Chereads / Pelangi Kehidupan Mona / Chapter 21 - Keributan Gadis Kecil Keluarga

Chapter 21 - Keributan Gadis Kecil Keluarga

Keluarga itu berbaris bahagia di bawah sinar bulan. Kali ini jalan pedesaan sempit, kereta dorong membuat mereka harus jalan berjejer ke belakang. Meskipun harus menoleh saat bicara, mereka tetap bercanda. Segera mereka kembali ke rumah dan menyadari jika Restu belum makan. Dewi kemudian sibuk memasak dengan penerangan lampu minyak. Rest memindahkan hasil kerja istri dan anak-anaknya hari ini dari gerobak ke dalam rumah. Ia terkejut hasil kerja mereka hari ini sangat banyak.

Rano mencari batu di halaman dan menghancurkan kenari untuk memberikannya kepada sang ayah "Bagaimana, Ayah, apakah ini enak?".

Beberapa anak memandangnya dengan penuh semangat, Restu tersenyum dan mengangguk, "Wah, enak sekali, rasanya gurih berminyak, apa ini?".

"Kenari."

Berbicara tentang kenari, Restu berpikir akan mengajak Dewi mencarinya lagi. Restu bergegas mencari Dewi. "Wi, apakah benar pohon kenari yang ditanam beberapa tahun ada yang masih hidup dan berbuah?" .

"Aku juga bingung. Kurasa ada beberapa yang memang masih hidup. Semua orang belum melihatnya. Gunung itu penuh dengan pepohonan dan kebetulan anak-anak menemukan pohon kenari."

Dewi tidak setuju dengan hal ini. memang beruntung menemukannya. Tapi, jika orang lain yang menemukan, belum tentu mereka paham jika yang ditemukannya adalah pohon kenari.

Restu mengamati hasil panen istri dan anaknya. "Kalian mendapatkan banyak hari ini. Bahkan kalian mendapatkan jamur yang tidak mudah didapatkan".

Mona duduk di lantai, merasakan dinginnya lantai kayu rumahnya, "Ayah, apakah bibi sudah pergi?".

Ketika Restu mendengar anaknya masih menanyakan bibinya yang ingin bertemu dengannya, tampak ia sedikit kikuk. Tetapi dia tetap mengatakan yang sebenarnya. "Ayah belum kesana. Biarkan mereka bicara sendiri, mendiskusikannya. Ayah akan datang di saat yang tepat."

Suara beberapa pria terdengar di halaman, "Restu, cepat kemari, kita harus bicara." Mona menebah jika pria tersebut adalah pamannya.

Restu hendak bangun dari duduknya, bergegas keluar menemui saudaranya. Tapi, langkahnya dihentikan oleh Mona. "Ayah, ingatlah keadaan kita sekarang. Kau harus cari tahu mengapa bibi memerlukan makanan, Kau juga harus ingat jika makanan kita tidak cukup untuk keluarga kita, jadi kita tidak bisa memberikannya pada bibi".

Setelah menatap anak-anaknya cemas, Restu berbalik dan pergi. Sementara itu, anak-anak sibuk dengan perolehannya hari ini. Mereka mengumpulkan perolehannya dalam karung dan mengikatnya kuat sehingga orang yang melihatnya tidak akan tahu apa isi di dalamnya.

Ketika semuanya sudah dibersihkan, terdengar suara ribut dan tangisan perempuan dari sebelah. Beberapa anak diam mendengarkan suara-suara itu. Ada tentangan dari paman kedua, teriakan nenek, dan teriakan bibi. Campur aduk dan sangat ribut sehingga membuat orang merasa kesal saat mendengarnya.

Suara tajam wanita tua itu sangat keras hingga menyakiti telinga. "Mengapa aku membesarkanmu bajingan? Pulanglah dan ambil makanan. Aku sudah memberitahu Mulan jika kau dapat memberikan makanan. Kau harus memberikannya. Jika tidak, aku akan mengutukmu sebagai putra durhaka. Aku tidak pernah sudi punya putra durhaka sepertimu."

Begitu suara nenek mulai pelan, suara paman kedua terdengar. "Bu, ibu kenapa ibu begitu? Ibu tak tahu kondisi keluarga kami. Kak Mulan pantas mendapatkannya sebagai balasan perbuatannya. Siapa yang menyuruhnya rakus? Dia masih bergaya mewah. Kak mulan menjual jatah beras dari ibu untuk membeli jam tangan. Setelah makanannya kurang, ia justru datang meminta?".

Anak-anak Restu mulai paham situasi yang sebenarnya. Mulan telah menjual beras untuk membeli jam tangan. Parahnya, ide itu datang dari sang nenek.

Tetapi Mona tidak percaya dengan pernyataan ini. Mulan tidak bodoh dan bahkan bisa dikategorikan cerdas. Bagaimana dia bisa melakukan hal yang begitu bodoh? Mona khawatir rahasia yang belum terungkap. Bahkan jika memang ia ingin membeli jam tangan, harusnya ia bisa meminta paman membelikannya. Meski Bibi sangat ingin jam tangan, harusnya ia tak sampai menjual beras.

Suara tinggi paman kedua datang dari sebelah, dan apa yang dia katakan adalah apa yang baru saja dia pikirkan. Tampaknya paman keduanya cukup pintar untuk segera mencari tahu apa yang salah.

Bibi mulai angkat bicara "Kakak kedua, meskipun aku meminta makanan, aku akan meminjamnya, aku tidak memintanya gratis Aku adalah adikmu, kau tidak bisa membiarkan keluargaku kelaparan bukan? ".

Beberapa anak tidak bisa menahan menggelengkan kepala ketika mendengar perkataan bibinya. Tidak habis pikir mengapa bibinya bisa meminjam untuk sekedar makan, padahal baru saja membeli barang mewah.

Tiba-tiba suara lelaki tua yang biasanya tidak banyak bicara datang dari sebelah. Itu adalah kakek. Kakek yang biasa diam tiba-tiba berbicara dengan nada marah.

"Mulan, katakan sejujurnya, tentang apa makanan itu. Jika kamu tidak menjelaskannya, jangan pernah berharap kamu bisa membawa makanan keluar dari rumah ini."

Kakek tidak mudah marah. Semua orang kaget, hanya diam menyaksikan amarah kakek.

Tidak ada suara yang terdengar di sebelah. Mungkin Bibi hanya bisa menjawab ucapan kakek dengan suara pelan.

Sebagian dari mereka sudah tak mendengar apa-apa lagi karena kelelahan dan tertidur. Anak-anak tidak sempat ganti baju.

Dewi yang baru selesai menyiapkan makan malam akan memanggil anak-anaknya untuk diajak makan malam kedua. Tapi, ketika sampai di kamar, ia menemukan mereka sudah tertidur. Salah satunya bahkan tidur dengan mulut berisi kacang kenari.

Dewi menggantikan baju anak-anak. Setelah itu, membenarkan posisi mereka di atas kasur.

Restu baru saja kembali dari rumah ibunya. Dewi meliriknya, sadar wajah suaminya menampakkan ekspresi tak bagus. MUngkin keluarganya benar-benar bertengkar hebat kali ini.

"Restu, apa yang dikatakan ayah?".

Dewi tidak bertanya apa alasannya, tetapi langsung menanyakan hasilnya, hal yang paling dia pedulikan.

"Oh, keluarga kita diminta menyumbang beras 20 kilo, keluarga kakak pertama dan kedua masing-masing 50 kilo, dan ayah 100 kilo. Tidak ada hasil perundingan lain. Kita akan mengantar beras besok."

Mengetahui hasilnya, Dewi sama sekali tidak terkejut. Keluarga ini selalu seperti ini, gadis itu memiliki segalanya ketika dia pulang dan membuat keributan, "Lalu mengapa Mulan bisa kehabisan makanan?"

"Wah, aku tak tahu. Mereka bilang Mulan membeli jam tangan, Tapi, menurutku ia pasti memiliki uang sendiri untuk membeli jam tangan tanpa menjual beras. Jadi, pasti alasannya bukan itu."

Restu masih menutupi aib kakaknya. Tapi, sebenarnya ia sudah tahu seperti apa kakak perempuannya itu.