihat 2 orang lelaki remaja duduk berdua di kursi taman rumah sakit tersebut. Yang satu Nampak memakai baju pasien dengan perban di kepala, dan yang satu memakai pakaian sehari-hari, kaos merah dengan jaket bomber berwarna hitam, ia memakai jeans pensil berwarna hitam dengan sepatu sneakers berwarna putih. Mereka adalah Arslan dan Deren yang saat ini seperti terlihat sedang mengobrol.
"bagaimana keadaanmu?". Tanya Arslan membuka pembicaraan di suasana canggung seperti itu.
"untuk apa kau kemari?". Deren hanya menyahutinya ketus.
"apa ngga boleh, menjenguk seorang teman?"
"cih. Sejak kapan kau menjadi temanku?"
"mungkin sejak sekarang". Ujar Arslan yang menoleh pada Deren dengan tersenyum hangat. Deren hanya melihat arslan dengan acuh. Dia tidak terlalu menanggapi gurauan arslan yang garing itu.
"kalau ngga ada yang penting mending kau kembali kerumah saja, aku mau istirahat". Ucap deren yang segera ingin pergi meninggalkan arslan. Namun ia urungkan karena perkataan arslan yang sedikit mengejutkannya.
"beberapa waktu lalu aku bertemu Ibu mu di sekolah"
Deren yang mendengar perkataan arslan segera kembali ke tempatnya ia duduk. Dan kini pandangan Deren serasa menusuk Arslan, menuntut penjelasan.
"Untuk apa siluman tua itu menemuimu?"
Arslan melirik deren dan kemudian tertawa pelan. "sepertinya kau memang bermasalah dengan Ibumu ya?"
"itu bukan urusanmu. Kau hanya perlu menjawab!". Kata Deren dengan nada mengancam, tangannya pun bergerak mencengkeram baju Arslan. Berusaha membuat Arslan berbicara dengan tidak berbelit-belit.
"Yoo, bung. Kau menakutiku, kalau kepalamu berdarah lagi jangan salahkan aku". Arslan mengangkat kedua tangannya ke atas, memberi tanda jika ia saat ini tidak ingin bertarung, ia hanya ingin berbicara. Ia hanya nyengir menunjukkan deretan giginya yang putih itu. "bisakah kita bicara baik-baik hari ini?"
Deren pun mulai melonggarkan cengkeramannya, hatinya sangat sakit mengingat wanita bernama Magdalena itu. "Dia...". deren mengepalkan tangannya, berusaha untuk tetap tegar ketika ingin menjelaskan semuanya.
"hm?". Arslan memperhatikan raut wajah deren yang diam dan memejamkan matanya. Arslan tahu ini sepertinya akan berat bagi deren untuk mengungkapkan sesuatu yang ia pendam sejak lama.
"Dia…wanita itu, bukanlah Ibu kandungku". Kata deren yang masih berdiri mematung di depan Arslan.
"apa katamu? Dia bukan ibu kandungmu?". Arslan yang mendengar itupun sedikit terkejut, tidak menyangka bahwa Magdalena bukanlah ibu kandung dari Deren. Ia pun mulai sedikit mnegerti, mengapa perilaku Deren begitu buruk di usianya yang masih remaja itu. Dari yang bisa ditebak Arslan, sepertinya Deren memiliki kisah hidup yang sangat pahit. Menyampingkan ia adalah anak orang kaya, yang mendapatkan apapun yang ia mau, sebenarnya ia tersiksa dan tidak ada satu orangpun yang melihat itu.
Lelaki ini menyedihkan. Hanya itu yang bisa dilihat oleh Arslan pada diri Deren.
Deren mulai pindah dari tempatnya, ia pun duduk agak menjauh dari Arslan. Dan mulai menjelaskan semua permasalahan yang disimpannya bertahun-tahun.
"ya. Dia bukanlah ibu kandungku. Aku lahir dari anak seorang pelayan yang dulunya bekerja melayani Keluarga Sumarja pada saat itu". Deren mulai menjelaskan panjang-lebar awal mula dari semuanya.
Deren Aria Sumarja, Merupakan Anak tunggal dari pemimpin utama semua perusahaan yang di kelola oleh keluarga Sumarja. Ayah Deren bernama, Aria Sumarja yang merupakan putra sulung dari 5 bersaudara. Dulunya saat berusia 21 tahun, Ia menikahi seorang wanita yang bernama Magdalena Oey. Mereka menikah dengan tanpa satupun rasa cinta yang dimiliki oleh Aria kepada Magdalena, dikarenakan Pria itu lebih mencintai seorang wanita pelayan bernama Siti.
Siti adalah seorang pelayan yang bekerja pada keluarga Sumarja ketika menginjak umur 13 tahun. Aria menyukai Siti ketika pertama kali gadis itu datang kerumah keluarga Aria, memperkenalkan dirinya sebagai anak dari mantan pelayan tua yang sudah pensiun dari pekerjaannya melayani Keluarga Sumarja. Paras Siti yang sangat cantik dengan wajah oriental, membuat jantung Aria berdegup kencang ketika melihat Siti pertama kali bekerja di rumah itu.
Hari demi hari dilalui Aria yang melihat Siti bekerja kepada keluarga Aria dengan sangat Rajin, Lelaki itu semakin kagum dan berdebar melihat Siti yang seperti itu. Bahkan Ayah dan Ibu Aria memperlakukan Siti seperti anak mereka, dikarenakan Siti yang selalu tersenyum bahkan dengan semua keringat yang mengucur di dahinya. Kedua Orang tua Aria yang semakin menyayangi Siti, sepakat untuk menyekolahkan Siti di Yayasan yang mereka kelola, tentu saja di tempat yang sama dengan Aria.
Aria yang mendengar bahwa Siti akan bersekolah di tempat yang sama dengannya pun bersemangat ketika mengetahui hal itu. Aria pun mulai memikirkan rencana untuk mendekati Siti, dikarenakan Siti akan bersekolah ditempat yang sama dengannya, itu justru membuatnya leluasa untuk mendekati Siti tanpa diketahui oleh keluarganya. Langkah demi langkah dilalui Aria tanpa bersusah payah untuk mendekati Siti, dan bahkan Aria pun secara terang-terangan mendekati Siti di rumah mereka ketika Ayah dan Ibu Aria sedang melakukan pekerjaan di luar kota yang membutuhkan waktu berminggu-minggu.
Siti yang masih remaja itu pun mulai membalas perlakuan Aria padanya yang menurutnya sangat lembut. Ia seperti merasa ada di sebuah cerita dongeng ketika Aria memanjakannya di sekolah maupun di rumah. Tatkala Aria bahkan tak segan membantu Siti membereskan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci, dan sebagainya. Pelayan lainnya yang telah dewasa hanya menggelengkan kepala mereka melihat tingkah laku dua remaja tersebut. Akhirnya Aria pun mulai berpacaran ketika mereka telah menginjak kelas satu SMA. Hubungan mereka pun semakin mesra setiap harinya, banyak teman-teman sekolah yang memperhatikan mereka iri dengan Siti. Siapa yang tidak ingin menjadi kekasih salah satu anak dari keluarga terhormat seperti Aria, itu sangat mustahil. Menurut mereka Siti sangat beruntung mendapatkan Cinta dari seorang Aria Sumarja.
Namun Kedekatan mereka berdua disambut acuh tak acuh oleh adik-adik Aria yang keempatnya hanya terpaut satu tahun. 3 adik Aria semuanya laki-laki, dan yang paling bungsu adalah perempuan. Mereka yang melihat Aria memiliki suatu hubungan khusus dengan Siti, menurut mereka itu hanyalah sebuah kesenangan belaka. Pada akhirnya sesuai tradisi keluarga mereka, anak-anak dari keluarga Sumarja akan dijodohkan dengan anak dari Keluarga lain yang kekayaannya setara atau bahkan melebihi Keluarga Sumarja. Hubungan yang seperti pacaran, sahabat, dan lainnya, bagi mereka hanyalah sebuah kesenangan sebelum mereka dipercaya untuk mengurus perusahaan-perusahaan yang keluarga Sumarja kelola saat mereka sudah dewasa nanti.
Namun sebuah tragedi besar mengguncang keluarga itu pada saat Aria dan Siti tengah melakukan liburan bersama teman-teman mereka di sebuah Villa besar di Kota Malang, yang merupakan salah satu properti milik Keluarga Sumarja.
Sepupu jauh dari Keluarga itu, melaporkan hubungan Aria dan Siti kepada kedua orang tua Aria, yang membuat kedua orang tua itu sangat terkejut dengan berita yang mereka dengar.