- MASIH TENTANG ANAK BARU -
"Mau ngapain pak, kangen ya sama saya?" tanya Reyhan yang langsung dapat pelototan tajam dari pak Suripto
"Nggk ada!, bapak masih normal " sahut pak Suripto
"Berarti mau ngasih saya uang jajan ya pak?" sahut Ilham dengan kurang ajarnya. Yang langsung dapet pelototan tajam dari Nina
"Ishhh, ham diem deh mulut lo!" sembur Nina sambil menginjak kaki Ilham
"Sudah-sudah ,diam kalian semua. Biasakan kalo ada orang tua di depan bicara itu di hormati, jangan malah bicara se enaknya saja
"Tau nih bu, si Faizah sama Zira nuduh kita terus dari tadi!" cibir Ilham
" Di pojokin terus sama mereka" tambah Reyhan mengadu
"Ishhh!! Yaemang kalian biang kerok kan, bener dong tuduhan gue" sahut Faizah nggak mau kalah
"Sudah- sudah kalian semua diam, nggak usah ribut. Disini saya tidak akan hukum siapa-siapa, jadi tenang aja buat Reyhan sama Ilham nama kalian tidak terselip di daftar pelanggaran BK saya minggu ini" kata pak Suripto menenangkan
"Tuh dengerin tuh, dengerin!" cibir Ilham
"Orang kita nggak ngapa ngapain juga, " desis Reyhan
"Sudah- sudah, kedatangan bapak disini bapak akan memperkenalkan teman baru kalian. Sini kamu masuk!" sahut pak Suripto, menginstrupsikan seseorang di luar untuk masuk ke dalam
"Ehhh, itu dia tuh anak baru!!" teriak Syila spontan. Keras banget. Malu maluin emang ni bocah
"Apaan sih lu, keras banget tuh suara!" desis Zira
"Kontrol dong Syil!" desis Via pelan
"Ngganteng banget....!" sahut Niha
"Cool juga" tambah Meyvi
"Siapa namanya?" tanya Nayla langsung
"Sabar dong ,sabar. Biarkan dia memperkenal kan dirinya dulu. Ayo nak Stiv silahkan" sahut pak Suripto
"Oh, jadi namanya Stiv" sahut Via pelan
"Lo tau dari mana , orang dia belom ngasih tau juga" sahut Syila
"Punya kuping di pake!" balas Via sebal
"Hai guyss!" sapa cowok itu
"Haiii...!!" sahut seisi kelas yang di dominan suara cewek dari mereka
"Kenalin nama gue Randy Louis Steaven, gue pindahan dari Amerika. Sekian perkenalan gue" ucap Stiv
"Panggilanya?" tanya Niha
"Kalian bisa panggil gue Stiv, atau Rendy, Louis juga it's oke. Senyaman nyamanya kalian aja" jawab Stiv
"Jangan nyaman nyaman, ntar gue baper dong!" sahut Faizah, yang di ikuti sorakan sorakan teman temanya
"Pangggil Sayang boleh nggak?" sahut Sasa
"Hahaha" respom Stiv pelan
"Sudah- sudah! Simpan pertanyaan pertanyaan aneh kalian. Bisa di lanjut nanti kalau sudah istirahat" Potong bu Ihda
"Yaudah, saya tinggal dulu ya Stiv. Pamit dulu bu Ihda. Assalamualaikum!" kata pak Suripto pamit
"Iya pak, waalaikum salam wr.wb"
"Stiv, bisa duduk di bangku yang kosong, sampingnya Via silahkan" sahut bu Ihda mempersilahkan
"Maaf bu, yang namanya Via yang mana ya?" tanya Stiv
"Yang namanya Via yang mana ya?" tanya bu Ihda. Via langsung mengacungkan tangannya
"Duduk di sebelah gue Stiv, kosong nih" sahut Syila
"Sebelahmu kan Dita syila!" sahut bu Ihda
"Iyaaakan, Dita bisa pindah duduk sebelahnya Via bu" jawab Syila cengengesan
"Tidak bisa, Stiv tetap duduk di sebelahnya Via. Nanti kalau Stiv duduk di sebelahmu yang ada kamu nggak fokus belajar, ngelihatin muka nya Stiv yang putih bening mirip Oppa Korea dong" balas bu Ihda yang di ikuti sorakan sorakan berikutnya
"Iyakan nggak papa bu, nggak dapet oppa beneran, oppa lokal pun boleh hahaha. Buat semangat lah bu" bujuk Syila tak menyerah
"Sudah Syila, silahkan Stiv duduk di sebelah sana" sahut bu Ihda lagi, yang di balas anggukan singkat Stiv
"Hay..."sapa Stiv
"Hai" respon Via singkat
KRINGG.....!!!!!
bel istirahat berbunyi...
Jam istirahat berbunyi, para siswa berhamburan keluar kelas untuk sekedar jajan ataupun menghilangkan kepenatan. Beda dengan si Syila yang selalu kepo soal anak baru ini dan lebih memilih tetap di kelas dari pada ke kantin
"Eh lo blesteran ya?" tanya Syila memutar kursinya mengambil posisi duduk di depan Stiv
''Ya ,gue blesteran. Mbokap gue asal Amerika dan nyokap gue asal Bandung" ujar Stiv
''Wooo...." Pantesan rada kaya bule bule gitu" sahut Zira ikutan nimbrung
"Matanya kayak lo Vi!" sahut Zira lagi. Reflek Steaven menoleh ke Via dan menelusuri wajah imut blasteran Inggris Indonesia Prancis itu. Via pun menoleh membalas tatapan Steaven yang memandang dirinya
"Bentar, gue lepas kacamata Lo ya"izin Steaven melepas kacamata Via dan anehnya Via tidak memberontak pada cowok cowok yang tidak dikenalnya itu, yang seenaknya lancang melepas kacamata kutu bukunya
"Lo blasteran juga?" tanya Steaven tanpa basa-basi
"I..iyaaa " sahut Via gugup dan menyabet kacamata nya dan tangan cowok itu
"Asal mana lo?" tanya Stiv lagi
"Si Via itu, nyokap nya asal Inggris, mbokap nya asal Prancis dan omanya asli Indonesia" sahut Syila menjelaskan
"Oh .." tukas Stiv manggut-manggut
"BTW, lo kenapa pindah?" tanya Zira
"Biasa , kalah udah bosen sama sekolah lama ya pindah" jawab Stiv asal
"Gila ! Kalo udah bosen sekolah mendingan lo nggak usah sekolah sekalian. Buang buang duit namanya!" sembur Via spontan
"Biasa aja kali, orang gue cuma bercanda" tukas Stiv
"Lha terus?'' tanya Syila
"Nyokap gue ada tugas perusahaan di Jakarta, jadi terpaksa gue juga harus ngikut ke sini" jelas Stiv
***************
"Bro, ada anak baru di kelasnya Zira" sahut Lutfi
"Oh" balas Shandy singkat
"Gue denger denger katanya blasteran Amerika gitu" tambah Varel
"Sebelahnya si Via duduknya bos" sahut Lutfi
"Tersaingi dong lu bos" tambah Lutfi lagi
"What?? Tersaingi?? Hahaha. Nggak ada yang bisa nyaingi ke gantengan dan ke popularitas an gue di sekolah ini. Selama gue masih menginjakkan kaki di sekolah ini The Most Wanted Boy cuma gue !" sahut Shandy nggak terima
''Beneran nih ,Lo nggak cemburu kalo tuh cowok sampingnya Via?" tanya Vito
"Santai aja, masih sebangku kan , belum sehati?" tukas Shandy
''Wohooooo" sorak Vito dan Lutfi
''Coba aja lo liat dulu deh bos, beneran cakep bener dah, matanya blasteran luar " sahut Diaz
" Kalo Gue bilang nggak ya nggak! Gue nggak bakalan kesana, dan gue nggak peduli seberapa nggantengnya tuh bocah!" tukas Shandy menarik kerah baju Diaz, emosinya benar benar terpancing kali ini
"Eits eits santay bro, kalem kalem" sahut Varel melepas tangan Shandy dari kerah baju Diaz. Diaz hanya mampu diam tak berkutik sama sekali, dia berbisik pada hatinya " apa segitu tersinggung nya Shandy sama omongannya?''