"Jangan nangis Lea... Saturnus gak harus di lupain kok, tapi di ikhlasin. Kalau di lupain gak bakal bisa, karena Lea masih sayang banget kan sama Saturnus? Jadi Lea harus belajar ikhlasin Saturnus... Tahu caranya?" tanya Jey dengan suara yang begitu pelan dan menepuk-nepuk pundak Lea pelan. Lea sedang butuh dirinya dan Tisya saat ini. Sebagai sahabat yang baik sudah seharusnya Jey bisa menghibur Lea, agar Lea tidak bersedih lagi.
"Enggak... Gimana caranya Jey? Kasitahu Lea, kasitahu Lea! Lea ingin bisa ikhlaskan Saturnus. Tapi jauh di lubuk hati Lea, Lea ingin lupakan Saturnus. Hati Lea sakit banget, sakit banget. Rasanya begitu menyesakkan Jey." ucap Lea dengan wajah tertunduk kaku. Ia ingin menangis, ia ingin marah dengan kenyataan yang selalu menamparnya dengan keras berkali-kali. Padahal ia sudah cukup berjuang, setahun... Setahun ia menunggu Saturnus dan berjuang mengejarnya, namun Saturnus sama sekali tak pernah melihatnya. Saturnus sama sekali tak menghiraukannya.